Dalam dunia pariwisata, Yogyakarta tentu bukan kota yang asing. Bagi para wisatawan –wisatawan mancanegara(wisman) maupun wisatawan domestik (wisdom) – Yogya bahkan masih menjadi destinasi utama selain Bali dan Bandung. Namun sayangnya, ketika kita menyebut pariwisata Yogya, yang masuk daftar list kunjungan hanyalah tempat ‘itu-itu’ saja. Parangtritis, Kaliurang, Keraton Yogya, Malioboro, memang masih menjadi tempat favorit para pelancong saat menikmati Yogyakarta. Persis seperti dilantunkan Katon Bagaskara dalam salah satu tembang hits-nya: “Yogyakarta”.
span style="background:#FFFF00;">
Padahal, masih banyak opsi destinasi wisata lainnya yang tak kalah menarik dan eksotik di jazirah ini. Berikut dua lokasi alternatifyang dapat dinikmati saat Anda berwisata dan berpetualangke Yogyakarta.
Candi Ratu Boko
Bila Anda pernah bertandang ke Candi Prambanan maka tidak akan kesulitan menemukan lokasi Candi Ratu Boko yang eksotik ini. Candi Ratu Boko letaknya sekitar 3 kilometer ke arah selatan dari Candi Prambanan. Lokasi tepatnya berada di Kecamatan Bokoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Meskipun tidak ada jalur khusus kendaraan umum, tapi akses menuju Candi Ratu Boko sebenarnya sangat mudah. Rute termudah dan termurah menuju ke lokasi itu dapat ditempuh melalui bis Trans-Yogya berhenti di halte pasar Prambanan. Dari halte itu sudah banyak ojeg motor yang siap mengantar Anda ke lokasi. Sementara untuk menuju halte pasar Prambanan, Trans-Yogya tersedia dari banyak jurusan utama, baik dari Stasiun Tugu, Terminal Bis Giwangan, maupun dari Bandara Adisucipto.
Agar dapat menikmati keindahan Candi Ratu Boko secara optimal disarankan kehadiran Anda di situ pada saat matahari terbit (menjelang pagi) atau menjelang matahari terbenam (sore). Pada saat-saat itu kita dapat menyaksikan pemandangan yang menakjubkan dimana bola bulat mentari mengapung persis di gapura candi. Selain menawarkan pemandangan yang eksotik, Candi Ratu Boko juga banyak menyimpan kisah yang belum terungkap sehingga karenanya mengundang rasa penasaran dan sekaligus menjadi pesona tersendiri …
Ada banyak versi seputar sejarah Candi Ratu Boko, salah satunya, misalnya ditulisNgabehi Purbawidjaja dalam Serat Babad Kadhiri. “Alkisah pada suatu ketika, bertahtalah seorang Raja yang bernama Prabu Dewatasari di Kraton Prambanan, namun banyak diantara rakyatnya yang menyebut juga bahwa Raja Prambanan adalah Prabu Boko, seorang Raja yang ditakuti karena konon menurut cerita, Prabu Boko gemar makan daging manusia. Dan ternyata, sesungguhnya Prabu Boko adalah seorang perempuan, yaitu permaisuri Raja Prambanan yang bernama asli Prabu Prawatasari.Prabu Boko adalah perempuan titisan raksasa yang bernama Buto Nyai, meskipun begitu, kecantikannya tidak ada yang menandingi di wilayah Jawa Tengah kala itu. Dan karena postur badannya yang tinggi melebihi rata-rata tinggi orang dewasa di masa itu, maka dia juga mendapat nama alias atau julukan Roro Jonggrang. Setelah melahirkan putranya, Prabu Boko mempunyai kebiasaan memakan daging manusia. Dan karena perbuatannya tersebut, sang Raja Prabu Dewatasari murka dan mengusir permaisurinya meninggalkan istana. Kepergian sang permaisuri meninggalkan luka bagi Raja dan putranya yang masih bayi. Akhirnya dibuatlah patung dari batu yang menyerupai istrinya yang kini dikenal dengan Roro Jonggrang,” tulis Babad itu.
Selain menawarkan wisata sejarah, Candi Ratu Boko juga menyuguhkan banyak temuan arkeologis seperti prasasti, artefak, arca dengan segala modelnya seperti arca Durga, Ganesha, Garuda, serta Lingga dan Yoni. Salah satu prasasti yang ada di sini adalah “Prasasti Siwagraha” yang menuturkan peperangan antara Raja Balaputera dan Rakai Pikatan. Menurut cerita prasasti ini, Candi Ratu Boko yang terletak di daerah perbukitan ini dibangun sebagai benteng pertahanan setelah Balaputera melarikan diri karena terdesak saat perang. Namun begitu, meskipun banyak artefak, arca, dan prasasti yang ditemukan di situ, sampai saat ini masih belum terungkap misteri sesungguhnya Candi Ratu Boko, termasuk misteri fungsi tempat ini, apakah bekas sebuah biara, candi, atau sekadar tamansari tempat rekreasi. Tapi apapun misterinya, tempat ini sungguh layak Anda kunjungi…
Bukit Menoreh
Pemandangan alam dan jalan yang berkelok-kelok di daerah perbukitan Menoreh sebenarnya sama indahnya dengan perbukitan di daerah Puncak, Bogor, Jawa Barat. Namun perbedaan keduanya yang mencolok adalah infrastruktur jalannya. Jika saja jalan raya di sekitar perbukitan Menoreh bagus kualitasnya, saya yakin denyut nadi ekonomi termasuk kegiatan pariwisatanya akan terdongkrak dengan sendirinya.
Menoreh adalah kawasan pegunungan/perbukitan yang membentang di wilayah barat laut Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jaraknya sekitar 30 kilometer dari Kota Yogyakarta ke arah barat. Perbukitan Menoreh ini juga seperti menjadi pembatas alamiah Kabupaten Kulonprogo dengan Kabupaten Purworejo di sebelah barat dan dengan Kabupaten Magelang di sebelah utara. Dalam sejarah pra-kemerdekaan Indonesia, perbukitan Menorah ini dikenal sebagai basis pertahanan Pangeran Diponegoro dalam peperangan melawan Hindia-Belanda (1825-1830) yang sering disebut sebagai Perang Diponegoro.
Keistimewaan Menoreh adalah merupakan perbukitan non-vulkanik. Tidak seperti umumnya daerah perbukitan vulkanik, perbukitan Menoreh terbentuk dari karang. Karena itu daerah ini menjadi salah satu penghasil batu karang dan batu granit. Namun begitu, wilayah ini juga termasuk daerah pertanian yang cukup subur, terutama menjadi andalan penghasil cengkeh karena hawanya cukup dingin yang secara geografis berada pada ketinggian di atas 500m dpl, terutama di daerah Suralaya yang menjadi puncak perbukitan Menoreh. Dari puncak Suralaya kita bisa menyaksikan view yang Indah ke segala arah. Bila cuaca cerah, dari puncak Suralaya kita dapat menyaksikan empat gunung besar: Merapi, Merbabu, Sindoro, dan Sumbing. Dari puncak Suralaya juga kita dapat menyaksikan dengan jelas puncak Candi Borobudur.
Bukan itu saja, masayarakat sekitar perbukitan Menoreh meyakini mistik dan mitos bahwa puncak Suralaya merupakan “pusat” atau “titik tengah” pulau Jawa. Keyakinan ini konon didasarkan pada semacam garis imajiner yang dibentangkan melintas utara-selatan dan barat-timur, maka titik temunya katanya persis di puncak Suralaya yang menjadi puncak tertinggi Bukit Menoreh. Cerita ini bahkan seringkali dikaitkan dengan cerita lainnya yang juga melegenda, yaitu “Semar Badranaya”. Dari dua cerita ini orang-orang Menoreh kemudian menisbatkan Puncak Suralaya sebagai “Kahyangan” atau tempat berkumpulnya para dewa.
Selain mistik dan mitos serta keindahan alamnya, kita juga akan terpesona dengan kuliner khas Kulonprogo yang tentu akan sulit didapat di tempat lain. Makanan khas Kulonprogo mungkin belum terlalu masyhur, tapi justru karena itulah aneka kuliner ‘kampungan’ ini akan membuat Anda penasaran dan bertanya-tanya seperti apa dan bagaimana rasanya. Supaya anda tidak mati penasaran (hehehehe) silahkan langsung dicicipi saja makanan khas Kulonprogo berikut yang saya nukilkan dari: http://betrikadea.blogspot.com/2011/08/makanan-khas-kulon-progo.html
span style="font-size:10pt;line-height:115%;">
span style="font-size:10pt;line-height:115%;" lang="in" xml:lang="in">1. Peyek undur-undur
span style="font-size:10pt;line-height:115%;" lang="in" xml:lang="in">Peyek undur-undur dapat dijumpai di kawasan pesisir pantai. Dari namanya, bahan utama peyek ini adalah undur-undur laut.Peyek undur-undur laut ini dibuat dari beberapa bahan seperti tepung beras, tepung kanji,kuah santan,bawang putih,kemiri,tumbar,garam, kencur dan daun jeruk. Daun jeruk berfungsi sebagai penghilang bau amis pada undur-undur.Makanan khas pesisir pantai ini berkhasiat menjaga kesehatan, menurunkan gula darah sekaligus mampu mengobati beberapa penyakit seperti diabetes meilitus dan stroke.
span style="font-size:10pt;line-height:115%;">
span style="font-size:10pt;line-height:115%;" lang="in" xml:lang="in">2. Geblek Kulon Progo
span style="font-size:10pt;line-height:115%;">Geblekmerupakan makanan kecil khas dari kabupaten Kulon Progo. Bahan baku dari Geblek berasal dari tepung tapioka atau tepung kanji. Hanya saja tepung tapioka yang digunakan untuk membuat Geblek adalah tepung tapioka yang basah.
span style="font-size:10pt;line-height:115%;">
span style="font-size:10pt;line-height:115%;" lang="in" xml:lang="in">3. Growol
span style="font-size:10pt;line-height:115%;" lang="in" xml:lang="in">Growol merupakan makanan tradisional dari ketela yang memiliki rasa. Pembuatan growolmembutuhkan waktu empat hari, yaitu sejak proses merendam ketela yang telah dikupas dan diiris kecil-kecil ke dalam air, kemudian ditiriskan serta dihancurkan, sebelum akhirnya dikukus. Growol bermanfaat untuk mencegah kegemukan serta menyembuhkan penyakit maag dan penyakit gula. Growol juga digunakan sebagian warga yang tengah menjalani diet. Pada zaman dulu, growoldimakan petani sebagai pengganti nasi saat mereka memanen padi di sawah atau saat musim paceklik (krisis pangan).
span style="font-size:10pt;line-height:115%;">
span style="font-size:10pt;line-height:115%;" lang="in" xml:lang="in">4. Tempe Benguk
Bahan dasar tempe benguk dari tanaman koro / bengok. Tempe benguk memiliki rasa yang cukup enak dan rasa yang cukup gurih yang khas, sehingga dipopulerkan secara nasional sebagai pendamping tempe kedelai. Selain itu bijinya mengandung gizi yang sangat tinggi.span>
span style="background:#FFFF00;">
Epilog
Sri Sultan Hamengkubuwono X beberapa waktu lalu giat mempromosikan ikon Yogya sebagai “Never Ending Asia”. Sultan barangkali tidak bermaksud lebay alias berlebihan. Namun sebagai kota budaya, kota pendidikan, dan sekaligus juga kota sejarah, Yogya memang nyatanya menawarkan banyak hal untuk dinikmati. Tak heran jika dari waktu ke waktu kota ini nyaris tak pernah sepi dibanjiri para pelancong.
Namun sayangnya, sekali lagi, tempat ‘itu-itu saja’ yang kini masih menjadi target kunjungan para wisatawan ke Yogya. Padahal, seperti kata Sultan, Yogyakarta memiliki banyak tempat dan banyak hal yang dapat dikunjungi dan dinikmati. Karena itu, jika dalam waktu dekat Anda berencana berwisata ke Yogyakarta, tidak ada salahnya untuk mencoba menikmati Yogyakarta dari sisi yang lain. Dua tempat tadi tampaknya akan memberi Anda suguhan keindahan dan pengalaman wisata yang mengesankan.
span style="background:#FFFF00;">
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H