Mohon tunggu...
SASI MILIARTI
SASI MILIARTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA

NIM : 41821110005 Fakultas : Ilmu Komputer Prodi : Sistem Informasi Kampus : Meruya Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Sigmund Freud dan Fenomena Korupsi di Indonesia

23 November 2024   23:07 Diperbarui: 23 November 2024   23:07 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Superego muncul dalam pengambilan keputusan yang mempertimbangkan nilai-nilai etika. Misalnya, seseorang yang menemukan dompet di jalan akan cenderung mengembalikannya kepada pemiliknya jika superego mereka dominan. Dalam konteks korupsi, superego yang lemah membuat seseorang mengabaikan moralitas dan etika demi memenuhi dorongan id.

Menguatkan Superego

Superego dapat diperkuat melalui pendidikan moral, teladan dari figur otoritas, dan pengalaman sosial yang menanamkan nilai-nilai integritas. Individu dengan superego yang kuat lebih mungkin menolak godaan korupsi.

Interaksi antara Id, Ego, dan Superego

Ketiga komponen ini bekerja secara dinamis dalam membentuk perilaku manusia. Ego berperan sebagai mediator yang mencoba menyeimbangkan tuntutan id dengan batasan superego, sambil mempertimbangkan realitas eksternal. Konflik antara id dan superego sering kali menjadi sumber stres atau dilema moral, yang harus diatasi oleh ego.

Keseimbangan yang Ideal

  • Jika id dominan, individu cenderung impulsif, egois, dan tidak mematuhi norma sosial.
  • Jika superego dominan, individu dapat menjadi terlalu kritis terhadap diri sendiri dan merasa tertekan karena standar moral yang tinggi.
  • Ego yang kuat memastikan keseimbangan antara keduanya, memungkinkan individu untuk memenuhi kebutuhan tanpa melanggar nilai-nilai moral.

Berikut adalah langkah-langkah penerapan perspektif ini:

1. Penguatan Superego melalui Pendidikan Moral dan Etika

Superego terbentuk sejak masa kanak-kanak melalui internalisasi nilai-nilai moral dan etika. Oleh karena itu, pendidikan moral harus menjadi prioritas dalam pemberantasan korupsi.

  • Integrasi Nilai Antikorupsi dalam Kurikulum Sekolah

Pendidikan formal harus memasukkan modul khusus tentang kejujuran, integritas, dan dampak negatif korupsi.

Simulasi kasus nyata, seperti dilema etis, dapat membantu siswa memahami pentingnya pengendalian moral.

  • Peran Orang Tua dan Lingkungan Keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun