Mohon tunggu...
Rochani Sastra Adiguna
Rochani Sastra Adiguna Mohon Tunggu... wiraswasta -

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Demi Cinta, Rela Mati di Tangan Suami

28 April 2010   05:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:32 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

" begini kanda, kalau kanda sudah punya isitri pun, aku mau koq dimadu,...asal menjadi isitrimu. Tapi kalau harus diberikan kepada orang lain memangnya aku ini barang..bisa diberikan ke orang lain begitu saja" dewi Amba sudah semakin nekad, karena dia tidak mau ditinggal pergi.

" dinda itu tidak benar, aku sama sekali tidak punya wanita lain, ketahuilah yayi, bahwa aku sebenarnya sudah bersumpah untuk hidup wadat (menyendiri), aku sudah bersumpah seumur hidupku tidak akan menikah. Jadi aku minta pada dinda Amba, agar engkau lebih baik mencari pria lain saja..."

Dewi Amba merajuk terus, lama kelamaan Dewabrata geram juga, sudah dinasehati tetap tidak mau, kemudian Dewabrata mundur beberapa langkah seraya mengeluarkan anakpanah dan busurnya. Senjata itu diarahkan ke dada Dewi Amba, katanya : " dinda lihat lah apa yang kupegang "..

Dewi Amba bukannya takut, tetapi semakin nekad, tidak mundur menghindar, melainkan semakin mendesak maju. Dewabrata beberapa kali mundur, maksud hati hanya mengancam saja, agar Dewi Amba lari.

" kanda Dewabrata, jika memang itu maumu, aku rela mati ditanganmu, demi cintaku, asal kakang mencintaiku, aku rela kau bunuh. Daripada aku dikembalikan pada kedua orangtuaku, lebih baik aku mati ditanganmu kakanda...." rintih dewi Amba, yang memelas..dan sambil mengeluarkan airmata.

Hati Dewabrata terguncang dan haru ketika melihat Dewi Amba menangis dan sambil mendekat, ia berdiri terpaku bagaikan tugu sinukarta. Matanya menatap tajam ketka Dewi Amba melangkahkan kakinya, dan semakin dekat.

Hati Dewabrata semakin terguncang, peluh semakin membasahi tubuhnya, telapak tangan yang memegang busur dan anak panah secara perlahan mulai mengendor, keringat di telapak tangan membuat anak panah semakin licin. Dalam keadaan bengong karena pikiran yang bercampuraduk, tanpa terasa anak panah melesat dari busurnya, dan...mengenai jantung dewi Amba...menjerit seketika dan terkulai.......

Busur di lempar, Dewabrata segera menubruk dewi Amba agar tidak terjerembab. Pikiran Dewabrta semakin tadak karuan ;

" dinda, kenapa ini harus terjadi...maafkan aku dinda...bukan maksudku untuk membunuhmu, aku hanya ingin menakutimu saja..."

" kakanda..., sudah jadi takdirku, bahwa aku harus menerima keadaan seperti ini, sebelum aku meninggalkanmu kanda...katakan apakah kanda benarbenar mencintaiku..." Dewabrata tak kuasa menahan airmatanya...ia menganggukkan kepalanya, dan semakin kencang mendekap tubuh dewi Amba.

" iya dinda, aku mencintaimu...tetapi aku tak kuasa untuk menjilat sumpahku sendiri, yang disaksikan oleh Dewata " lirih Dewabrata membisikkan ketelinga dewi Amba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun