Pernahkah kamu merasa rileks atau bahagia saat memakan makanan yang manis? Ataukah suasana hati kamu menjadi lebih baik jika memakan makanan yang kamu suka? Jika pernah, bisa jadi hal itu disebabkan oleh makanan yang kamu makan.
Seringkali saat merasa lelah atau sedang dalam kondisi suasana hati buruk, memakan makanan manis menjadi opsi yang kita pilih untuk mengembalikannya. Makanan memilki pengaruh pada sel neuron, yaitu sel utama otak.
Menurut Sarah Thomas Ferreira, seorang ahli gizi mengatakan, makanan dan nutrisi tertentu membantu otak dalam membuat bahan kimia yang dapat memengaruhi suasana hati. Makanan secara langsung memengaruhi sistem neurotransmitter otak yang memiliki efek terbesar pada suasana hati.
Serotonin, hormon dengan julukan “rasa-baik” ini merupakan salah satu neurotransmitter otak yang mempunyai hubungan dengan rasa bahagia, fokus, dan juga ketenangan. Kita akan merasa bahagia, stabil secara emosional, tenang ketika serotonin berada pada tingkat normal.
Serotonin berasal dari asam amino esensial. Oleh karena itu, serotonin tidak dapat dibuat oleh tubuh, melainkan berasal dari triprofan atau asam amino yang diubah menjadi serotonin di otak kita. Triptofan dapat ditemukan dalam makanan berprotein tinggi, seperti salmon dan kalkun.
Namun, memakan makanan protein tinggi untuk memperoleh asam amino triptofan tidak sesederhana yang kita bayangkan. Makan makanan tinggi protein dapat meningkatkan jumlah asam amino dalam darah, berbeda dengan triptofan yang hanya ditemukan dalam dosis rendah pada protein makanan.
Hal itu menyebabkan mayoritas asam amino bersaing dengan sejumlah kecil triptofan yang diangkut ke otak, yang artinya ketersediaan triptofan untuk sintesis serotonin menjadi lebih sedikit.
Untuk mengakalinya, kita dapat mengonsumsi makanan karbohidrat kompleks bersama dengan makanan tinggi protein untuk mengubah kadar asam amino dalam darah.
Ketika kadar glukosa darah meningkat, insulin yang dilepaskan memungkinkan jaringan otot untuk mengambil sebagian besar asam amino kecuali triptofan yang terikat pada albumin dalam darah.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa kandungan protein kurang dari 2 persen dari makanan yang mendukung peningkatan kadar serotonin.
Hingga sekarang, masih belum diketahui pola makan yang tepat untuk meningkatkan suasana hati. meskipun ada banyak penelitian mengenai hubungan makanan dengan suasana hati, temuan tersebut seringkali digeneralisasi dan bersifat subjektif.