Mohon tunggu...
Elisabeth Murni
Elisabeth Murni Mohon Tunggu... Editor - dream - journey - discover

Ngeblog di RanselHitam.Com, berkolaborasi di Maioloo.Com, masak-masak di kitabrasa, jualan wedang rempah budhe sumar. Menerima jasa edit dan tulis ini itu.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belajar dari Abekani, Memanfaatkan Ruang Digital untuk Promosi dan Bersaing di Kancah Nasional

4 Oktober 2019   11:58 Diperbarui: 4 Oktober 2019   12:14 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produk Abekani (sumber: Abekani.com)

Jika disuruh untuk menyebutkan satu industri kreatif lokal yang berhasil membuat saya melongo sejak pertama mendengarnya tentu saja Abekani menduduki tempat pertama. Perkenalan saya dengan Abekani berlangsung tidak sengaja melalui jejaring media sosial Facebook.

Sekitar dua tahun lalu, saat sedang scrolling lini masa, mata saya tertumbuk pada status seorang kawan. Kala itu dia mengungkapkan rasa gembiranya karena berhasil mendapatkan tas baru yang belakangan saya ketahui adalah tas Abekani. 

Status itu mendapatkan komentar puluhan. Banyak orang mengucapkan selamat, ada juga yang menganggapnya beruntung, tak banyak yang iri karena sudah berbulan-bulan melakukan pre order namun tidak nyantol juga.

Dasarnya kepo, saya pun langsung googling Abekani. Dalam hati saya bergumam, ini tas apaan sih kok sampai orang-orang seheboh itu. Setelah tiba di website Abekani dan membaca banyak ulasan, akhirnya saya jadi tahu bahwa Abekani ini adalah salah satu jenama lokal asli Jogja yang memproduksi kerajinan kulit, khususnya tas.

Satu hal yang membuat tas ini ngehits di kalangan ibu-ibu adalah kualitasnya yang bagus, harganya bersaing, serta dijual secara terbatas. Jadi Abekani ini tidak dijual di toko online, IG, atau di marketplace. Abekani hanya dijual melalui sistem PO dan lewat grup khusus di Facebook. Karena itu kesannya tas Abekani sangat ekslusif.

Makanya begitu saya tahu bahwa JNE menggandeng Kompasiana akan mengadakan acara Kopiwriting di Jogja dan mengundang owner Abekani sebagai pembicara, saya langsung memutuskan untuk mendaftar. 

Kapan lagi bisa mendengar kisah perjalanan Abekani langsung dari pemiliknya. Lagipula dalam acara bertajuk "Menangkap Peluang Industri Kreatif di Era Digital" akan ada pembicara lainnya.

Akhirnya pada Rabu sore, tanggal 2 Oktober 2019, saya sudah duduk manis di Silol Coffee & Eatery Kotabaru bersama kawan-kawan kompasiana dan reporter berbagai media Jogja. 

Selain Ibu Tunjung selaku owner Abekani, dalam acara sore itu hadir pula Ibu Lucy Irawati (Kepala Dinas Koperasi dan UKM Tenaga Kerja dan Transmirgrasi Yogyakarta) serta Bapak Adi Subagyo selaku Brand Manger JNE DIY Jateng sebagai pembiacara.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dalam obrolan santai tersebut Ibu Lucy memaparkan tentang perkembangan UMKM di Yogyakarta yang semakin tahun menunjukkan trend positif. Guna meningkatkan pergerakan usaha lokal yang makin dinamis itu, Dinas Kopkumnakertan terus berupaya untuk melakukan pendampingan kepada pelaku usaha.

Pendampingan yang dilakukan oleh Dinas Kopkumnakertan ini meliputi mengadakan pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan (pembuatan produk, manajemen usaha, packaging), pendampingan langsung (berurusan dengan kemitraan modal dan legalitas), serta membantu pemasaran. 

Diharapkan dengan adanya pendampingan-pendampingan seperti ini UMKM bisa makin maju dan berkembang, serta siap bersaing di kancah global.

Salah satu pelaku usaha kreatif yang dulunya sederhana dan kini sudah berkembang sangat besar adalah Abekani. Dirintis sejak tahun 2009, Abekani mulanya hanyalah usaha rumahan milik Ibu Tunjung Pratiwi dan suaminya. Dengan modal awal 2 juta rupiah, beliau membuat produk berbahan kulit seperti tali kamera, tempat ponsel, serta laptop.

Berhubung tidak ada dana lebih untuk melakukan promosi secara offline, mereka pun mengenalkan produk mereka secara online melalui situs Kaskus. Lantas produk mereka sempat diulas oleh Female Daily dan mulai dikenal oleh orang-orang. Dari produk awal strap kamera, Abekani pun berkembang memproduksi aneka tas berbahan dasar kulit.

Makin lama Abekani pun makin besar dan memiliki pangsa pasarnya sendiri. Para pecinta Abekani berkumpul dalam grup Facebook bernama Abekani Lovers. Sebagai brand yang memanfaatkan ruang digital untuk promosinya, Abekani sama sekali tidak memiliki offline store. Untuk menjaga eksklusifitas, Abekani hanya menjual produknya  melalui website. Bahkan untuk produk-produk tertentu sistemnya harus preorder.

Dari obrolan sore itu Ibu Tunjung menjelaskan bahwa salah satu hal yang membuat Abekani menjadi besar adalah adanya interaksi dua pihak dari produsen serta konsumen. 

Dalam kasus Abekani ini, biasanya sebelum melaunching produk baru, Abekani akan mengadakan poling di grup pecinta Abekani untuk mencari tahu tas-tas seperti apa yang diminati konsumen. 

Setelah mendapatkan banyak masukan, barulah diproduksi tas yang benar-benar sesuai dengan keinginan konsumen. Tak heran jika akhirnya produk Abekani selalu ludes, bahkan menyisakan banyak orang yang kecewa karena tidak berhasil mendapatkannya.

Menurut Ibu Lusi, interaksi semacam ini yang kadang tidak dilakukan oleh pengusaha lainnya. Biasnaya mereka mudah puas dengan produknya dan tidak mau mendengarkan apa kata konsumen. Sehingga usaha pun menjadi stuck disitu-situ saja. Padahal, sebagai pengusaha seharusnya memiliki sikap yang tidak mudah puas dan harus terus melakukan evaluasi dan inovasi. Inilah alasan yang membuat Dinas Kopkumnakertan  terus melakukan pelatihan dan pendampingan ke pelaku usaha.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
JNE, Jembatan Penghubung Antara Produsen dan Konsumen

Bagi usaha yang berbasis online seperti Abekani, jasa pengiriman logistik adalah hal vital yang mendukung usaha mereka. Berhubung tidak memiliki toko offline, tentu saja mereka membutuhkan jasa logistik untuk mendistribusikan barang hingga sampai ke tangan konsumen. Dan JNE adalah salah satu jasa logistik yang mempermudah bisnis Abekani.

"Nyaris 95% pengiriman barang menggunakan jasa JNE. 5% lainnya biasanya karena kemauan konsumen yang ingin memakai jasa layanan lain," tegas Ibu Tunjung. 

Ada banyak hal yang membuat JNE menjadi pilihan utama. Yang pertama tentu saja karena cabangnya banyak, tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Mengirimkan barang ke manapun menjadi semakin mudah. JNE juga memiliki layanan jemput barang. Jadi pengusaha tidak perlu datang ke kantor JNE untuk mengirim, melainkan JNE yang akan melakukan pick up ke workshop maupun studio.

Guna mendorong munculnya peluang dan memberikan kemudahan kepada pelaku UMKM, kini JNE melengkapi dirinya dengan satu layanan baru yakni Friendly Logistic. Layanan baru ini merupakan layanan terintegrasi, yakni JNE menyediakan gudang sebagai tempat penyimpanan. Nantinya pelaku jasa bisa menyimpan produknya di gudang JNE, lantas saat ada pembeli, JNE yang akan langsung mengirimkan barangnya. 

Layanan ini juga mampu menyediakan update data dan jumlah stock barang tersisa yang bisa diakses langung oleh pengusaha melalui perangkat digital. Sebuah terobosan yang akan memudahkan para pelaku industri di zaman serba digital ini. Semoga dengan adanya layanan ini, industri keratif lokal yang ada di Indonesia bisa semakin berkembang dan mampu bersaing di kancah global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun