Mohon tunggu...
Saskia Safitri
Saskia Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya bekerja di PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk dan mahasiswa Universitas Pamulang

Hobi traveling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggali Potensi Budaya Lokal di Era Globalisasi

28 Mei 2024   17:52 Diperbarui: 28 Mei 2024   17:55 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menggali Potensi Budaya Lokal di Era Globalisasi
Di sebuah desa di Jawa Barat, seorang wanita paruh baya bernama Ibu Siti bangun pagi-pagi sekali untuk mempersiapkan adonan dodol, sebuah makanan tradisional yang diwariskan dari nenek moyangnya. Setiap langkah, dari pemilihan bahan hingga proses memasak yang memakan waktu berjam-jam, dilakukan dengan penuh cinta dan ketelitian. Namun, di tengah kemajuan teknologi dan arus budaya global yang semakin kuat, Ibu Siti sering bertanya-tanya, apakah generasi muda akan tetap menghargai dan melanjutkan tradisi ini?

Globalisasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia, termasuk dalam konteks budaya lokal. Di satu sisi, globalisasi menawarkan kesempatan untuk memperkenalkan budaya lokal ke panggung internasional. Di sisi lain, arus globalisasi yang begitu deras juga menimbulkan tantangan besar bagi pelestarian budaya lokal. Menurut laporan UNESCO, lebih dari 40% bahasa di dunia terancam punah, mencerminkan hilangnya berbagai aspek budaya lokal lainnya .

Tantangan Globalisasi terhadap Budaya Lokal

Salah satu tantangan utama dari globalisasi adalah homogenisasi budaya. Ketika produk-produk budaya global seperti film Hollywood, musik pop Barat, dan makanan cepat saji mendominasi, budaya lokal sering kali terpinggirkan. Sebuah studi oleh Pew Research Center menemukan bahwa 60% responden di berbagai negara merasa bahwa budaya tradisional mereka semakin terkikis oleh pengaruh budaya asing . Di Indonesia, fenomena ini terlihat jelas dengan berkurangnya minat generasi muda terhadap seni tradisional seperti gamelan dan tari tradisional.

Selain itu, globalisasi juga membawa tantangan ekonomi yang signifikan. Produk budaya lokal sering kali kalah bersaing dengan produk massal yang lebih murah dan lebih mudah diakses. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), industri kerajinan tradisional di Indonesia mengalami penurunan sebesar 20% dalam lima tahun terakhir . Hal ini menunjukkan betapa sulitnya pengrajin lokal untuk bertahan di tengah persaingan global.

Menggali Potensi Budaya Lokal di Era Globalisasi

Meski demikian, globalisasi tidak selalu menjadi ancaman. Dengan strategi yang tepat, potensi budaya lokal dapat digali dan dipromosikan di panggung global. Contoh sukses dari ini adalah pengakuan batik sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO pada tahun 2009. Pengakuan ini tidak hanya meningkatkan kebanggaan nasional tetapi juga membuka peluang pasar internasional. Kini, batik tidak hanya dikenakan oleh orang Indonesia tetapi juga oleh tokoh-tokoh dunia seperti Michelle Obama dan Nelson Mandela.

Pemanfaatan teknologi digital juga menjadi kunci dalam mempertahankan dan mempromosikan budaya lokal. Platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok memberikan ruang bagi kreator lokal untuk memperkenalkan seni, kuliner, dan tradisi mereka ke audiens global. Misalnya, video tutorial tentang cara membuat batik atau tarian tradisional Jawa yang diunggah di YouTube telah ditonton oleh jutaan orang di seluruh dunia, menunjukkan minat besar terhadap budaya Indonesia.

Pemerintah dan berbagai organisasi juga memainkan peran penting dalam mendukung budaya lokal. Program-program seperti festival budaya, pameran kerajinan, dan pelatihan bagi pengrajin lokal adalah langkah konkret yang dapat diambil untuk memastikan keberlanjutan budaya lokal di tengah arus globalisasi.

Kesimpulan

Globalisasi memang menghadirkan tantangan besar bagi kelestarian budaya lokal. Namun, dengan pendekatan yang kreatif dan dukungan dari berbagai pihak, tantangan ini dapat diubah menjadi peluang. Menggali dan mempromosikan potensi budaya lokal bukan hanya tentang menjaga warisan nenek moyang tetapi juga tentang menciptakan identitas yang kuat di tengah perubahan zaman. Akankah kita mampu menjaga dan mengembangkan warisan budaya lokal kita di tengah derasnya arus globalisasi?

Sumber:

UNESCO. "Atlas of the World's Languages in Danger."
Pew Research Center. "Global Public Opinion in an Era of Globalization."
Badan Pusat Statistik (BPS). "Laporan Statistik Industri Kerajinan Indonesia."

Dosen pengampu : Irene Putren S.pd M.pd

Mahasiswa : Universitas Pamulang 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun