Pada tahap ini, individu mulai memahami pentingnya aturan dan hukum dalam menjaga ketertiban sosial. Mereka percaya bahwa aturan harus diikuti karena aturan tersebut menjaga keadilan dan stabilitas masyarakat.
Contoh: Seorang siswa menaati aturan sekolah bukan hanya karena takut dihukum, tetapi karena merasa aturan itu penting untuk menjaga ketertiban.
3. Level 3: Post-Conventional (Pasca-Konvensional)
Pada level ini, individu yang lebih matang secara moral mulai mempertimbangkan prinsip-prinsip etika yang lebih universal. Biasanya, level ini dicapai pada usia 11 tahun ke atas, meskipun tidak semua individu berhasil mencapai tahap tertinggi ini.
Tahap 5: Kontrak Sosial (Social Contract)
Individu di tahap ini mulai menyadari bahwa aturan dan hukum dibuat untuk melindungi hak-hak individu dan kesejahteraan umum. Mereka mampu mengenali bahwa aturan tertentu dapat diubah jika tidak lagi sesuai dengan keadilan atau kebutuhan masyarakat.
Contoh: Seorang aktivis mungkin menentang aturan yang tidak adil demi memperjuangkan keadilan bagi semua orang.
Tahap 6: Prinsip Etika Universal (Universal Ethical Principles)
Ini adalah tahap perkembangan moral tertinggi di mana seseorang membuat keputusan berdasarkan prinsip-prinsip moral yang universal, seperti keadilan, hak asasi manusia, dan kebaikan umum, terlepas dari aturan atau norma yang ada. Seseorang di tahap ini mungkin menentang aturan atau hukum yang tidak adil, meskipun akan mendapatkan sanksi.
Contoh: Tokoh seperti Mahatma Gandhi atau Martin Luther King Jr. berjuang melawan ketidakadilan sosial meskipun melawan hukum yang ada, karena mereka percaya pada prinsip keadilan dan kemanusiaan yang lebih tinggi.
Hubungan Tahapan Kohlberg dengan Pembentukan Integritas Sarjana
Tahapan perkembangan moral yang dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg memiliki hubungan yang erat dengan pembentukan integritas pada sarjana. Integritas, yang mencakup kejujuran, tanggung jawab, dan konsistensi moral, berkembang seiring dengan kemajuan kemampuan seseorang untuk berpikir secara etis dan moral. Dalam konteks ini, teori Kohlberg membantu menjelaskan bagaimana seorang sarjana dapat bertransformasi dari tahap moral yang lebih dasar menuju tahap moral yang lebih matang, di mana tindakan mereka tidak lagi didasarkan pada aturan eksternal, tetapi pada prinsip-prinsip moral yang dipegang secara pribadi.