Mohon tunggu...
Elisabeth Murni
Elisabeth Murni Mohon Tunggu... Editor - dream - journey - discover

Ngeblog di RanselHitam.Com, berkolaborasi di Maioloo.Com, masak-masak di kitabrasa, jualan wedang rempah budhe sumar. Menerima jasa edit dan tulis ini itu.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tak Sekadar Lokasi Swafoto, Kalikuning Park Tawarkan Wisata Petualangan dan Edukasi

11 Januari 2018   12:21 Diperbarui: 11 Januari 2018   12:54 1687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung Perling Mata Merah (sumber: Afrizal)

Nyaris sewindu berlalu sejak Gunung Merapi erupsi. Menurut catatan, erupsi 2010 itu adalah erupsi terbesar Merapi sejak 100 tahun terakhir. Saat itu jutaan kubik material vulkanik yang keluar dari perutnya meluluhlantakkan desa-desa di sekitar lereng Merapi.

Kawasan yang dulunya gemah ripahloh jinawi ijo royo-royo dalam sekejap berubah menjadi kelabu tertutup pasir dan batuan. Rumah roboh, tanaman hancur, hewan ternak mati, tak ada lagi tanda kehidupan. Masa depan tak lagi tersisa. Suram.

Namun bukanlah warga kerajaan gunung api jika tidak siap dengan bencana. Harta benda boleh habis, sumber penghidupan hilang, bahkan tak jarang banyak kerabat yang meninggal, tapi ada dua hal yang tak pernah padam, semangat serta harapan.

Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, warga lereng Merapi mulai mengumpulkan puing yang berserakan serta menata hidup yang baru. Tak ada satu pun yang terlalu hancur untuk dipulihkan. Selalu ada hikmah di balik setiap musibah.

Tanpa perlu waktu lama, masyarakat di sekitar Gunung Merapi mulai mengawali hidup baru. Seperti masayarat Bali yang percaya bahwa erupsi Gunung Agung bukanlah bentuk kemarahan alam, melainkan siklus rutin ibu bumi untuk membersihkan diri, begitu juga dengan masyarakat Merapi.

Selepas geger erupsi, abu yang turun perlahan merasuk ke dalam urat-urat bumi, menghidupkan kembali tanaman yang sudah mati. Tanah kembali menjadi subur, menumbuhkan tunas-tunas baru sebagai ganti yang telah lalu.

Saya ingat, beberapa bulan seusai merapi erupsi, bersama kawan-kawan media dan pegiat wisata Jogja, kami menyusuri kawasan Kalikuning dan Kaliadem. Mengingat pertanian belum bisa dijadikan andalan, kami diajak untuk melihat potensi wisata apa yang ada dan bisa dikembangkan dari kawasan terdampat erupsi. Lava tour adalah solusi.

Sejak saat itu, aktivitas lava tour berkembang pesat dan menjadi penopang ekonomi warga. Kemudian satu persatu destinasi wisata baru pun bermunculan. Salah satunya adalah Kalikuning Park yang berada di bawah pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung Merapi bekerjasama dengan kelompok pemberdayaan masyarakat.

Arsip pribadi
Arsip pribadi
Metamorfosis Kalikuning Park

Berdasarkan leaflet yang saya dapatkan dari pengelola Taman Nasional Gunung Merapi, Kalikuning Park adalah destinasi wisata alam di Kalikuning yang menawarkan pemandangan Gunung Merapi sisi selatan. Sebelum Merapi erupsi pada tahun 2010, kawasan kalikuning ini sebenarnya sudah dikenal di kalangan pegiat aktivitas outdoor.

Kawasan Kalikuning yang kala itu berupa hutan pinus yang cukup rapat menjadi salah satu lokasi favorit untuk diklat pecinta alam, camping ceria, hingga lokasi outbond. Bahkan jembatan plunyon juga menjadi salah satu tempat andalan untuk melakukan latihan rapelling. Namun erupsi besar meluluhlantakkan semuanya.

Namun kini, 8 tahun kemudian, Kalikuning kembali berbenah. Kawasan yang dulu hancur sudah kembali menghijau. Meski hutan pinus sudah menghilang, tegakan baru mulai muncul dan menghijaukan Kalikuning, menjadi rumah bagi aneka flora juga fauna endemik.

Kini Kalikuning semakin mempercantik diri. Selain mengandalkan kemolekan bentang alamnya, Kalikuning juga memperlengkapi diri dengan berbagai wahana yang akan memanjakan para wisatawan, terlebih bagi mereka yang mencintai aktivitas luar ruangan.

Mengusung branding "Kalikuning Park, living harmony with Merapi" destinasi wisata ini menjadi alternatif baru bagi para pelancong yang ingin menikmati kemegahan Merapi. Untuk generasi milenial yang gemar selfie, di kawasan Kalikuning Park terdapat beberapa spot selfie berlatarkan Merapi. Meski beberapa terlihat memaksakan diri dan latah seperti kebanyakan destinasi kekinian, titik-titik tertentu tetap mencuri hati.

Arsip pribadi
Arsip pribadi
Bagi wisatawan yang ingin merasakan dinginnya malam di lereng Merapi, menginap di Kalikuning Park bisa dijadikan pilihan. Tempat ini menyediakan camping ground yang muat puluhan tenda. Untuk masalah sarana dan prasaran tak perlu khawatir, sebab di area camping ground ini sudah dilengkapi dengan kamar mandi yang lumayan banyak, mushola, joglo, hingga kedai yang menjual makanan serta minuman.

Ingin menginap di Kalikuning Park tapi ogah tidur di tenda dome? Tenang saja! Pengelola sudah menyediakan tenda family. Meskipun namanya tenda family, bukan berarti Anda akan tidur di tenda parasut. Tenda family ini merupakan nama lain untuk rumah-rumah kayu yang berjajar di tepian ngarai Kalaikuning.

Rumah kayu ini berupa bangunan segitiga yang menyerupai tenda pramuka. Nantinya Anda bisa memilih paket untuk tidur menggunakan sleeping bag, kasur lipat, bahkan kasur busa. Tenda familyini sangat cocok bagi Anda yang ingin merasakan sensai berkemah namun tidak perlu repot-repot menyiapkan semua keperluan. Bahkan Anda juga tidak perlu takut kehujanan, sebab tenda ini anti bocor karena terbuat dari kayu.

Arsip pribadi
Arsip pribadi
Jika Anda memilih paket menginap di tenda family, biaya yang Anda bayarkan sudah termasuk makan dan snack, kayu bakar, serta alat masak. Satu-satunya kekurangan pada lokasi camping ground dan tenda family Kalikuning adalah lokasinya yang tidak terlalu jauh dengan jalan raya, sehingga Anda akan mendengar suara kendaraan dengan mudah di pagi hari.

Arsip pribadi
Arsip pribadi
Arsip pribadi
Arsip pribadi
Selain camping ceria, salah satu aktivitas seru yang bisa dilakukan di Kalikuning Park adalah trekking. Berjalan kaki menyusuri jalan makadam serta jalan setapak dengan rute menantang adalah pilihan sempurna untuk Anda yang ingin mencari aktivitas berbeda di akhir pekan.

Rute trekkingakan diawali dari camping ground atau blok tenda family. Kemudian wisatawan tinggal mengikuti jalan batu yang sudah dibangun oleh pengelola. Pada musim penghujan, deretan ilalang dan bunga rumput menjadi pemandangan yang cantik. Sedangkan di sisi utara, Merapi berdiri dengan megahnya.

Rute trekking kemudian akan melewati turunan terjal hingga tiba di kawasan Plunyon. Di spot ini terdapat banyak pohon-pohon tinggi yang sudah mati. Pohon tersebut adalah sisa nyata kedahsyatan erupsi. Pohon ini memang tidak ditebang dan dibiarkan tetap berdiri, sebab di pokok inilah burung-burung cantik seperti perling kecil bermata merah kerap singgah.

sumber: peserta trip launching Kalikuning Park
sumber: peserta trip launching Kalikuning Park
Burung Perling Mata Merah (sumber: Afrizal)
Burung Perling Mata Merah (sumber: Afrizal)
Puas mengamati burung menggunakan monokuler, perjalanan bisa dilanjutkan melintasi jembatan Plunyon, kemudian menyusuri ngarai yang bersisian dengan aliran sungai yang berhulu di umbul temanten. Di sebut umbul temanten karena mata air ini terdiri dari dua bagian, yakni umbul wadon (perempuan) yang berupa mata air tenang, serta umbul lanang (laki-laki) yang bergejolak memancar dari dalam bukit.

Kedua mata air ini memiliki peranan penting sebagai pemasok air untuk wilayah-wilayah di bawahnya. Usai singgah sejenak di Umbul Temanten, wisatawan pun bisa kembali ke camping ground dengan melewati anak tangga yang berkelok, atau melanjutkan perjalanan hingga jauh ke utara, Watu Kemloso.

Untuk Anda yang jarang melakukan aktivitas fisik, mungkin rute trekking ini sedikit menantang. Sedangkan bagi yang sudah biasa, berjalan kaki naik turun bukit, menyurusi aliran sungai, serta menerabas ilalang akan menjadi aktivitas yang menyenangkan. Jika Anda ingin merasakan sensasi trekking namun dengan rute yang lebih mudah, Anda bisa meminta rute khusus kepada pengelola.

Arsip pribadi
Arsip pribadi
Arsip pribadi
Arsip pribadi
Lokasi, Akses, dan Harga Tiket Kalikuning Park

Secara administratif, kawasan Kalikuning Park ini terletak di Pangukrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Dari puncak Merapi, kawasan ini hanya berjarak sekitar 7 km.

Kalikuning Park sangat mudah dijangkau. Dari Jogja, Anda cukup menyusuri Jalan Kaliurang, kemudian sebelum Hotel Eden 2 (Jalan Kaliurang Km 21/22) silakan belok kanan menuju arah Kaliadem. Nantinya Kalikuning Park ada di sisi kiri jalan, tidak terlalu jauh dari pos retribusi. Namun jika masih bingung, gunakan saja google map dengan kata kunci Kalikuning Park.

Untuk menikmati pesona Kalikuning Park, tiap wisatawan hanya perlu membayar Rp 7.500 rupiah. Tiket tersebut sudah meliputi asuransi. Sedangkan jika ingin berkemah, Anda cukup membayar Rp 20.000 per orang.  Jika tidak membawa tenda sendiri, Anda bisa menyewa tenda milik pengelola dengan tarif Rp 50.000 per malam. Selain tenda, pengelola juga menyewakan sleeping bag dan matras.

Khusus untuk fasilitas tenda family alias rumah kayu, harga yang ditawarkan bervariari mulai dari paket standar (Rp 600.000), paket deluxe (Rp 850.000), dan paket premium (Rp 1.300.000). Harga tersebut berlaku untuk 4 orang. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai fasilitas dan lain-lain, Anda bisa menghubungi langsung pihak pengelola pada nomor berikut 085227366230 dan 085643568967.

Jadi, kapan Anda hendak singgah ke Kalikuning Park?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun