Siang itu, awan terlihat gelap-gulita, suara gemuruh guntur pun seakan berbaur dengan gelapnya awan. Butir-butir air hujan yang amat halus telah gugur bak daun jati yang menggugurkan daunya di musim kemarau. gluduk-gluduk..............begitulah suara guntur yang terus menyelimuti telingaku, seakan meninabubukkan diri ini di kasur yang tipis, lusut, bau, dan tidak karu-karuan. Biasa anak kos-kosan!
"Aku tidak boleh tidur!!!", "Aku harus pergi kuliah!!!!", sontakku dalam hati sambil aku siap-siap untuk pergi kuliah.
Ku tatap dinding kamarku yang berwarna kehijau-hijauan, ku lihat selembar kertas disana tertempel dengan posisi agak miring 45 derajat. Tertulis jam 12.00 WIB di kolom waktu, ilmu bayan di kolom mata kuliah, dan gedung 1.01 di kolom ruang. Hati ini seakan enggan untuk mengambil buku dari raknya, inginya hanya tidur-tidur dan tidur. "Wenak turu wae wes" sempat terfikir dalam benakku karena mengingat dosen yang mengajar makul ini juga males masuk, apalagi saat cuaca mendung seperti ini. Namun, perasaan itu hilang ketika aku membaca seuntai kata pengingat sekaligus penyemangat bagiku yang dulu sempat aku tulis di jadwal perkuliahan harianku.
" INGAT TUJUAN DARI RUMAH, JO MUK TURA KARO TURU WAE"
Riz....Riz.....ayo budal!!, seorang temen memanggilku dengan nada tinggi seakan-akan dia sedang terburu-buru dikejar dopkolektor agar segera melunasi hutangnya. iyo sek thooo.........jawabku sambil melihat jam. waduhhhh............!!!! aku kaget setelah melihat jarum jam yang panjang menunjuk pada angka 15, dan yang pendek menunjuk pada angka 12. Aku langsung bergegas memakai sepatu dan segera berlari menuju kampus karena sudah terlambat 15 menit ditambah lagi ditinggal temen.
Setiba dikampus aku langsung masuk ke ruang 1.01 seperti yang tertulis dalam jadwal. Lha tenan thooo??? pikiran su'udhonku tadi benar-benar terjadi. Dosennya tidak hadir dan hujan pun kini turun dengan deras...
Galau berat kini ku derita, sudah ngantukkk buanget mau pulang tidak bisa. Dibalik kaca jendela kutatap taman yang penuh dengan bungkus jajanan, botol akua, dan beberapa potongan kertas kecil-kecil yang berserakan ditambah lagi genangan-genangan air yang kumuh membuat semakin buruknya pemandangan kebun itu. Tak seperti biasanya, kebun kali ini sepi tanpa ada seorang pun yang mau menyinggahinya meskipun hujan telah reda. Lain halnya, pada saat musim penghujan belum datang, tempat itu penuh dengan orang bercanda, bercinta, bercurhat, dsb.
Meskipun demikian, kebun itu tidak begitu saja nganggur tanpa pengunjung. Burung gereja berbondong-bondong mendatanginya. Mereka bersuka-cita, berdansa, bernyanyi bersama, dan lonjak-lonjak dengan penuh kebebasan, kenetralan, seakan dunia ini milik komunitasnya saja tanpa ada musuh, pengganggu, pemburu, dan beberapa masalah lainya. Mereka asyik mencari makan di kebun yang penuh dengan kejelekan di mata manusia, namun mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. mereka dapat makan dengan tenang, senang hingga perut mereka pun kenyang semua.
Ibrah dari cerita di atas adalah sejelek-jeleknya ciptaan Allah di mata manusia di seluruh dunia ini selalu ada manfaatnya. singkat kata semua ciptaan Allah itu selalu menyimpan makna/ manfaat.
Begitupun juga dengan penilaian manusia yang satu dengan yang lainya, haruslah melihat dari seluruh sisi yang dimilikinya. Jangan sampai menilai orang itu hanya melihat sisi baiknya saja atau sebaliknya. Ada pepatah mengatakan: "Sejelek-jeleknya orang itu meskipun sedikit pasti ada baiknya, dan sebaik-baiknya orang, meskipun sedikit pasti ada jeleknya".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H