Mohon tunggu...
Rochani Sastra Adiguna
Rochani Sastra Adiguna Mohon Tunggu... wiraswasta -

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Si Bibir Merah sang Penyelamat...

28 Januari 2010   03:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:13 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku sendiri tidak tahu, kenapa  para sastrawan itu ketika menyebut seorang perempuan dengan ikon bibir merah , James Bond yang akrab dipanggil 007 misinya nyaris gagal ketika diperdayai oleh wanita......???

Ketegangan hubungan antara Panembahan Madiun , dengan Raja baru di Mataram, semakin memanas, kriwikan dadi grojogan ( perkara kecil menjadi besar). Persoalannya sebenarnya sepele saja, yakni putra Panembahan Madiun tak satupun diangkat menjadi nayaka praja di Mataram, bahkan dalam penobatannya, beliau tidak diundang.

Sebagai orang yang disegani di wilayah brang wetan (Jawa Timur, Madura dan Bali), beliau merasa disepelekan, tidak dihargai, tidak dihormati. Sejak itu pula Panembahan Madiun mengumpulkan seluruh pendukung anti Mataram, seperti ; Adipati Surabaya , Adipati Panaraga, Adipati Kediri, Adipati Malang, Adipati Gresik, Adipati Lumajang, Adipati Madura, Adipati Banyuwangi, Adipati Pasuruan dan Raja muda Bali. Tema yang diajukan oleh Panembahan Madiun sangat sederhana tetapi berdampak sistemik (???) yaitu Lengserkan Panembahan Senopati. Wilayah brang wetan menjadi lautan spanduk, baliho, selebaran-selebaran , menolak kepemimpinan Sutawijaya.

∞ 8 ∞

Dalam pada itu Panembahan Senapati ing Ngalaga, sudah menerima laporan intelijen dari prajurit Pengalasan (sandiyuda), bahwa Mataram akan digempur oleh barisan dari Madiun dengan seluruh koalisi brang wetan. Pihak Mataram pun mengambil sikap, seluruh Kadipaten telukan, diantaranya; Kadipaten Pati Pesantenan, Jepara, Demak, Semarang, Kedu, Tembayat dan Pajang , siap mendukung Mataram. Panembahan Senapati Ing Ngalaga, memimpin langsung pasukannya. Ia didampingi penasehat militer Adipati Mandaraka dan dua orang komandan pasukan tempur, yakni bekel Mertalaya dan Pangeran Singasari.

Kedua pasukan sudah saling berhadapan hanya terhalang Bengawan Brantas, pasukan Mataram makuwon di desa Taji, keduanya tinggal menunggu perintah penyerbuan dari masing-masing panglima perangnya.

∞ 8 ∞

Adalah Emban Adisara, abdi dalem kaputren yang baru, parasnya cantik, tinggi semampai, berkulit kuning, ibarat buah, sedang ranum-ranumnya. Ia akan menjalankan tugas sebagai negosiator, hidup atau mati sudah tidak dipikirkan lagi, hatinya gembira, karena dia satu-satunya perempuan Mataram yang mendapatkan tugas untuk memadamkan pemberontakan dari brang wétan. Dalam menjalankan misinya , ia dikawal satu peleton pasukan khusus, yang menyamar sebagai pengawal dan pembawa tandu.

Para petinggi brangwétan mendengar informasi dari mulut ke mulut, bahwa " Senapati Mataram menyerah "orang Mataram sudah benar-benar takluk pada Panembahan Madiun, berita itu telah menyebar sampai keseluruh pakuwon para prajurit brang wétan.

∞ 8 ∞

Panembahan Madiun, pada pagi itu melakukan inspeksi pasukan, sejauh mana kesiagaan dalam persiapan tempur. Yang dijumpai ternyata prajurit sepi-sepi saja tidak ada yang siaga, maka Panembahan mencari sebabnya. Belum selesai Panembahan Madiun memberikan arahan pada para Komandan pasukan Brangwétan, mendadak ada tamu utusan dari Mataram yakni emban Adisara beserta rombongan pengawal yang sudah berada di depan tenda perkemahannya.

Sementara itu emban Adisara, setelah menyampaikan hormat, kemudian berkata ;" hamba mohon maaf, diutus oleh Panembahan Senapati untuk menyampaikan nawala (surat), karena beliau cemas hatinya menunggu jawaban surat paduka, kenapa paduka tidak memberikan balasannya. Yang kedua, bahwa sebagai ketulusan Panembahan Senapati, jika tidak keberatan, hamba akan mencuci kedua telapak kaki paduka.

Panembahan Madiun, dapat memaklumi bahwa Senapati ing Ngalaga benar-benar sudah minta pengampunan, karena sudah mengutus orang kepercayaannya untuk membasuh telapak kakinya. Dan itu sudah menjadi tradisi para raja yang ditaklukan , selalu mencuci telapak kaki sang penakluk.

Ditengah kaki dicuci dengan lembut oleh Adisara, Panembahan Madiun, berkata lirih ; Adisara, nah sekarang katakan apa yang diinginkan oleh anakku Senapati Ing Ngalaga,".

" hamba tak berani mengatakan, tetapi hamba takut pada sang Senapati kalau tidak hamba sampaikan pada paduka, sang Senapati menanyakan apakah paduka mempunyai seorang anak gadis yang cantik ?" tukas Adisara.

Panembahan Madiun kemudian berkata lirih ;" iya-aku punya anak perempuan yang cantik jelita, sudah dewasa, tetapi setiap aku Tanya tentang pernikahan, dia selalu mengatakan mau menikah kelak jika sudah ada kabar mertua bersujud pada menantunya barulah mau menikah, dan calon suaminya harus seorang yang memunyai nama, kedudukan, sakti kebal terhadap senjata apapun termasuk tidak mempan terhadap peluru, sebaliknya kalau tidak ada syarat itu, lebih baik tidak menikah sama sekali .

Kemudian lanjut panembahan Madiun ;" Adisara, aku pesan padamu, meski kau ditanya oleh Senapati, jangan kau katakan ini, aku khawatir nanti dia tidak berkenan).

Setelah diijinkan, maka pulangnya Adisara tidak naik tandu, tetapi jalan kaki sambil melenggak-lenggok. Sesekali melemparkan senyum dan kerlingan matanya. Sambil berjalan Adisara mengatakan ;" wahai prajurit Madiun, silahkan nikmati bersenang-senang, sebentar lagi kuhancurkan kalian" .

∞ 8 ∞

Setelah mendapat laporan intelijen dengan data yang akurat, tentang pusat kekuatan lawan dan titik kelemahannya, kemudian Panembahan Senapati memerintahkan pada kadang senata dan orang pilihan, untuk melakukan penyerbuan, menerobos pertahanan Madiun di sebelah baratdaya. Pada hari Kamis manis, jam 03.00 dinihari, satu pelerton pasukan khusus andalan Senapati, menyerbu ke pertahanan Adipati Pranaraga. Mereka tidak siap menerima itu dan lari tunggang langgang, tak satu pun, lawan yang dilukai , hanya dibiarkan kabur ketakutan. Pasukan koalisi brang wetan , tidak sempat memberikan perlawanan, bahkan bantuan dari pasukan inti yang makuwon di Madiun tak satupun yang membantu.

Para prajuirt yang lari menyelematkan diri, memaki-maki pasukan Panembahan Madiun yang juga didengar oleh Senapati, dan ini strategi yang bagus, taktik yang jitu, karena bisa mencerai beraikan koloni musuh, para prajuritnya sudah diberitahu, tidak perlu membunuh tetapi dibuat ketakutan saja, kalau mereka tidak melawan jangan melukai, kecuali mereka melawan. Yang lari biarkan mereka kabur. Ternyata taktik Senapati memang luar biasa, pasukan yang dibiarkan lolos itu justru mengajak teman-temannya untuk meninggalkan pertempuran. Dalam waktu yang tidak lama, tempat perkemahan prajurit Pranaraga sudah dikosongkan. Pada akhirnya Panembahan Madiun tak mampu melakukan perlawan, dan menyerah, dalam permintaan terakhirnya, agar anak perempuannya bisa mukti di Mataram, yang kelak kemudian menjadi selir sang Panembahan Senapati.

Seandainya pada saat itu Panembahan Senapati tidak menggunakan peran si Bibir Merah Adisara, mungkin saja jalan ceritanya jadi lain, suasana menjadi semakin keruh dan korban pun banyak berjatuhan......selamat si Bibir Merah.........

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun