Salah satunya adalah menyaksikan pertunjukan seni yang rutin diadakan setiap hari. Kala saya berkunjung kemarin, terdapat pertunjukan wayang golek yang bisa dilihat bebas oleh pengunjung. Biasanya pertunjukan di bangsal ini akan berganti-ganti antara seni tari, wayang orang, wayang kulit, maupuan gamelan dan macapat.
Belum puas mengeksplorasi Keraton, saya dan teman-teman harus segera bergeras menuju Wahanarata guna audiensi dengan putri bungsu Sri Sultan, GKR Bendara. Semenjak menikah, GKR Bendara diberi amanat untuk menjabat sebagai Penghageng Nityabudaya, divisi keraton yang berwenang atas museum dan kearsipan. Apabila saat ini museum-museum yang dikelola Keraton kondisinya jadi lebih baik, tentu saja itu tak lepas dari kerja kerasnya.
Salah satu museum yang direvitalisasi adalah Wahanarata. Dulunya, tempat ini merupakan Museum Kereta Keraton yang kondisinya tidak terlalu menarik minat pengunjung. Pada tahun ini, museum selesai direvitalisasi dan berubah nama menjadi Wahanarata.Â
Bukan hanya bangunannya yang dipercantik, koleksi museum pun jauh lebih lengkap dan ditata dengan menarik. Bahkan, museum ini juga memanfaatkan teknologi AI supaya lebih dekat dengan generasi kiwari. Di museum ini pengunjung bisa menjajal AR photo booth serta bermain games seru.
Jelang jam makan siang, rombongan kami kembali bergerak menuju nDalem Benawan yang dikelola oleh RM Kukuh Hestrianing. Sosok yang akrab dipanggi Gusti Aning ini merupakan keturunan dari Sultan HB VIII. Â
Beliau merupakan Dewan Pembina Faircle Coop, sebuah gerakan ekonomi kolaborasi yang mendampingi UMKM serta membangun proyek-proyek usaha rintisan. Salah satu usaha rintisan Faircle adalah Edutrip, yakni rangkaian wisata mempelajari budaya, seni, tradisi, dan kuliner jawa di masa lampau.Â
Usai berbincang mengenai sedikit budaya Jawa, tradisi ngeteh yang identik dengan keraton, serta membahas mengenai perkembangan UMKM di Yogkarta, saya pun berkesempatan untuk menikmati makan siang yang lezat.Â
Menu kali itu adalah menu-menu khas Keraton, yakni Sangga buwana yang serupa kue sus tetapi dengan isian daging dan disajikan bersama mayones homemade dan acar mentimun. Untuk hidangan utama terdapat nasi merah putih dan gacok ganem. Sayur ini berupa bola-bola daging yang dimasak dalam kuah santan. Dan penutupnya adalah Manuk Nom, alias puding tape ketan yang legit dengan toping buah dan emping.
Jamuan makan siang tersebut sekaligus mengakhiri acara jalan-jalan sehari bersama Kompasiana Jogja dan Koteka. Dalam trip setengah hari itu saya mendapatkan banyak sekali informasi dan pengetahuan baru akan budaya Jawa secara umum, dan budaya Jogja secara khusus. Terima kasih KJog dan Koteka untuk pengalamannya yang sangat menarik!