Mohon tunggu...
Elisabeth Murni
Elisabeth Murni Mohon Tunggu... Editor - dream - journey - discover

Ngeblog di RanselHitam.Com, berkolaborasi di Maioloo.Com, masak-masak di kitabrasa, jualan wedang rempah budhe sumar. Menerima jasa edit dan tulis ini itu.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyelami Budaya dan Tradisi Keraton dalam Trip Singkat Bersama KJogja, Koteka, dan Faircle

30 Agustus 2023   00:40 Diperbarui: 30 Agustus 2023   00:57 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu set makan siang (dok pri)

Jika nama-nama daerah di Jakarta banyak berasal dari nama buah asli Indonesia tentunya sudah banyak orang yang tau, kan? Sebut saja Menteng, Kemang, Bintaro, Gondangdia. Namun, tahukah kalian bahwa di Jogja pun ternyata ada tempat yang penamaannya berdasarkan nama buah?

Nyaris 20 tahun hidup di Jogja, fakta soal nama ini baru saya ketahui seminggu lalu saat sedang melakukan trip bersama kawan-kawan Kompasiana Jogja dan Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana). Ternyata, nama Keben, Gayam, dan Timoho berasal dari nama tanaman.

Bagaimana saya bisa tahu? Tentu saja gara-gara saya mendatangi pameran temporer Narawandira "Keraton, Alam, dan Kontinuitas" yang dilangsungkan di Kompleks Kedhaton Kagungan Dalem Museum Keraton dari tanggal 5 Maret - 27 Agustus 2023 lalu.

sudut keraton (dok pri)
sudut keraton (dok pri)

Dalam pameran yang mengusung tema besar tentang vegetasi ini banyak ditampilkan tanaman-tanaman lokal yang kini mulai langka keberadaannya, termasuk tanaman keben, gayam, dan bintaro. Selain itu, ada juga display aneka rempah, tanaman yang berfungsi sebagai pewarna kain, hingga tanaman yang berfungsi sebagai dolanan bocah. Semua disajikan secara tematik, lengkap dengan ilustrasi indah dan penjelasan bagi pengunjung.

Mendengar cerita saya mungkin Anda akan bertanya-tanya, apa yang dimaksud dengan pameran temporer? Sejak revitalisasi besar-besaran pada tahun 2021, Keraton Yogyakarta selalu mengadakan pameran dengan tema khusus yang berlangsung selama 3 bulan dalam satu tahun. Pameran ini bertujuan untuk lebih mengenalkan budaya, filosofis, dan nilai-nilai yang diusung keraton pada masyarakat.

Lantas, jika pameran temporer ini sudah selesai, hal menarik apa lagi yang bisa dilihat di keraton? Pssssstttt, tenang saja, saat ini keraton sudah bersolek dan menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi. Ada beberapa ruangan di keraton yang direnovasi dan dijadikan museum dengan tata ruang dan display modern.

Salah satu sudut ruang daur hidup ( dok pri)
Salah satu sudut ruang daur hidup ( dok pri)
Sebagai contoh, museum batik yang ruang pamernya dulu terlihat usang, gelap, dan berdebu, kini sudah berubah menjadi ruang daur hidup yang sangat modern. Di ruang ini pengunjung bisa menyaksikan proses lingkaran kehidupan manusia seperti lahir, beranjak dewasa, menikah, hingga meninggal, beserta ragam upacara yang mengikutinya.

Selain ruang daur hidup, saat ini juga ada beberapa ruangan lain di keraton yang masih dalam tahap revonasi, salah satunya adalah museum yang menyimpan koleksi bersejarah milik Sultan HB IX. Meski ada beberapa ruang yang tidak bisa dilihat, pengunjung tak usah khawatir mati gaya, sebab di Keraton ada banyak hal menarik yang bisa dilakukan. 

Para abdi dalem (dok pri)
Para abdi dalem (dok pri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun