Tragedi cinta bagian ke 2
Tentu tidak mungkin, jika dalam sebuah upacara pernikahan pengantinnya terdiri dari satu pengantin wanita dengan dua pengantin pria. Aneh dan tentu akan ditentang oleh masyarakat yang beradab. Lagi pula pegawai pencatat nikah pun tidak mau melaksanakannya, termasuk di Catatan sipil. Tetapi ini benarbenar terjadi dalam sebuah kisah wiracarita.
Syahdan Prabu Santanu mendengar informasi bahwa di negeri Wiratha ada sayembara , bahwa Durgandini putri Prabu Basukiswara ingin mencari suami, banyak para raja muda yang ikut sayembara, tetapi tak satupun dipilih oleh sang Dewi Durgandini.
Pada saat Prabu Santanu mengikuti sayembara sambil menggendong putranya Raden Dewabrata, dan ternyata itulah yang jadi pilihan dewi Durgandini. Applaus yang diberikan oleh para peserta sayembara, meski tidak berhasil mendapatkan dewi Setyawati atau Durgandini.
Sambil menggendong sang bayi, Prabu Santanu naik ke panggung kehormatan untuk menerima upacara pengalungan bunga, oleh calon mempelai putri. Tepuk tangan semakin riuh, meski para tamu undangan penuh tanda tanya ‘ kenapa memilih yang sudah punya anak …?’.
Namun betapa terkejutnya, ketika mengalungkan bunga di leher sang Rajamuda Hastina, dewi Satyawati atau Durgandini, karena bukan orang ini yang dimaksudkan. Tetapi apadaya, akan menarik mundur sudah tidak bisa, karena disaksikan oleh para tamu dari berbagai Negara.
Beberapa saat kemudian datang seorang pemuda bernama Bambang Parasara anak Begawan Sakri dari Padepokan Saptaarga, dengan menggendong anaknya menuju tempat sayembara. Durgandini setelah melihat yang datang adalah Bambang Parasara maka segera melepaskan tangan Prabu Santanu dan mengejar Bambang Parasara.
Melihat peristiwa tersebut, para tamu undangan diam , suasana menjadi hening. Dan menyaksikan peristiwa apa yang bakal terjadi. Prabu Santanu merasa dikecewakan, dan dipermalukan didepan umum, amarahnya memuncak dan langsung mendatangi Bambang Parasara. Pertengkaran mulut antara Prabu Santanu dengan Bambang Parasara, akhirnya berubah menjadi perkelahian dan mengadu kesaktian.
Keduanya samasama sakti, semua aji kesaktian sudah dikeluarkan, namun tidak ada yang menang, suasana semakin memanas, yang akhirnya Bathara Narada turun dari Kahyangan untuk melerai keduanya.
Bambang Parasara mengalah dan kembali ke Pertapaan Saptaarga, yang kemudian bergelar Maharsi Parasara. Dalam kisah Mahabharata (versi India) Parasara adalah seorang tokoh terkenal dalam agama Hindu yang menulis buku Jyotisha (Astronomi Hindu) dan Purana, khususnya Wisnu Purana
Adapun Prabu Santanu, meskipun memenangkan sayembara, tetapi dewi Durgandini belum mau diboyong ke Kerajaan Hastina, karena mempunyai permintaan dan telah disepakati oleh kedua pihak, yakni akan bersedia diboyong ke kerajaan Hastina, apabila telah bisa berbicara langsung pada Raden Dewabrata kelak kalau sudah dewasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H