Fenomena cabut seolah - olah sudah menjadi kebiasaan Pelajar. Kebiasaan cabut sudah dikenal sejak dahulu dan sekarang ini semakin parah. Fenomena cabut ini lebih sering dilakukan oleh Siswa dibanding Siswi.Â
Cabut sendiri memiliki arti tindakan Siswa yang meninggalkan Sekolah tanpa izin dari Guru. Cabut juga bisa diartikan sebagai membolos Sekolah. Faktor yang paling mempengaruhi untuk melakukan cabut yaitu ajakan dari teman.Â
Salah satu contoh dari perilaku cabut yaitu tidak masuk kelas saat jam pelajaran tertentu. Fenomena cabut ini merupakan awal dari perilaku nakal dan kejahatan tingkat rendah. Kenakalan remaja yang satu ini juga sering melibatkan pihak berwenang.Â
Fenomena cabut tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada lingkungan sekitar. Beberapa dampak negatif dari fenomena ini yaitu, kegagalan mencapai tujuan, penurunan produktivitas, stres, kecemasan, dan masih banyak lagi. Untuk mengatasi fenomena cabut ini, kita perlu melakukan beberapa upaya seperti, menentukan tujuan yang jelas, mengubah pola pikir, dan memberi penghargaan pada diri sendiri.Â
Ada beberapa cara yang dilakukan Siswa agar bisa cabut dari Sekolah. Mereka tidak masuk Sekolah dengan alasan berpura pura sakit, mengaku ada keperluan Keluarga, dan berbohong tentang transportasi. Alasan - alasan tersebut selalu muncul ketika mereka cabut.Â
Cabut selama jam pelajaran juga sering dilakukan oleh Siswa, caranya yaitu bersembunyi di toilet, berkeliaran di Sekolah, dan pergi ke tempat umun. Siswa sering kali mengarang cerita untuk mereka berhasil cabut. Mereka akan membuat cerita yang seolah - olah ada kejadian penting yang harus diurus.
Faktor internal Siswa melakukan cabut diantaranya. Kejenuhan terhadap pelajaran yang dianggap membosankan atau terlalu sulit. Tekanan akademik, beban tugas yang terlalu berat, ujian yang menumpuk, atau target nilai tinggi dapat membuat Siswa merasa tertekan dan cemas sehingga memilih untuk menghindari Sekolah.Â
Faktor eksternal dari fenomena cabut ini yaitu. Lingkungan Sekolah, bullying, diskriminasi, atau perundungan di Sekolah dapat membuat Siswa tidak aman dan nyaman sehingga enggan datang ke Sekolah. Lingkungan pergaulan, pengaruh teman sebaya yang negatif, seperti mengajak untuk bolos atau terlibat dalam kegiatan yang tidak bermanfaat dapat mendorong Siswa untuk melakukan hal yang sama.
Kronologi umum dari perilaku ini yaitu munculnya masalah, perasaan tidak nyaman, terjebak dalam siklus. Contoh kronologinya yaitu, seorang Siswa menjadi korban bullying di Sekolah. Ia takut untuk pergi ke Sekolah karena khawatir akan dipermalukan oleh teman - temannya.Â
Sanksi yang akan didapatkan Siswa jika cabut dari Sekolah diantaranya. Pekerjaan tambahan seperti membuat rangkuman materi atau membersihkan Kelas. Penurunan nilai sikap, nilai diturunkan sebagai bentuk penilaian terhadap perilaku yang tidak disiplin. Dalam kasus yang lebih serius, Siswa bisa diskorsing atau dikeluarkan sementara dari Sekolah.Â
Tingkat keparahan sanksi akan disesuaikan dengan frekuensi dan alasan Siswa membolos. Sanksi diberikan bukan hanya sebagai hukuman, tetapi juga sebagai upaya untuk membimbing Siswa agar lebih bertanggungjawab. Peran Orang Tua sangat penting dalam mengatasi masalah ketidakhadiran Siswa di Sekolah.Â