Mohon tunggu...
Sastia Maja Adhitio
Sastia Maja Adhitio Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Akun ini dikelola oleh saya sendiri, bukan staff ataupun presiden Republik Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Perubahan Pola Hubungan Negara-negara di Dunia

13 Januari 2021   23:00 Diperbarui: 13 Januari 2021   23:09 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Virus Corona atau Covid-19 mulai mewabah sejak Desember 2019 yang dimulai di Wuhan, China. Virus Covid-19 ini dianggap sebagai virus yang cukup masif karena menghantam apa saja yang ada disekelilingnya. Pada saat ini kita lihat dunia sedang berjuang melawan wabah Covid-19 yang statusnya sudah ditetapkan sebagai pandemi global oleh World Health Organization (WHO).

Hal ini karena Covid-19 sudah menginfeksi lebih dari 5,4 juta orang di 123 negara (Asia, Eropa, Amerika Serikat sampai Afrika Selatan) dan korban yang telah meninggal mencapai angka 348.551 berdasarkan data Johns Hopins University, Selasa (26/05). Virus Covid-19 ini telah memberi dampak secara menyeluruh, baik dari aspek sosial, ekonomi, pendidikan hingga hubungan-hubungan negara di dunia. 

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa adanya Covid-19 ini dapat memicu konflik diseluruh dunia. Dengan kondisi ini, menurut Antonio Guterres, yang perlu dilakukan oleh dunia adalah dengan meningkatkan solidaritas antar negara. "Semua orang mulai melupakan permainan politik serta memahami bahwa umat manusialah yang dipertaruhkan." ujarnya.

Akan tetapi sejak diberlakukannya Social Distancing atau lockdown ditengah masyarakat, hal ini malah berdampak pada negara sentris atau masing-masing negara, dan malah mengalami perubahan pola hubungan negara-negara di dunia serta tidak menutup kemungkinan mengalami pergerseran hubungan internasional dan mengancam perdamaian antar negara. 

Pandemi Covid-19 ini telah memaksa negara-negara di dunia untuk menutup pintu masuknya virus ini, seperti penutupan bandara, ekspor-impor, dan sebagainya. Ketahanan dan kekuatan masing-masing negara sedang diuji oleh virus ini, alih-alih kerjasama internasional tidak bisa diandalkan, karena memang hampir semua negara sedang mengalami krisis virus tersebut.

Hubungan antara Amerika Serikat, Jerman, dan Perancis

Virus Covid-19 ini memunculkan beberapa konflik diantara negara-negara dunia, seperti negara adidaya Amerika Serikat yang dituduh oleh beberapa negara Uni Eropa bahwasannya Amerika telah membajak pembelian masker dan pasokan medis untuk menangani wabah ini. Tuduhan ini dilatarbelakangi karena tingginya permintaan alat kesehatan seperi APD di Amerika Serikat.

Pada bulan April, pejabat-pejabat pemerintahan Jerman menuduh pihak Amerika Serikat, menurut mereka [Jerman] Amerika telah mencegat kiriman peralatan medis dari negara Thailand dibawah bendera perusahaan pemasok medis 3M dan mengalihkan pengirimannya ke Amerika Serikat. Selain itu, pejabat di pemerintahan Perancis juga beranggapan sama dengan pihak Jerman, menurut salah seorang pejabat Perancis, negara Amerika Serikat ini telah mengalihkan pengiriman masker medis dari Shanghai yang padahal awalnya ditujukan ke Perancis.

Dilansir dari The Guardian (04/04) "Mereka [Amerika Serikat] menawarkan harga tiga kali lipat dan mereka sanggup untuk membayar di muka. Saya tidak bisa melakukan itu," kata Valrie Pcresse, pemimpin wilayah le-de-France. "Saya membelanjakan uang rakyat dan saya hanya dapat membayar pengiriman setelah memeriksa kualitasnya," tambahnya.

Hubungan Indonesia dengan Australia

Pandemi Covid-19 ini juga telah mempengaruhi hubungan bilateral antara Australia dengan Indonesia. Jika Amerika Serikat bersitegang dengan pihak Jerman dan Perancis mengenai pasokan peralatan medis, sementara Gary Quinlan (Duta Besar Australia) untuk Indonesia diwarnai masalah kecemasan dan kepercayaan di antara kedua negara. Duta Besar Australia ini ditarik sementara atau dipulangkan ke negaranya terlebih dahulu karena masalah kepercayaan penanganan dan kesiapan Indonesia dalam menangani virus ini yang diperkirakan dapat memakan korban hingga 120.000 orang.

"Apa yang terjadi di Indonesia sangat memprihatinkan," kata Scott Morrison. "Besarnya tantangan yang mereka hadapi jauh melampaui apa pun yang dapat dibayangkan oleh Australia. Kita perlu berada bersama mereka dan memberikan dukungan yang dapat kita lakukan. Tetapi besarnya tantangan di Indonesia memang tidak pernah kita saksikan sebelumnya di zaman ini," tambahnya.

Hubungan China dan Negara-Negara di Dunia

Dalam skala yang lebih luas, adanya pandemi ini telah mengalami perkembangan terbaru dalam konteks hubungan internasional. Beberapa negara termasuk Australia kini telah memulai menggugat pihak China agar mereka terbuka soal virus Covid-19 ini, dan mereka juga diminta agar menjelaskan asal-usul bagaimana Covid-19 bisa muncul ditengah-tengah masyarakat. 

Hal ini karena informasi mengenai Covid-19 masih simpang siur, ada yang mengatakan bahwa virus tersebut berasal dari hewan liar, adapula yang mengatakan bahwa virus ini merupakan senjata biologis yang disebabkan oleh program militer Amerika Serikat yang bertujuan untuk memusnahkan setengah populasi umat manusia.

Akan tetapi jika memang Covid-19 merupakan buatan militer Amerika, berarti mereka telah melakukan 'blunder' sendiri karena yang kita lihat kini kasus Covid-19 telah menyebar disana dan korban yang berjatuhan juga cukup besar.

Pola Hubungan di Negara-negara Uni Eropa

Adanya pandemi ini menyebabkan hampir semua negara di dunia berselisih, mereka lebih mengutamakan kepentingan masing-masing atau negara sentris, akibatnya yang timbul adalah kompetisi ketimbang kerja sama. Salah satu perselisihan di negara-negara Uni Eropa yakni Italia dengan Jerman dan Prancis. 

Disaat kasus Covid-19 melonjak di negara Italia, negara tersebut telah meminta bantuan perlengkapan medis dari negara tetangga, akan tetapi Jerman dan Prancis malah melarang ekspor perlengkapan medis tersebut. Hal ini tentu tidak baik bila kita lihat secara solidaritas diantara negara Uni Eropa.

Selain itu ketika pemerintah China ingin mengirimkan bantuan alat medis ke penjuru benua Eropa yang terkena dampak Covid-19 juga ditolak oleh beberapa negara seperti Belanda, Austria, dan Finlandia padahal negara Spanyol, Prancis, Belgia, dan Portugal mendukung apa yang dilakukan pemerintah China. Bila kita perhatikan, hal ini telah menunjukkan adanya perpecahan diantara anggota Uni Eropa akibat pandemi Covid-19 ini.

Referensi: 

satu, dua, tiga, empat, lima

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun