Mohon tunggu...
Sashimie
Sashimie Mohon Tunggu... Lainnya - Saya hny orang yang hobi menulis dan memasak

saya adalah seorang pengusaha di bidang fashiion dan makanan dan hobi saya menulis dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siapakah Anak?

16 Januari 2017   17:48 Diperbarui: 16 Januari 2017   17:51 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa mereka malu dengan anaknya,  bagaimana saat mereka melakukan atas dasar suka sama suka dan mau sama mau. Bukankan ini sangat ironi untuk seorang anak yang tidak apa apa, harus  menanggung cemoohan seumur hidup sebagai manusia hina seumur hidup, atas perbuatan kedua orang tuanya.

Bukankan tidak adil untuk anak tersebut, dosa perbuatan orang tuanya harus ia pikul. Dalam Islam seseorang yang hidup tidak bisa menanggung dosa orang lain. Akan tetapi, di masyarakat hokum ini berlaku.

Hak anak diluar nikah, sebelum ia dilahirkan, haknya sudah direnggut, oleh orang tuanya sendiri. anak dilahirkan secara tidak sah, maka ia tidak dapat dihubungkan dengan bapaknya (tidak sah), kecuali hanya kepada ibunya saja.:

Tidak ada hubungan nasab dengan laki-laki yang mencampuri ibunya (secara tidak sah), Tidak ada saling mewarisi dengan laki-laki itu dan hanya waris mewarisi dengan ibunya saja. Tidak dapat menjadi wali bagi perempuan, karena dia lahir akibat hubungan diluar nikah.

Sebagai akibat dari ketentuan hukum tersebut diatas merambat pula masalahnya kepada masalah kejiwaan si anak. Cepat atau lambat, pasti akan diketahuinya ‘aib itu merupakan corengan arang yang sukar menghapusnya. Jiwanya merasa tertekan sepanjang hidupnya.  

Bahkan mereka dipandang hina oleh orang, seolah mereka akan membawa dampak yang buruk, untuk teman dan anak-anak yang dilahirkan secara sah.  Karena anak diluar nikah sudah dianggap dan di cap pembawa sifat  dan moral buruk kedua orang tua mereka.  

Coba kita berfikir, siapa yang harus kita kucilkan anak atau orang tua yang berbuat zina. Dosa apakah si anak, dia tidak dapat memilih orang tua. Jika seorang bayi bisa memilih orang tua, ia akan memilih orang tua yang sayang dan bersyukur memiliki dirinya dalam hidup mereka, bukan sepasang muda mudi atau sepasang kekasih yang senang melakukan hubungan intim  saat  ia hadir, mereka membuangnya layaknya kotoran atau jika terpaksa harus dilahirkan, ia dianggap aib dan pembawa sial.

Dosakah ia, saat ia hadir nasabnya sudah diambil. Setelah lahir ke dunia, dalam masyarakat ia dilecehkan, diperolok, menjadi bahan caci makian, hanya karena mereka tidak bisa memilih orang tua.  Sedangkan orang tua mereka tetap bisa dihormati, tetap mempunyai kepala untuk menatap indahnya  dunia.  Walaupun Allah akan menghukum keduanya di dunia dan di akhirat, tetapi dalam masyarakat  mereka masih dihargai. Bukannya tidak adil, seorang anak menanggung dosa orang tuanya seumur hidup.

Dewasa ini berhubungan intim sepasang muda mudi di luar nikah  merupakan hal yang tidak aneh, bahkan biasa dikalangan mereka. Jika mereka tidak melakukan itu tidak cinta, cinta dipergunakan sebagai alasan untuk berhubungan intim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun