Beberapa bulan terakhir nilai tukar Rupiah terhadap dolar ramai diberitakan melemah b sehingga menimbulkan inflasi dan berdampak kenaikan harga barang kebutuhan pokok. Hal ini merupakan akibat dari melemahnya perekonomian global di Eropa dan sebagian Asia.
Sebagai orang awam, dampak yang saya rasakan ialah selain harga barang menjadi lebih mahal, nilai uang juga semakin mengecil sehingga jumlah barang yang mampu dibeli juga berkurang.
Sebagai masyarakat tentu berharap ekonomi Indonesia bisa stabil sehingga mampu meningkatkan daya beli dan mengurangi pengangguran. Â Akan lebih baik lagi jika produk Indonesia bisa memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara.
Untuk itulah saya menghadiri diskusi panel pada tanggal 7 November 2018 di Aula Kementrian Koperasi dan UKM. Diskusi tersebut dihadiri bapak Ahmad Zabadi dari Kementrian Koperasi dan UKM, bapak Ryan Kiryanto Corporate Secretary & Chief Ekonomi BNI, Juan Firmansyah Business Development and Sales Officer Duanyam.
Selama tahun 2018 pemerintah telah berupaya mereformasi sistem
koperasi menggunakan database yang modern untuk mengetahui koperasi yang masih aktif atau tidak. Selain itu pemerintah terus berupaya mendorong koperasi untuk lebih produktif agar bisa memberikan kesejahteraan bagi anggotanya.
Selain koperasi, pemerintah juga membantu UKM yang ada di Indonesia agar bisa meningkatkan kualitas dengan mempermudah ijin, bantuan modal usaha, pemberian pelatihan hingga membantu memasarkan. Hal ini berdampak meningkatkan kontribusi UKM terhadap pendapatan negara.
Selain itu ekonomi kreatif kini sedang berkembang dan digemari anak muda dengan kemudahan teknologi yang diakses. Produk UKM kini menjadi lebih keren dengan inovasi dan media baru dalam memasarkan yaitu lewat ecommerce toko online. Di tahun mendatang Pak Ahmad optimis UKM Indonesia bisa diterima dengan baik dan bersaing dengan produk asing.
Selanjutnya Bapak Ryan menjelaskan lebih detail bagaimana kondisi ekonomi global dan proyeksi di tahun 2019. Secara umum pertumbuhan ekonomi global di tahun depan lebih rendah dibandingkan tahun ini. Penguatan dolar terhadap beberapa mata uang membuat Bank Indonesia berupaya menstabilkan rupiah di angka sekitar Rp 14.000 atau 15.000.
Cadangan devisa pada akhir September 2018 masih cukup tinggi yaitu 114,8 miliar dolar AS. Cadangan ini setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor dan berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Sedangkan inflasi yang terjadi masih terkendali yaitu 3,5 yang tercatat relatif stabil.
Kredit UMKM pada Agustus 2018 tumbuh 8,11% melambat dibanding periode sebelumnya yaitu 9,99%. Di sisi lain NPL atau Non-Performing Loan yang merupakan kredit bermasalah UMKM membaik menjadi 4,08% dibandingkan Juli sebesar 4,31%. Sementara itu penyaluran KUR atau Kredit Usaha Rakyat sampai Agustus 2018 sebesar Rp 87,58 triliun dengan resiko membaik.
Menariknya meski sedang krisis, transaksi pembayaran non tunai oleh Bank Indonesia melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia meningkat sebesar 6,9% dan melalui Real Time Gross Settlement sebesar 0,72%.Â
Transaksi masyarakat menggunakan kartu ATM, debit dan kredit tumbuh 9,4 % yang dibarengi dengan transaksi uang elektronik meningkat mencapai 393,2 %. Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat masih stabil terlihat dari transaksi di beberapa acara baik pameran atau lainnya melalui kartu kredit atau kredit.
Secara umum Pak Ryan memprediksi ekonomi Indonesia di tahun 2019 akan mengalami pertumbuhan 5,1 % - 5,5 % dengan inflasi sekitar 3,5 sama seperti tahun ini. Meskipun ada resiko ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi, konsumsi dan daya beli masyarakat Indonesia masih stabil. Apalagi tahun depan akan ada pemilu yang akan mendorong tingkat konsumsi sehingga ekonomi lebih bergairah dengan adanya pesta demokrasi.
Dari sisi pelaku UKM, Juan yang menjelaskan Duanyam merupakan produk anyaman berasal dari NTT yang ingin membantu masyarakat agar memiliki pendapatan lebih baik. Dengan pendapatan yang lebih baik, maka masalah sosial seperti gizi buruk, pendidikan, dan tingginya angka kematian ibu melahirkan bisa berkurang dan diatasi.
Dengan terus berinovasi produk Duanyam kemarin dipercaya menjadi merchandise resmi Asian Games 2018 yang laku terjual habis dan souvenir pada konferensi IMF di Bali. Hal ini membuktikan kalau produk Indonesia bisa bersaing dan dijual ke pasar manca negara.
Di tahun mendatang Duanyam akan terus berinovasi agar lebih dikenal oleh generasi milenial dengan merilis
e-commerce untuk pembelian ritel maupun bisnis. Selain itu akan menambah kapasitas produksi di beberapa daerah di Indonesia agar bisa meningkatkan penjualan di dalam dan luar negeri.
Optimisme pelaku UKM lokal seperti Duanyam patut diapresiasi apalagi dengan tujuan mulia meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Indonesia timur. Walaupun dengan naiknya dolar tentu akan berpengaruh dengan biaya pengiriman yang meningkat karena naiknya bahan bakar minyak.
Semoga pemerintah dan perbankan bisa memberikan subsidi untuk pengiriman bagi pelaku UKM agar bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia dan lebih kompetitif dibandingkan dengan produk impor yang banyak dijual.
Selesai mengikuti diskusi panel ini, kita masyarakat Indonesia patut bersyukur karena daya beli masyarakat masih stabil apalagi menjelang akhir tahun konsumsi akan meningkat dengan adanya liburan tahun baru. Walaupun secara global masih ada perlambatan ekonomi, namun kita harus optimis ekonomi Indonesia bisa stabil dengan membeli produk lokal agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Financial Selengkapnya