Mohon tunggu...
Sasha Tiara Ayunda
Sasha Tiara Ayunda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Selamat membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengimplementasian Budaya Risiko untuk Menghadapi Pandemi Covid-19

18 September 2021   15:15 Diperbarui: 18 September 2021   15:16 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jadi, budaya risiko akan membuat orang lebih sadar dengan risiko apa pun di balik tindakan mereka. Orang dengan budaya risiko akan lebih sadar dengan risiko apa pun di balik tindakan mereka. Oleh karena itu, mereka akan terbiasa mempertimbangkan segala risiko saat melakukan sesuatu yang lain.

Dalam hal ini, masyarakat yang memiliki budaya risiko akan mengikuti peraturan pemerintah tentang pelaksanaan protokol kesehatan secara sukarela karena mereka menyadari bahwa dengan mengikuti protokol kesehatan tersebut, mereka akan aman, dan Pandemi Covid-19 dapat dilalui.

Orang dengan budaya risiko tidak akan terkejut ketika risiko berulang. Mereka tidak akan terkejut karena mereka selalu belajar dari risiko yang terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, mereka sudah memiliki rencana mitigasi untuk mengatasinya. Seperti kita ketahui, sebelum sampai di Indonesia, Pandemi Covid-19 sudah terjadi di beberapa negara. Orang-orang dengan budaya risiko akan mengamati situasi dan belajar dari kasus-kasus tersebut sehingga mereka telah menyiapkan rencana mitigasi untuk mengendalikan dampak.

Penerapan budaya risiko di Indonesia

Pada awal pandemi, sebelum 2 orang pertama dikonfirmasi positif terkena paparan Covid-19, banyak orang yang percaya bahwa Covid-19 tidak mempan masuk ke Indonesia, banyak yang menganggap remeh Covid-19 dan membuat candaan bahwa masyarakat Indonesia kebal Covid-19, atau virus Covid-19 takut masuk ke Indonesia.  Hal ini secara tidak langsung menunjukkan rendahnya kesadaran risiko & kegagalan dalam mengelola risiko. Kasus Covid-19 sudah seharusnya diantisipasi karena sudah terjadi di beberapa negara. Namun sayangnya, sebagian besar masyarakat belum mengetahui tentang budaya risiko. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengatasi pandemi, dan juga Indonesia juga menjadi salah satu negara yang memiliki kasus Covid-19 tertinggi di dunia, oleh karena itu penting untuk menanamkan budaya risiko bagi setiap individu.

Budaya risiko harus dilihat sebagai kewajiban bukan pilihan. Pertanyaannya, bagaimana membangun budaya risiko?

Untuk mengembangkan dan memelihara budaya risiko, diperlukan:

1) Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi budaya risiko, seperti kesadaran, kepemimpinan risiko, lingkungan, dan pengalaman;

2) Memutuskan semua pihak yang akan terlibat dalam penerapan budaya risiko, seperti sponsor perubahan, agen perubahan, dan target perubahan;

3) Membuat direktori kompetensi yang baik terkait dengan manajemen budaya risiko;

4) Melibatkan semua pihak dalam tahapan manajemen perubahan menuju budaya risiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun