SCIENCE & THE VALUE OF LIFE
Islam Membebaskan Dari Kebodohan
Islam melarang umatnya bodoh, mengapa? Karena Ayat al Qur'an yang pertama kali diturunkan yaitu perintah membaca, bukanlah perintah shalat, puasa, zakat dan apalagi haji. Membaca merupakan pintu mendapatkan ilmu pengetahuan. Tidak mungkin orang yang tidak membaca akan memperoleh ilmu, baik membaca ayat-ayat qawliyah maupun ayat-ayat kawniyah. Oleh karena itu, membaca sedemikian penting dalam Islam. "Kami diperintahkan Allah untuk selalu bersama akal, di mana pun dia berada, karena itu kami tidak akan pergi." Demikian riwayat yang dinisbahkan kepada Sayyidina Ali ra. Memang "Tiada agama tanpa akal, dan tiada juga agama tanpa rasa malu. (Prof. Quraish Shihab)
Ilmu pengetahuan
 Ilmu pengetahuan atau juga di sebut sains yaitu serapan dari bahasa Latin yaitu scientia merupakan suatu usaha sistematis dengan metode ilmiah dalam pengembangan dan penataan pengetahuan yang dibuktikan dengan penjelasan dan prediksi yang teruji sebagai pemahaman manusia tentang alam semesta dan dunianya.
 Ilmu bukan hanya sekedar apa yang terdapat dalam benak, bukan juga sekedar apa yang diperoleh melalui proses belajar mengajar, tetapi cahaya hidayah yang dicampakkan Allah ke hati orang-orang yang berusaha mendekat kepada-Nya. "Kami tidak memiliki pengetahuan kecuali atas dasar anugrah-Mu," begitu ucap malaikat. Karena itu, tututlah ilmu dengan mengamalkannya dan mempeliharanya dengan menjauhi kedurhakaan. Ketahuilah bahwa ilmu yang sekadar dalam benak dapat menjadi saksi pemberat bagi pemiliknya, sedang ilmu yang hakiki menerangi jalan pemiliknya menuju sukses yang didambakan.
(Dari Buku Mutiara Hati -- Quraish Shihab).
Agama dan Akal
Dunia merupakan tempat yang berbahaya untuk ditinggali bukan karena orangnya yang jahat, tapi karena orangnya yang tidak berbuat apa-apa (Albert Einstein).
Akal merupakan anugerah potensial dan instrumen yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya untuk digunakan memikir dan menggali ayat-ayat-Nya (Qauliyyah maupun Kauniyyah-Nya).
Agama merupakan petunjuk yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya melalui para Nabi-Nya sebagai pedoman hidup di dunia. Dari potensi akal melahirkan filsafat, ilmu dan teknologi.
Ayat-ayat Allah itu baik yang qauliyyah sebagai wahyu yaitu al-Qur'an maupun yang kauniyyah yaitu alam semesta merupakan sumber ilmu pengetahuan. Tidak ada pertentangan antara agama dan akal. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Bahkan Umar Ibn Khattab menyatakan: "Al-dinu 'aqlun la dina liman la aqla lahu" yang artinya Agama itu akal, tidak ada agama bagi yang tidak berakal. Karena untuk mendekati ayat-ayat tersebut disediakanlah oleh Allah SWT anugerah potensial yang berupa akal. Maka agama dan akal harus digunakan secara optimal untuk menguak misteri alam semesta dan kebenaran Tuhan tersebut.
Dan mereka berkata, "Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala." Maka mereka mengakui dosanya. Tetapi jauhlah (dari rahmat Allah) bagi penghuni neraka yang menyala-nyala itu. (QS Al Mulk 10-11)
Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (QS Al-Hajj: 46)
Kesan pesan
Setiap peristiwa dapat menjadi pelajaran berharga bagi yang bersedia merenungkannya. Jangan pernah merasa bahwa kamu lambat dalam berproses karena sesungguhnya itu lebih baik dari pada berdiam diri di tempat. Sejarah bagaikan kayu gaharu, ia baru menyebarkan aroma harum bila dibakar. Belajarlah kejinakan dari merpati, ketekunan dari semut, kedisiplinan dari lebah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H