Bah, ini sudah keterlaluan. Beberapa kawan asal Indonesia yang merasa dibayang-bayangi ancaman memilih pindah apartemen. Kami juga terpaksa harus sering mengganti SIM-Card telepon seluler demi keamanan. Situai seperti ini sudah tidak tertahankan, dan aku memutuskan untuk tidak menandatangani kontrak kerja baru yang seyogyanya berlaku mulai 4 Agustus 2014. Aku tidak menjelaskan situasi yang kuhadapi pada pihak kantor, aku hanya beralasan kesehatanku tidak memungkinkan untuk bertahan di sana.
Akhirnya, setelah melalui berbagai trik untuk menjamin keselamatan (aku sengaja meminta pergantian jadwal penerbangan yang lebih awal, menggunakan taxi VIP langsung dari pool dengan sopir pribadi -biayanya tiga kali lipat- daripada taxi bandara) aku berhasil mencapai Bandara Don Mueang (sekarang bernama Bandara Suvarnabhumi). Aku baru bisa benar-benar bernafas lega setelah seluruh kenangan, baik yang menyenangkan maupun yang mencekam, tertinggal di landasan pacu saat pesawatku tinggal landas, terbang menuju Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H