Mohon tunggu...
SASKIA INDRIANI
SASKIA INDRIANI Mohon Tunggu... Akuntan - NIM :55522110002 Mata Kuliah: Audit Sistem Informasi Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo, M.Si., Ak. Program Studi : MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCUBUANA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Audit Sistem Informasi : Diskursus Aplikasi The Software Development Cycle (SDLC)

12 Desember 2023   23:57 Diperbarui: 13 Desember 2023   00:42 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital yang terus berkembang, perangkat lunak telah menjadi tulang punggung inovasi dan kemajuan hampir di semua bidang. Dengan semakin meningkatnya kompleksitas sistem dan meningkatnya permintaan akan aplikasi serta software yang fungsional dan handal, terciptalah metodologi terstruktur yang dikenal sebagai Software Development Life Cycle (SDLC).

SDLC adalah suatu kerangka kerja yang memandu perencanaan, pengembangan, pengujian, penerapan, dan pemeliharaan perangkat lunak. Ini merupakan pendekatan komprehensif yang bertujuan untuk menghasilkan software yang berkualitas tinggi, memenuhi kebutuhan pengguna, dan memberikan nilai bisnis yang maksimal.

Mengapa SDLC Penting?

Menerapkan SDLC dalam pengembangan software menawarkan sejumlah manfaat yang signifikan, antara lain:

  • Pengurangan Risiko: SDLC membantu mengidentifikasi dan mengelola risiko proyek sejak awal, sehingga meminimalkan kemungkinan kegagalan dan memastikan kelancaran proses pengembangan.
  • Kualitas Perangkat Lunak: Dengan menerapkan SDLC, kualitas software terjaga melalui proses pengujian yang ekstensif dan dokumentasi yang lengkap.
  • Efisiensi dan Efektivitas: SDLC membantu menghemat waktu dan uang dengan mencegah kesalahan dan rework, serta meningkatkan efisiensi pengembangan secara keseluruhan.
  • Kepuasan Pengguna: Perangkat lunak yang dikembangkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan pengguna dan mudah digunakan, sehingga meningkatkan kepuasan dan adopsi.
  • Kepatuhan terhadap Peraturan: SDLC memastikan software mematuhi peraturan dan standar industri yang relevan, mengurangi risiko tuntutan hukum dan masalah lainnya.
  • Komunikasi dan Kolaborasi: SDLC mendorong komunikasi dan kolaborasi yang efektif antara tim pengembang, penguji, pemangku kepentingan, dan pengguna, sehingga menghasilkan software yang lebih sesuai dengan kebutuhan.

Memilih Model SDLC yang Tepat

Model SDLC yang tepat untuk sebuah proyek tergantung pada berbagai faktor, seperti kompleksitas software, ukuran tim pengembangan, dan budaya organisasi. Beberapa model SDLC yang paling umum digunakan meliputi:

  • Waterfall: Model tradisional dengan tahapan linier yang berurutan.
  • Agile: Pendekatan iteratif dan adaptif yang berfokus pada pengiriman berkelanjutan.
  • DevOps: Kombinasi prinsip Agile dan Lean yang menyatukan pengembangan dan operasi.

Model-Model SDLC

1. Waterfall

Dokpri 1
Dokpri 1

Waterfall adalah model SDLC tradisional dan paling linier. Model ini terdiri dari tahapan-tahapan yang harus diselesaikan satu per satu sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya. Tahapan-tahapan dalam model Waterfall adalah:

  • Perencanaan: Mendefinisikan kebutuhan bisnis dan membuat rencana proyek.
  • Analisis: Mempelajari kebutuhan pengguna dan menentukan persyaratan software.
  • Desain: Merancang arsitektur sistem dan antarmuka pengguna.
  • Pengembangan: Menulis kode untuk software.
  • Pengujian: Melakukan pengujian untuk memastikan software berfungsi sesuai dengan persyaratan.
  • Penerapan: Menyebarkan software ke lingkungan produksi.
  • Pemeliharaan: Memperbaiki bug dan menambahkan fitur baru.

2. Agile

Dokpri 2
Dokpri 2

Agile adalah model SDLC yang lebih iteratif dan adaptif. Model ini menekankan pada pengiriman berkelanjutan dan kolaborasi tim. Tahapan-tahapan dalam model Agile adalah:

  • Sprint planning: Menentukan tugas-tugas yang akan dikerjakan dalam sprint (periode pengembangan yang singkat).
  • Daily stand-up: Membahas progress dan masalah yang dihadapi.
  • Sprint review: Meninjau hasil sprint dan mendapatkan feedback.
  • Sprint retrospective: Merefleksikan sprint dan mencari cara untuk meningkatkan.

3. DevOps

Dokpri 3
Dokpri 3

DevOps adalah gabungan antara praktik pengembangan software (Dev) dan operasi (Ops). Model ini menekankan pada integrasi dan kolaborasi antara tim pengembangan dan operasi untuk mempercepat proses pengiriman software. Tahapan-tahapan dalam model DevOps adalah:

  • Continuous integration: Menggabungkan kode ke dalam repositori pusat secara teratur.
  • Continuous delivery: Mengotomatiskan proses pengiriman software ke lingkungan produksi.
  • Continuous monitoring: Memantau kinerja software dan mengidentifikasi masalah secara proaktif.

4. Spiral

Model Spiral adalah model SDLC yang menggabungkan pendekatan iteratif dan sequential. Model ini terdiri dari empat kuadran, yaitu:

  • Planning: Menentukan tujuan, alternatif, dan kendala.
  • Risk assessment: Mengidentifikasi dan menganalisis risiko.
  • Engineering: Mengembangkan dan menguji prototipe.
  • Evaluation: Mengevaluasi hasil dan membuat keputusan

Dokpri 4
Dokpri 4

5. Lean

Dokpri 5
Dokpri 5

Model Lean berfokus pada penghapusan waste dalam proses pengembangan software. Model ini menekankan pada prinsip-prinsip seperti:

  • Eliminasi waste: Menghapus semua aktivitas yang tidak menambah nilai bagi pengguna.
  • Continuous improvement: Selalu mencari cara untuk meningkatkan proses.
  • Build-measure-learn: Mendapatkan feedback dari pengguna dan menggunakannya untuk memperbaiki software.

Setiap model SDLC memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Model yang tepat untuk sebuah proyek tergantung pada berbagai faktor, seperti kompleksitas software, ukuran tim pengembangan, dan budaya organisasi.

Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan ketika memilih model SDLC:

  • Kompleksitas software: Proyek yang lebih kompleks mungkin memerlukan model SDLC yang lebih terstruktur, seperti Waterfall.
  • Ukuran tim pengembangan: Tim yang lebih kecil mungkin lebih cocok untuk model yang lebih fleksibel, seperti Agile.
  • Budaya organisasi: Organisasi yang lebih konservatif mungkin lebih menyukai model yang lebih tradisional, seperti Waterfall.

 

Manfaat Aplikasi SDLC

  • Mengurangi Risiko Kegagalan Proyek:
    • SDLC membantu mengidentifikasi dan mengelola risiko sejak awal proyek.
    • Perencanaan yang matang dan dokumentasi menyeluruh dapat membantu menghindari kesalahan dan masalah yang mahal.
  • Meningkatkan Kualitas Perangkat Lunak:
    • SDLC memastikan perangkat lunak memenuhi persyaratan dan kebutuhan pengguna.
    • Pengujian yang ekstensif membantu memastikan bahwa perangkat lunak bebas dari bug dan berfungsi sebagaimana mestinya.
  • Menghemat Waktu dan Uang:
    • SDLC dapat membantu menghemat waktu dan uang dengan mencegah kesalahan dan rework.
    • Proses yang terstruktur dan terorganisir dapat meningkatkan efisiensi pengembangan.
  • Meningkatkan Kepuasan Pengguna:
    • Perangkat lunak yang dikembangkan dengan baik akan lebih memenuhi kebutuhan pengguna dan lebih mudah digunakan.
    • Pengguna yang puas lebih cenderung menggunakan perangkat lunak dan menjadi pendukung setia.
  • Memastikan Kepatuhan terhadap Peraturan:
    • SDLC dapat membantu memastikan bahwa perangkat lunak mematuhi peraturan dan standar industri yang relevan.
    • Dokumentasi yang lengkap dapat membantu organisasi menunjukkan kepatuhan selama audit.
  • Memfasilitasi Komunikasi dan Kolaborasi:
    • SDLC mendorong komunikasi dan kolaborasi antara pengembang, penguji, dan pemangku kepentingan lainnya.
    • Proses yang terstruktur membantu memastikan bahwa semua orang berada di halaman yang sama dan bekerja menuju tujuan yang sama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun