Mohon tunggu...
Sasetya wilutama
Sasetya wilutama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Pemerhati budaya

Mantan redaktur majalah berbahasa Jawa Penyebar Semangat Surabaya dan pensiunan SCTV Jakarta. Kini tinggal di Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Drama Kolosal Peristiwa 10 Nopember Dimainkan 850 Siswa SD Maarif

11 November 2023   13:41 Diperbarui: 11 November 2023   13:45 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak cara dilakukan untuk memperingati Hari Pahlawan. Salah satunya adalah pementasan drama kolosal yang dimainkan oleh 850 siswa SD Maarif Jogosari, Kec. Pandaan. Kab. Pasuruan, di halaman sekolah, Jumat (10/11) pagi.

Gemuruh suara tiga pesawat Dakota terbang melintasi langit. Menebarkan pamflet  yang kemudian dipunguti  oleh rakyat pribumi Surabaya. Isinya: Sekutu mengultimatum agar TNI dan rakyat Indonesia menyerahkan senjata tanpa syarat.

Demikian cuplikan adegan menarik drama kolosal berjudul Juang "10 November". Meski pesawat itu hanya terbuat dari karton, tetapi para siswa  terlihat gembira memainkan pementasan itu. Acara berdurasi 90 menit itu melibatkan kelas 1 hingga kelas 6.

Panggungnya bukan panggung biasa. Seluruh halaman sekolah digunakan sebagai arena  pertunjukan, mirip teater rakyat terbuka. Adegan demi adegan mengalir yang menggambarkan fragmen perjalanan negeri Nusantara yang kaya sumber alam tetapi senantiasa diincar oleh penjajah seperti Belanda dan Jepang. Ketika sudah merdekapun masih diusik, hingga pecah pertempuran berdarah 10 November  1945 di Surabaya.

"Kami memang tidak ingin ada siswa yang jadi pemain dan ada yang cuma menjadi penonton. Semua siswa harus terlibat. Ini bukan sekedar pementasan drama. Kami menyebutnya sebagai perayaan bersama menyambut hari Pahlawan," kata Hj. Nurul Khusnaini, S.Pd, Kepala SD Maarif Jogosari Pandaan seusai acara.

Kiranya benar yang diucapkannya itu. Suasana sekolah seolah berubah menjadi zaman perjuangan karena semua siswa mengenakan konstum sesuai peran masing-masing. Ada yang berkebaya, mengenakan seragam Belanda, Jepang, tentu saja ada pejuang yang mengangkat bambu runcing. Tampil sosok  Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung karno. Tidak ketinggalan muncul KH Hasyim Ashari yang menyerukan Komando Jihad pada 22 Oktober 1945,  yang kelak dijadikan sebagai hari Santri.

Adegan menarik terjadi saat momen penyobekan bendera merah putih biru yang berkibar di salah satu tiang hotel Yamato. Dengan heroik beberapa siswa yang memerankan sebagai pemuda pribumi memanjat tangga, lalu menurunkan bendera Belanda,  membuang warna birunya dan mengibarkan kembali. Sebuah perlawanan simbolis yang gagah berani dengan pertaruhan nyawa dari arek-arek Suroboyo waktu itu.

Pembacaan teks proklamasi oleh Presiden Soekarno, pidato Bung Tomo yang berapi-api, penderitaan rakyat saat kerja rodi, peran santri dan ulama dalam membela negara, hingga taktik perang gerilya kiranya menjadi sederet materi mata pelajaran berharga bagi siswa.  Pendidikan sejarah tersaji dalam kemasan drama kolosal yang menarik. Dan mereka terlibat di dalamnya.

"Saya lihat anak-anak antusias sekali. Cukup totalitas saat memainkan peran. Pembelajaran seperti ini pasti akan berkesan bagi anak-anak sampai dia besar nanti. Mereka juga bisa membayangkan kesengsaraan bangsa yang terjajah, juga merasakan keberanian para pahlawan," kata Nur Islamiyah, S.Pd. guru kelas 6.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun