Mohon tunggu...
Elisabeth Murni
Elisabeth Murni Mohon Tunggu... Editor - dream - journey - discover

Ngeblog di RanselHitam.Com, berkolaborasi di Maioloo.Com, masak-masak di kitabrasa, jualan wedang rempah budhe sumar. Menerima jasa edit dan tulis ini itu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harmoni Kehidupan Beragama di Kota Injil Manokwari

15 Januari 2019   12:12 Diperbarui: 15 Januari 2019   12:17 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat mobil mulai melaju meninggalkan bandara, mata saya tak henti-hentinya menikmati lekuk sudut kota. Kawan perkampungan, toko-toko, gedung-gedung perkantoran, mobil yang lalu lalang, semua tak luput dari pandangan saya.

Berhubung Manokwari merupakan tempat dimana Injil disebarkan untuk pertama kalinya di Papua, tentu saja ibu kota Provinsi Papua Barat ini sarat dengan simbol-simbol kekristenan. Gereja dan salib ada di mana-mana.

Meski saya nasrani, saya cukup terheran-heran melihat banyaknya gereja di tempat ini. Mulai dari gereja cabang berukuran kecil dengan bangunan sederhana, hingga gereja besar dengan pilar-pilar megah, semua ada di sini. Nyaris di tiap sudut jalan terdapat gereja. Karena ini menjelang natal, seluruh gereja bersolek mempercantik diri.

Tidak hanya gereja, toko-toko hingga gedung-gedung perkantoran pun menghias dirinya dengan beraneka ornamen natal. Pohon terang serta lampu warna-warni begitu mudah dijumpai di segala penjuru, lengkap dengan lagu natal yang diputar dengan kencang.

Dari semuanya itu, ada satu pemandangan yang benar-benar baru saya jumpai yakni keberadaan gubung-gubug kecil di depan rumah lengkap dengan pohon terang. 

Pohon terangnya terbuat dari macam-macam, ada yang dari ban bekas, dari botol air mineral, dari ranting, dan masih banyak lagi. Lantas di sebelah pohon terang terkadang ada gubug panggung kecil atau replika kandang domba. Semuanya terlihat begitu meriah dan semarak.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Sore harinya, saat baru saja kembali dari Pulau Mansinam dan NOC Palapa Ring di Amban, saya berjumpa dengan parade sinterklas. Iring-iringan mobil yang dihias dengan pohon natal dan pita warna-warni memadati jalan raya. 

Di atas mobil tersebut ada orang-orang berkostum sinterklas dan tumpukan kado. Ibu-ibu memberitakan kabar baik dari dalam mobil dengan pengeras suara. Lagu natal berdentum tanpa henti.

Ternyata parade sinterklas keliling kota merupakan tradisi yang berlangsung tiap tahun menjelang natal. Kegiatan ini diinisiasi oleh gereja-gereja. Lantas diakhiri dengan membagikan kado untuk anak-anak. Namun teknis acaranya sendiri saya kurang tahu, sebab informasi yang saya dapatkan juga berbeda-beda.

Kisah Teman Muslim yang Tinggal di Kota Injil

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun