hati gundah, gelisah, resah....
karena apa? Mengapa?
tak jelas, aku yakin dokterpun tak mampun diagnosa galau ini
alfabet dalam keyboard ini, sepertinya, tak ada satupun yang mempesonakan sore ini
galauku mengerakan saraf motoriknya, untuk terus mengais-ngais serpihan dalam rasaku
mata terpejam agar jari ini lebih dalam mengais-ngais..... tapi hanya hampa ku dapat
kutarik panjang urat nafasku..... kucubui rinduku dalam galauku...... tapi hanya hampa ku dapat
segala asap di ujung keretek telah aku hirup, tapi............. tapi hanya hampa ku dapat
sesungguhnya koordinat jangkarnya jelas
tetapi aku tak mau merusak tenangnya gelombangnya pantaimu
sesungguhnya senyumku sangat sempurna, kala melihat riak gelombang pantaimu berkejaran
sesungguhnya, deburan riak-riak kecil itu menggodaku, tapi aku tak mau merusak riang ria  gelombang pantaimu
pantaiku, tetaplah cantik
pantaiku, jiwaku ada di situ
pantaiku, rinduku selalu memandangmu
pantaiku, tetaplah sempurnakan ceriamu...
pantaiku, aku cinta kamu. (SH 838)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H