Mohon tunggu...
Siti Astri Sulfiyah Putri
Siti Astri Sulfiyah Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fiksi

Mahasiswa sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Reward dan Punishment Bagian dari Perkembangan Anak

1 Januari 2022   14:23 Diperbarui: 1 Januari 2022   14:28 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reward dan Punishment|jasakonsultanhr.com

Bagi sebagian orang mungkin telah mengenal apa itu reward dan punishment. Namun, sebagian lagi mungkin masih merasa asing tentang apa itu reward dan punishment.
Reward berasal dari bahasa inggris yang berarti hadiah, penghargaan, upah, dan lain sebagainya. Syaiful Bahri menjelaskan bahwa reward merupakan suatu cara untuk menyenangkan dan menggairahkan belajar anak didik, baik di sekolah maupun di rumah. 

Selain Syaiful Bahri Djamarah, Ngalim Purwanto juga memberikan pengertian apa itu reward. Reward adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.
Jadi, reward merupakan bentuk apresiasi yang seseorang berikan kepada orang lain karena telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Adanya reward sebagai pacuan untuk seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan semangat.

Semua orang berhak mendapatkan reward sebagai hadiah menghargai atau hasil dari pekerjaannya. Baik itu anak kecil, remaja bahkan orang dewasa sekalipun. Reward didapatkan dari orang tua, guru, tempat kerja bahkan diri sendiri (self reward). Umumnya, orang tua memberikan reward kepada anaknya berupa pujian ataupun dengan memberikannya peralatan belajar dengan tujuan agar anak dapat lebih semangat dalam belajar, demikian pula dengan guru. 

Guru memberikan reward untuk anak didiknya sebagai penghargaan atas hasil kerja atau belajar anak tersebut baik berupa barang maupun ucapan. Sedangkan reward yang diberikan di tempat kerja dapat berupa uang, barang, maupun bentuk lain ditujukan untuk meningkatkan semangat kerja karena telah dihargai serta kebahagiaan karyawan. Self reward sangat dibutuhkan untuk diri sendiri karena telah berhasil mengerjakan apa yang sebelumnya dilakukan, seperti menyelesaikan pekerjaan yang sulit atau mengerjakan banyak sekali tugas membuat diri ini tertekan. 

Penghargaan untuk diri sendiri dapat berupa tidak melakukan apa-apa, liburan, film marathon, membeli makanan atau barang yang disuka, mengistirahatkan diri seperti melakukan perawatan atau mereleksasikan diri. Self reward bertujuan selain untuk memberikan penghargaan atas hasil dari apa yang telah kita kerjakan, bertujuan juga untuk mengusir stres akibat tekanan yang didapatkan ketika mengerjakan tugas. Sebagai seorang mahasiswa, saya sendiri merasakan hal itu. Rasa tertekan juga pola hidup yang mulai tidak teratur dapat menimbulkan stres dalam diri ini.

Mungkin sebagain orang menganggap memberikan reward kepada orang lain atau diri sendiri itu tidak penting. Namun, sebagian lagi menganggap hal ini sangat penting. Dalam hidupnya, manusia membutuhkan dukungan. Dukungan ini dapat berupa motivasi atau penghargaan. Tanpa motivasi, hidup seakan berjalan biasa saja tidak adanya tantangan untuk diri sendiri dan menjadi lebih cepat bosan. 

Penghargaan dapat memacu semangat seseorang. Contohnya: seorang karyawan mendapatnya hadiah berupa tiket pesawat untuk berlibur akibat berhasil mencapai target kerja yang perusahaannya terapkan. Dari sini karyawan lain yang melihat pasti ingin juga mendapatkan hadiah tersebut sehingga dia termotivasi akan hal ini untuk lebih semangat bekerja agar mendapatkan penghargian atau hadiah dari perusahaan.

Selain reward, terdapat juga punishment. Sama seperti reward, punishment juga berasal dari bahasa inggris yang berarti hukuman, ganjaran, setrapan atau siksaan.
Ngalim Purwanto memberikan definisi punishment sebagai berikut. Punishment adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan.

Jadi punishment adalah hukuman yang diberikan seorang maupun kelompok karena telah melakukan kesalahan. Jika reward didapatkan ketika seseorang berhasil menyelesaikan pekerjaannya atau memenangi sebuah lomba. Maka, punishment terjadi ketika orang atau kelompok berbuat kesalahan.

Anak-anak, remaja, orang dewasa bahkan lansia sekalipun bisa mendapatkan punishment ketika mereka melakukan kesalahan. Pada anak usia dini, jika anak tersebut melakukan kesalahan, orang tua akan memberikan punishment atau hukuman berupa teguran halus atau nasihat yang diselingi penjelasan logika bahwa yang dilakukannya itu salah dan agar sang anak tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari juga mengajarkan anak untuk meminta maaf atas kesalahan mereka. Selain teguran, ada beberapa orang tua memberikan hukuman pada anaknya seperti disuruh membersihkan barang-barang mereka, merenungi kesalahan mereka pada sudut dinding kamar, mendiami anak.

Namun, umumnya orang tua di Indonesia memberikan hukuman pada anak mereka berupa hukuman fisik dan lisan. Kerap kali orang tua memukul, membentak, mengunci anaknya dalam kamar bahkan sampai ada yang mengguyur anaknya dengan air ketika sang anak melakukan kesalahan. Padahal, sang anak melakukan kesalahan kecil atau tidak sengaja berbuat salah namun orang tua malah memberikan hukuman yang seperti itu. Ini bisa termasuk kekerasan pada anak dengan dalih hukuman agar sang anak kapok. 

Memberikan hukuman seperti itu pada anak-anak membuat fisik dan mental anak terganggu. Contohnya: Seorang anak tidak sengaja menyenggol vas bunga kesayangan ibu nya ketika sedang bermain sehingga vas tersebut jatuh dan menjadi pecah. Ibunya yang melihat hal tersebut langsung marah dan membentak dan memukul sang anak. Anak-anak mengingat kejadian tersebut dan dari situlah tumbuh perasaan benci juga membuat anak nantinya gampang marah, keras kepala dan berlaku kasar. 

Ketika anak-anak beranjak remaja tentu saja sifat dan perilaku tadi mempengaruhi kepribadian membuat sang anak menjadi pembangkang ditambah ketika mereka melakukan kesalahan, orang tua langsung memarahi dan melarang sang anak. Ketika anak dilarang melakukan sesuatu, maka timbul rasa ingin tau yang semakin tinggi sehingga mereka melakukannya sendiri. Jadi, semakin dilarang, anak akan semakin melanggar larangan tersebut. 

Di sekolah, peran orang tua diambil alih oleh guru. Guru berperan dalam perkembangan dan pertumbuhan peserta didiknya juga saat memberikan reward dan punishment. Guru biasanya memberikan punishment pada anak didiknya ketika mereka tidak mengerjakan tugas yang diberikan, ribut dalam kelas, membolos, terlambat datang ke sekolah, merusak fasilitas sekolah, berkelahi dengan teman sebaya ataupun mengikuti tawuran. Bentuk punishment pun beragam. Mulai dari  membersihkan kelas, manyanyi, berdiri di depan kelas, menyuruh diam, ancaman, diskors, berdiri di depan tiang bendera hingga keliling lapangan. 

Namun, hukuman fisik yang seperti tadi mulai tidak digunakan lagi di beberapa sekolah karena banyaknya aduan orang tua murid kepada sekolah. Bahkan ada kasus dimana orang tua murid murid menyerang guru hingga kasus orang tua murid yang menuntut guru dimasukan kedalam penjara. Maka dari itu, beberapa sekolah di indonesia mulai tidak menerapkan hukuman fisik kepada anak muridnya. 

Dengan tidak adanya hukuman fisik tadi, membuat sejumlah murid yang sudah terbiasa berbuat masalah semakin menjadi dalam membuat masalah sehingga guru bekerja sama dengan guru Bk (Bimbingan korseling) memberikan peringatan berupa panggilan orang tua murid untuk datang ke sekolah. Punishment pada orang dewasa bisa didapatkan di tempat kerja. Hukuman ini berupa teguran, pemotongan gaji, hingga penurunan jabatan. Maka dari itu, mereka berlomba-lomba bekerja dengan giat untuk terhindar dari punishment dan mendapatkan reward.

Sebenarnya reward dan punishment sejalan dengan perkembangan anak. Adanya reward dan punishment yang diterapkan dalam kehidupan dimaksudkan dengan mengajarkan seorang atau individu tantang menjaga perilaku, mendisiplinkan, menghindari hal yang telah terjadi kembali terjadi, juga bisa menjadi motivasi. Pemberian reward dan punishment harus sesuai aturan dan kepada siapa reward atau punishment tersebut diberikan. 

Apakah kepada anak-anak? remaja? atau orang dewasa? Reward dan punishment pula berkaitan dengan perilaku serta perkembangan anak. Memberikan reward kepada anak-anak diharapkan sewajarnya saja karena jika berlebihan anak-anak akan merasa sombong karena diberi hadiah yang berlebihan begitu juga dengan punishment, jangan sampai anak merasa tertekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun