Mohon tunggu...
Sofian Munawar
Sofian Munawar Mohon Tunggu... Editor - PENDIRI Ruang Baca Komunitas

"Membaca, Menulis, Membagi" Salam Literasi !

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Coffe Morning dan Agenda Sang Bupati

6 September 2014   14:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:28 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_341276" align="alignleft" width="300" caption="Logo Garut (sumber: www.garut.go.id)"][/caption]

Jumat malam, 5 September 2014 saya mendapat message dari “Garut Kominfo” di inbox facebooksaya: “Asslm. Wr. Wb. Apabila berkenan dan dapat meluangkan waktu, dimohon kehadirannya dalam acara open house bersama Bupati dan Wabup besok hari Sabtu 6 September 2014 mulai pk. 07.00 s.d pk. 08.30 di Gd.Pendopo. trims. Wassalam“.  Saya segera mereply pesan itu dengan jawaban ini:  “Terima kasih atas undangannya. Tentu sebuah kehormatan dapat hadir dalam acara itu. Namun sayang sekali besok saya sudah ada agenda acara di Jakarta. Semoga di lain waktu masih ada kesempatan untuk saya bersua dengan pak Bupati. Terima kasih atas atensinya. Salam takzim.“

Setelah saya menelisik laman akun “Garut Kominfo” saya baru tahu ternyata ada tradisi baik yang mulai dipromosikan Bupati Garut yang baru, H.Rudy Gunawan, yaitu "Coffe Morning" di Pendopo Garut. Menurut Kepala Bagian Informatika Kabupaten Garut, Basuki Eko, acara acara yang digelar setiap bulan itu sebagai realisasi janji bupati saat kampanye untuk senantiasa menjalin silaturahmi dengan warga. Selain itu, Bupati melalui "Garut Kominfo" dan akun facebook pribadinya "Kang H. Rudy Gunawan" mempublikasikan seluruh agenda kerja harian secara traansparan. Kita bisa saja lantas segera menuduh gaya dan laga ini sebagai bentuk pencitraan dalam rangka meraih simpati publik. Namun dari sisi komunikasi politik harus diakui bahwa model komunikasi seperti ini merupakan gejala baik sejauh dilandasi goodwill, harapan dan ketulusan untuk berkomunikasi secara lebih intens sekaligus merespon segenap harap warga secara nyata.

Setidaknya, secara sederhana saya membayangkan “putera asgar”, warga asal Garut yang tersebar di sejumlah tempat –termasuk di luar Garut dan di luar negeri– dapat turut memantau kegiatan apa saja yang dilakukan Bupati Garut seraya aktif-proaktif memberikan saran, masukan dan kritik konstruktif secara produktif untuk kemajuan daerahnya. Melalui informasi virtual itu pula saya menjadi tahu bahwa Bupati Garut saat ini ternyata suka “bubulusukan” alias “blusukan” seperti halnya dilakukan Jokowi yang sejatinya meniru gaya kepemimpinan Ummar bin Khattab di masa silam.

Salah satu kegiatan terkini dari agenda kerja Bupati Garut misalnya kunjungan kerja ke wilayah Garut Selatan (Garsela) sekaligus melakukan peninjauan lokasi musibah kebakaran di Kampung Rajawali, Bungbulang. Beberapa hari berikutnya, Bupati Garut H. Rudy Gunawan mendampingi Menteri Sosial dalam acara penerimaan tamu dari Kuwait yang memberikan hibah ke Ponpes Darussalam di Kecamatan Kersamanah di wilayah Garut Utara (Gatra). Sementara itu, dalam laman akun facebook “Garut Kominfo” juga tampak sejumlah keluhan yang  disuarakan warga. “Ass, bapak bupati yang terhormat, punten ieu gas 3kg milarian dimna mana toskurilingan sagarut teu aya kararosong...punten nyungken bantosan nana..hatur nuhun,” tulis seorang warga yang langsung mendapat respon dari bupati melalui tangan Kominfo.

[caption id="attachment_341277" align="alignright" width="300" caption="Kunjungan kerja Bupati Garut di Kecamatan Talegong (sumber: garut kominfo) "]

1409964340120517362
1409964340120517362
[/caption]

Model komunikasi politik seperti ini tentu baik tapi tentu saja jangan sampai ini menjebak dan tergelincir sebatas formalisme belaka tanpa dibarengi upaya-upaya riil untuk memberikan solusi konkret atas berbagai persoalan yang dikeluhkan warga.  Salah satu persoalan konkret yang begitu tampak di Kabupaten Garut adalah soal tata kota. Kota Garut yang sejak lama dikenal sebagai Kota Intan (Indah, Tertib, Aman, dan Nyaman) kini tampak begitu sembrawut dengan tumpukan sampah di mana-mana. Sementara tingkat kemiskinan dan rendahnya kualitas SDM dan taraf pendidikan masih menjadi beban yang amat berat. Persoalan seperti ini tentu tidak cukup diatasi dengan "Coffe Morning", safari dan kunjungan kerja semata, tapi butuh kompetensi birokrasi dengan perencanaan matang dan strategis.

Selain itu, model komunikasi yang tengah dilakukan saat ini tentu tidak bisa dijadikan strategi monolitik dan monolog, namun perlu dicarikan model alternatif untuk mengkombinasikan dan mengkomplementasikan gaya komunikasi secara variatif. Model strategi sebaliknya, misalnya dapat dijadikan alternatif, misalnya dengan mengundang warga secara reguler dan terrencana seraya menyediakan “panggung” bagi warga untuk menyampaikan segala macam uneg-uneg. Perlu dijaga agar forum coffe morning jangan sampai tergelincir menjadi seremonial, apalagi menjadi panggung Bupati dan jajaran birokrasinya untuk mengajari warga. Namun sebaliknya, forum ini harus menjadi milik warga untuk menyuarakan keinginannya.

1409964491340417102
1409964491340417102

Karena itu, agar warga tidak "ewuh-pakewuh" dengan urusan protokoler, mungkin lebih efektif jika forum seperti ini diselenggarakan di ruang publik. Usul konkretnya misalnya memanfaatkan keberadaan “Babancong” di alun-alun Garut  sebagai “panggung” dan “mimbar bebas” untuk suatu waktu tertentu secara reguler dan dijadikan sebagai salah satu bentuk media saluran aspirasi warga. Dalam sejarah pergerakan Garut, Babancong tentu memiliki nilai lebih tersendiri. Konon katanya, Bung Karno,presiden pertama kita pernah memanfaatkannya sebagai tempat yang tepat dan efektif untuk berkomunikasi secara langsung dengan publik Garut saat itu. Sejumlah tokoh pergerakan Garut juga pernah memanfaatkan Babancong ini sebagai tempat strategis untuk melakukan komunikasi publik secara massif. Dalam konteks kekinian, Babancong itu menurut saya masih relevan dijadikan simbolisasi aspirasi, dijadikan media warga untuk melakukan komunikasi publik dengan pemerintah agar bijak dalam mengambil kebijakan.

Namun begitu, upaya memperluas partisipasi publik melalui komunikasi yang intens itu sesungguhnya baru satu hal. Agenda penting lainnya yang tak kalah urgen adalah meningkatkan kapasitas dan kompetensi birokrasi. Perluasan partisipasi dan peningkatan kompetensi birokrasi ibarat dua sisi dari satu mata uang yang sama. Keduanya harus dilakukan dan diupayakan secara terintegrasi. Di atas itu semua, segala upaya dan terobosan model-model yang telah, sedang, dan akan diagendakan bupati dalam segenap kerja hariannya itu perlu didokumentasikan dan dicatat secara akurat, baik proses maupun hasil-hasilnya. Dengan begitu, segala persoalan akan lebih mudah dipilah, dipilih dan dipetakan serta dicarikan solusi alternatifnya secara tepat dan terarah. Dokumen tercatat ini tentu akan membantu kita menyusun nomenklatur persoalan secara simultan, persoalan mana yang sudah terselesaikan dan sejumlah masalah lainnya yang masih menjadi pekerjaan rumah.  Lebih dari sekadar laporan, dokumen tercatat ini juga dapat menjadi model pembelajaran sekaligus sumber rujukan di kemudian hari. Persis seperti kata bijak para arsiparis: “ verba valent, scripta manent”. Cofee Morning dan BH ABG, Buku Harian Agenda Bupati Garut diharapkan akan menjadi warisan penting bagi kerja-kerja politik dan eksperimen model komunikasi politik berikutnya. Semoga ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun