Mohon tunggu...
Nur Annisa Hamid
Nur Annisa Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - blogger dan content creator

seorang wanita yang hobi travelling, menulis dan menyukai anak-anak selalu berfikir positif dan bersyukur dalam segala hal

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pentingnya Pendidikan Seks Tanpa Adegan Vulgar dalam Film "Dua Garis Biru"

22 Juli 2019   13:03 Diperbarui: 24 Juli 2019   11:56 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dikenal sebagai negara religius dimana sebagian besar penduduknya beragama Islam. Ironisnya angka pernikahan di bawah umur masih tinggi terjadi di masyarakat sebanyak 14 % dan 1,45 juta anak perempuan menjadi pengantin data dari Unicef tahun 2017. 

Belum lagi masalah kehamilan di luar nikah yang terjadi pada anak-anak dan remaja menjadi isu penting bagi semua pihak. Masalahnya pendidikan seks di Indonesia masih dianggap tabu padahal tanpa komunikasi yang tepat mendorong remaja mencari informasi yang salah. 

Saat perkembangan informasi semakin meluas, kini hadirlah film Dua Garis Biru yang sempat diboikot karena dikhawatirkan menggambarkan pergaulan bebas pada remaja. Namun kini dalam waktu beberapa hari sudah mencapai satu juta penonton. 

Saya penasaran dengan film Dua Garis Biru karya Gina S Noer sebagai penulis naskah dan sutradara. Akhirnya saya menerima ajakan PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) untuk nonton bareng dan diskusi di Blok M Plaza tanggal 19 Juli 2019. 

Dokpri
Dokpri
Saat saya menonton justru tidak ada adegan vulgar sama sekali yang dikhawatirkan banyak pihak. Malah lebih banyak adegan drama emosional antara anak dengan orang tua menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan. 

Perbedaan kelas sosial menengah ke bawah dengan menengah ke atas, pola pikir religius dengan pola pikir rasional menjadi konflik yang mengaduk emosi. Di sini terlihat anak dengan pendidikan agama dan berasal dari keluarga terpelajar bisa melakukan kesalahan. 

Saat menjalani proses kehamilan sampai melahirkan terlihat mental Dara dan Bima masih belum siap. Apalagi Bima harus bekerja dan sekolah yang pada akhirnya malah terbengkalai. 

Yang awalnya orang tua Bima dan Dara menyalahkan sikap anaknya perlahan-lahan mulai menerima dan memaafkan. Momen ini menjadi awal komunikasi antara anak dan orang tua yang sebelumnya jarang dilakukan. 

Kekhawatiran banyak pihak akan cerita Dua Garis Biru tidak terbukti malah film ini bisa menjadi media untuk orang tua dan anak untuk belajar pentingnya komunikasi serta pendidikan seks dalam keluarga. 

Sepanjang film cerita disampaikan dengan baik tanpa menggurui penonton yang justru membuka wawasan masyarakat tentang reproduksi dan bagaimana menyiapkan mental menjadi orang tua. 

Dokpri
Dokpri
Selesai menonton Dua Garis Biru, saya bersama blogger,  media, mahasiswa dan remaja berdiskusi dengan PKBI tentang cerita film dengan kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun