Menjadi seorang penulis atau blogger di era informasi saat ini, menjadi profesi yang banyak dilakukan karena bisa bekerja dari rumah dengan fleksibel. Namun dengan semakin banyaknya blogger atau penulis yang bermunculan dibutuhkan kemampuan yang lebih sehingga bisa bertahan dan bisa menginspirasi orang lain.Â
Untuk memiliki kemampuan yang lebih tentu dibutuhkan berbagai usaha mulai banyak membaca buku atau referensi lainnya, latihan menulis dengan kontinu dan mengikuti workshop untuk menambah wawasan sehingga bisa langsung dipraktekkan.Â
Minggu lalu saya mengikuti workshop menulis yang diadakan Click Kompasiana tanggal 2-3 Agustus 2019 di Wisma Graha Wisata TMII. Ini pertama kalinya mengikuti workshop menulis yang diadakan Click dan menginap dengan peserta lainnya dari luar kota.Â
Kesempatan ini saya manfaatkan untuk mengosongkan gelas demi mendapatkan ilmu baru dari pembicara yang sudah berpengalaman di bidangnya. Sesi pertama dimulai oleh ibu Fanny Jonathan Poyk seorang penulis cerpen dan juga aktif di PPI.Â
Beliau menceritakan menulis cerpen bisa dilakukan siapapun asalkan mau terus mencoba dan memiliki empati terhadap lingkungan sosial. Tema cerita bisa berasal dari lingkungan sekitar kita misalnya tentang persahabatan, perselingkuhan, orang tua dengan anak, kondisi sopir angkutan umum bahkan penjual gado-gado sekalipun.Â
Memang butuh proses untuk menghasilkan cerpen yang baik dan layak muat di surat kabar namun jika kita terus mengasah kemampuan dengan membaca cerpen yang dimuat di koran dan sering berinteraksi dengan masyarakat maka cerpen kita bisa mendapat apresiasi baik dari masyarakat.Â
Bahkan ibu Fanny sering dilibatkan pemerintah untuk pelatihan menulis cerpen di daerah karena cerpennya sering dimuat di media massa nasional. Maka saatnya kita mencoba dan menambah referensi yang berbeda.Â
Sesi kedua dilanjutkan oleh mas Iskandar Zulkarnaen atau Isjet co-founder Kompasiana membahas tentang konten marketing. Bagi mas Isjet workshop ini sekaligus ajang silaturahmi sekaligus nostalgia dengan peserta nangkring Kompasiana.Â
Kehadiran blogger atau content creator saat ini memang menjadi salah satu tren yang dibutuhkan brand untuk memperkenalkan produk atau jasanya ke masyarakat. Supaya mendapat interaksi yang baik dari pembaca, blogger harus terlatih menulis dengan metode story telling bukan hardsell.Â
Supaya mendapat kepercayaan dari brand, maka kita harus membiasakan menulis story telling atau soft sell agar memiliki portofolio yang baik. Jika sudah terbiasa maka saat mendapat pekerjaan dari brand tertentu akan menghasilkan tulisan yang terbaik.
Selanjutnya peserta istirahat untuk makan malam dan menjalankan solat magrib. Saat saya di ruangan untuk menulis tantangan dalam waktu jam mengenai kegiatan workshop, ternyata ada gempa beberapa menit yang getarannya terasa kuat sampai membuat saya panik.Â
Setelah itu linimasa media sosial pun ramai dengan berita gempa. Untungnya di Jakarta hanya sebentar dan kegiatan workshop dilanjutkan dengan sedikit pusing dan deg-degan.Â
Sesi ketiga yaitu kelas menulis Ekonomi bersama Isson Khaerul yang juga Direktur Program PPI. Menulis bidang Ekonomi bagi sebagian orang dianggap sulit bahkan saya karena membahas istilah yang rumit. Padahal bisa dimulai dengan hal sederhana misalnya bagaimana orang tua murid di sebuah sekolah membayar uang SPP dengan transfer antar bank.Â
Bisa juga menulis tentang pedagang di pasar tradisional yang lebih suka meminjam uang dengan rentenir dibandingkan di bank. Padahal di depan pasar terdapat bank nasional yang menyediakan jasa kredit atau tabungan. Hal seperti ini bisa diulas lebih dalam dan akan menarik jika dibuat tulisan sebagai masukan kepada perbankan dalam mengedukasi masyarakat.Â
Wah ini menjadi masukan baru bagi saya ternyata bisa menulis artikel ekonomi dari berbagai sudut pandang. Hal ini belum pernah terpikirkan oleh saya dan bisa menjadi bidang baru untuk ditekuni karena belum banyak yang melakukannya.Â
Mengikuti workshop hari pertama sudah banyak membuka cara berpikir saya dan semakin tidak sabar untuk kunjungan hari kedua ke Pantai Maju yang merupakan hasil dari reklamasi.Â
Reklamasi menjadi isu yang cukup hangat karena dikhawatirkan memberi efek negatif kepada lingkungan dan menjadi tema politis saat akan pemilihan gubernur dua tahun lalu.Â
Jujur saya tidak terlalu pusing dengan berita tersebut karena saya sendiri belum pernah melihat pulau reklamasi dan tidak mau ikut-ikutan berkomentar tentang politik yang saya tidak paham.Â
Nah hari kedua kami mengunjungi Pantai Maju di kawasan Pantai Indah Kapuk di pagi hari. Tempat ini jauh dari dugaan saya karena jalanan dibangun dengan baik, berdiri ruko puluhan di samping kanan dan kiri jalan, banyak terdapat tempat makan, bahkan ada Transjakarta dan angkutan umum yang memutari kawasan Pantai Maju.Â
Tempat ini sudah dibangun bertahun-tahun sebelumnya dan mendapat izin resmi dari gubernur. Pembangunan juga terus dilakukan di berbagai sisi untuk tempat olahraga dan melihat pemandangan. Ternyata reklamasi tidak selamanya negatif jika dikelola dengan baik dan bisa memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.Â
Selesai mengunjungi Pantai Maju kami pun pulang ke rumah masing-masing dengan membawa cerita untuk dibagikan melalui tulisan di Kompasiana. Semoga workshop ini bisa berlanjut dengan tema dan pembicara yang berbeda.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H