Sementara itu emban Adisara, setelah menyampaikan hormat, kemudian berkata ;" hamba mohon maaf, diutus oleh Panembahan Senapati untuk menyampaikan nawala (surat), karena beliau cemas hatinya menunggu jawaban surat paduka, kenapa paduka tidak memberikan balasannya. Yang kedua, bahwa sebagai ketulusan Panembahan Senapati, jika tidak keberatan, hamba akan mencuci kedua telapak kaki paduka.
Panembahan Madiun, dapat memaklumi bahwa Senapati ing Ngalaga benar-benar sudah minta pengampunan, karena sudah mengutus orang kepercayaannya untuk membasuh telapak kakinya. Dan itu sudah menjadi tradisi para raja yang ditaklukan , selalu mencuci telapak kaki sang penakluk.
Ditengah kaki dicuci dengan lembut oleh Adisara, Panembahan Madiun, berkata lirih ; Adisara, nah sekarang katakan apa yang diinginkan oleh anakku Senapati Ing Ngalaga,".
" hamba tak berani mengatakan, tetapi hamba takut pada sang Senapati kalau tidak hamba sampaikan pada paduka, sang Senapati menanyakan apakah paduka mempunyai seorang anak gadis yang cantik ?" tukas Adisara.
Panembahan Madiun kemudian berkata lirih ;" iya-aku punya anak perempuan yang cantik jelita, sudah dewasa, tetapi setiap aku Tanya tentang pernikahan, dia selalu mengatakan mau menikah kelak jika sudah ada kabar mertua bersujud pada menantunya barulah mau menikah, dan calon suaminya harus seorang yang memunyai nama, kedudukan, sakti kebal terhadap senjata apapun termasuk tidak mempan terhadap peluru, sebaliknya kalau tidak ada syarat itu, lebih baik tidak menikah sama sekali .
Kemudian lanjut panembahan Madiun ;" Adisara, aku pesan padamu, meski kau ditanya oleh Senapati, jangan kau katakan ini, aku khawatir nanti dia tidak berkenan).
Setelah diijinkan, maka pulangnya Adisara tidak naik tandu, tetapi jalan kaki sambil melenggak-lenggok. Sesekali melemparkan senyum dan kerlingan matanya. Sambil berjalan Adisara mengatakan ;" wahai prajurit Madiun, silahkan nikmati bersenang-senang, sebentar lagi kuhancurkan kalian" .
∞ 8 ∞
Setelah mendapat laporan intelijen dengan data yang akurat, tentang pusat kekuatan lawan dan titik kelemahannya, kemudian Panembahan Senapati memerintahkan pada kadang senata dan orang pilihan, untuk melakukan penyerbuan, menerobos pertahanan Madiun di sebelah baratdaya. Pada hari Kamis manis, jam 03.00 dinihari, satu pelerton pasukan khusus andalan Senapati, menyerbu ke pertahanan Adipati Pranaraga. Mereka tidak siap menerima itu dan lari tunggang langgang, tak satu pun, lawan yang dilukai , hanya dibiarkan kabur ketakutan. Pasukan koalisi brang wetan , tidak sempat memberikan perlawanan, bahkan bantuan dari pasukan inti yang makuwon di Madiun tak satupun yang membantu.
Para prajuirt yang lari menyelematkan diri, memaki-maki pasukan Panembahan Madiun yang juga didengar oleh Senapati, dan ini strategi yang bagus, taktik yang jitu, karena bisa mencerai beraikan koloni musuh, para prajuritnya sudah diberitahu, tidak perlu membunuh tetapi dibuat ketakutan saja, kalau mereka tidak melawan jangan melukai, kecuali mereka melawan. Yang lari biarkan mereka kabur. Ternyata taktik Senapati memang luar biasa, pasukan yang dibiarkan lolos itu justru mengajak teman-temannya untuk meninggalkan pertempuran. Dalam waktu yang tidak lama, tempat perkemahan prajurit Pranaraga sudah dikosongkan. Pada akhirnya Panembahan Madiun tak mampu melakukan perlawan, dan menyerah, dalam permintaan terakhirnya, agar anak perempuannya bisa mukti di Mataram, yang kelak kemudian menjadi selir sang Panembahan Senapati.
Seandainya pada saat itu Panembahan Senapati tidak menggunakan peran si Bibir Merah Adisara, mungkin saja jalan ceritanya jadi lain, suasana menjadi semakin keruh dan korban pun banyak berjatuhan......selamat si Bibir Merah.........