Mohon tunggu...
Sashi Aoediputri
Sashi Aoediputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang yang senang belajar tentang hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Jajar Legowo: Langkah Maju Indonesia Menuju Pertanian Berkelanjutan

17 September 2024   19:42 Diperbarui: 23 September 2024   15:01 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem tanam jajar legowo, sebuah inovasi pertanian dari Indonesia, telah menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan produktivitas padi dan keberlanjutan lingkungan. Artikel ini akan mengkaji lebih dalam penerapan sistem jajar legowo dalam konteks pertanian berkelanjutan dan potensi ekspornya. Selain itu, artikel ini juga akan mengidentifikasi tantangan dan peluang yang dihadapi, serta memberikan rekomendasi untuk pengembangan sistem ini di masa depan.

Indonesia merupakan negara yang hampir sebagian masyarakatnya mengkonsumsi beras. Badan Pangan Nasional atau Bapanas mencatat, konsumsi beras per kapita Indonesia pada 2019 masih 78,71 kilogram/kapita/tahun. Kemudian pada 2023 konsumsinya sudah naik 3,2% menjadi 81,23 kilogram/kapita/tahun. Kenaikan ini tentunya menjadi PR bagi para petani untuk meningkatkan hasil panen dan produktivitas padi di Indonesia agar negara ini tidak perlu lagi mencari pasokan beras impor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 

Indonesia, sebagai negara agraris dengan populasi yang besar, terus berupaya meningkatkan produktivitas pertanian sambil menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu inovasi pertanian yang telah menarik perhatian dunia adalah sistem tanam jajar legowo. Sistem ini menawarkan solusi yang efektif untuk meningkatkan hasil produksi padi, menghemat penggunaan air, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Penemu sistem tanam jajar legowo adalah Legowo, merupakan seorang pejabat Dinas Pertanian di Banjarnegara. Sistem tanam ini diperkenalkan beliau pada tahun 1996. Istilah jajar legowo berasal dari bahasa Jawa, yaitu "lego" yang berarti luas dan "dowo" yang berarti memanjang. Sistem jajar legowo adalah pola tanam padi yang berselang-seling antara dua atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong. Sistem ini memungkinkan sirkulasi udara yang lebih baik, mengurangi serangan hama penyakit, dan meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah. Cara tanam padi dengan teknologi jajar legowo merupakan salah satu teknik penanaman padi yang dapat menghasilkan produksi yang cukup tinggi serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Keunggulan-keunggulan ini membuat jajar legowo menjadi alternatif yang menarik bagi petani di berbagai negara.


Sistem tanam jajar legowo memiliki sejumlah keuntungan yang signifikan. Salah satu keunggulannya adalah kemampuannya untuk meningkatkan jumlah populasi tanaman per satuan luas lahan. Selain itu, sistem ini memudahkan perawatan dan pemeliharaan tanaman, sehingga lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga. Dengan pola tanam yang lebih terbuka, sistem ini juga efektif dalam meminimalisir serangan hama dan penyakit, dengan meminimalisir  serangan hama dan penyakit maka akan mengurangi kebutuhan penggunaan pestisida. Kemudian dari sisi biaya, sistem jajar legowo membantu menghemat pengeluaran untuk pemupukan, karena penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi lebih optimal berkat jarak tanam yang sudah dibuat sedemikian rupa sehingga cahaya matahari dapat masuk dengan baik dan membuat penyerapan unsur hara lebih baik. Semua manfaat ini secara keseluruhan berkontribusi pada peningkatan produksi serta kualitas gabah yang dihasilkan.

Namun, sistem tanam jajar legowo juga memiliki beberapa kekurangan, di antaranya: Baris kosong yang tidak ditanami padi biasanya ditumbuhi rumput atau gulma yang dapat mengurangi kadar air dalam tanah, membutuhkan benih dan bibit yang lebih banyak, dan biaya yang dikeluarkan dapat lebih besar karena membutuhkan tenaga, waktu, dan bibit yang lebih banyak.

Potensi Ekspor Padi Indonesia dengan Sistem Jajar Legowo

Dengan penerapan sistem jajar legowo, Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan ekspor padi. Padi yang dihasilkan dengan sistem ini umumnya memiliki kualitas yang lebih baik, sehingga dapat memenuhi standar pasar internasional. Selain itu, sertifikasi organik dan keberlanjutan yang melekat pada sistem jajar legowo dapat menjadi nilai tambah bagi produk padi Indonesia di mata konsumen global.

Dengan peningkatan produktivitas yang signifikan, sistem jajar legowo (jarwo) membuka potensi besar bagi ekspor padi. Salah satu faktor pendukung utama adalah kualitas padi yang dihasilkan. Padi yang ditanam dengan sistem jarwo cenderung memiliki kualitas yang lebih baik, seperti kandungan amilosa yang tinggi dan cita rasa yang lebih enak. Beberapa studi menunjukkan bahwa padi yang ditanam dengan sistem jajar legowo yang notabenenya terkena cukup cahaya matahari memiliki kadar amilosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan padi dari sistem tanam konvensional. Kadar amilosa ini berpengaruh langsung terhadap kualitas beras, termasuk tekstur dan rasa nasi yang merupakan daya tarik bagi pasar ekspor yang mengutamakan kualitas. 

Efek border dari sistem tanam legowo dapat menyediakan ruang yang cukup bagi pertumbuhan tanaman padi hitam (Oryza sativa L.) sehingga kebutuhan unsur hara makro seperti C, H, dan O tercukupi untuk mendukung pada proses pengisian bulir padi(Purnama et al., 2023).

Selain itu, peningkatan produksi melalui sistem ini juga meningkatkan ketersediaan pasokan padi di Indonesia, sehingga memungkinkan negara ini untuk menjadi pemasok padi yang lebih besar di pasar global. Tak hanya itu, tingginya permintaan beras di dunia, terutama di negara-negara Asia yang mengalami pertumbuhan populasi, juga menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk memanfaatkan potensi ini dan memperluas pasar ekspor padi.

M. Syakir Kabadan Litbangtan Kementan mengatakan "Untuk mencapai produksi nasional maka salah satu jalur yang efektif kita tempuh adalah melalui peningkatan produktifitas, maka disitu perannya suatu inovasi, oleh karena itu kementan melalui Badan Litbangtan tidak pernah berhenti dan terus menyuguhkan sebuah inovasi teknologi. Sekarang ini di Indramayu kita lihat biasanya cara tanam padi dengan teknologi jajar legowo bisa mencapai 7 ton/ha dan rata nasional 5,28 ton/ha. Tetapi dengan teknologi jajar legowo super ini bisa mencapai 14,7 ton/ha GKP (gabah kering panen). Ini suatu lompatan yang bagus, manakala kita menerapkan teknologi secara utuh maka mampu mengalami peningkatan produktifitas 60%-90% sekaligus inovasi ini tidak berkolasi dengan peningkatan biaya tetapi justru menurunkan biaya 2%-3% dari aspek lingkungan."

Dengan memadukan inovasi teknologi modern dan sistem tanam padi Jajar Legowo maka besar kemungkinan negara kita akan menghasilkan produktivitas padi yang tinggi dan berkualitas mutu terjamin. Bukan hanya itu sistem tanam padi Jajar Legowo yang merupakan sistem tanam lokal akan menjadi go internasional dan jika hasil panen berlimpah maka Indonesia akan berpeluang menjadi negara eksportir beras/padi terbesar di dunia serta dapat memenuhi kebutuhan konsumsi beras dalam negeri hanya dengan mengembangkan sistem tanam lokal kita.

Meskipun sistem jajar legowo memiliki potensi yang besar, penerapannya masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya yakni adalah perubahan perilaku petani, di mana dalam penerapan sistem ini dibutuhkan waktu dan upaya untuk mengubah kebiasaan mereka dalam bercocok tanam. Selain itu, keterbatasan infrastruktur seperti ketersediaan irigasi yang memadai dan akses ke pasar juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi penerapan sistem ini. Indonesia juga harus bersaing dengan negara penghasil padi lainnya di pasar global seperti negara Thailand, Tiongkok, dan India yang semakin meningkatkan kompleksitas tantangan tersebut.

Namun, di balik tantangan-tantangan tersebut, terdapat peluang yang sangat besar untuk pengembangan sistem jajar legowo. Salah satu peluang tersebut adalah meningkatnya permintaan global terhadap produk organik, yang membuka jalan bagi pengembangan pasar organik. Selain itu, kerjasama internasional memberikan peluang bagi Indonesia untuk menjalin hubungan dengan negara lain dalam rangka pengembangan sistem ini. Di samping itu, penerapan teknologi pertanian modern juga dapat berperan penting dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas sistem jajar legowo, sehingga memungkinkan Indonesia untuk bersaing secara global di sektor pertanian.

Kesimpulannya, teknologi tanam padi dengan sistem si Jarwo atau Jajar Legowo merupakan metode inovatif yang dapat meningkatkan produktivitas padi melalui pengaturan jarak tanam yang lebih efisien. Teknik ini tidak hanya memaksimalkan penyerapan sinar matahari dan sirkulasi udara, tetapi juga mempermudah aplikasi pupuk dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Jika hasil panen dan teknik ini dikembangkan lebih lanjut bukan tidak mungkin bagi negara kita akan dapat bersaing di pasar mancanegara. Dengan demikian, Jajar Legowo menjadi pilihan yang efektif untuk mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan hasil panen secara berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun