Mohon tunggu...
Mahsa Nararya Hasrie
Mahsa Nararya Hasrie Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

INFJ - 9w1

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Segudang Motivasi Dalam Film 'Dead Poets Society' Mengenai Kehidupan Para Remaja

1 November 2022   19:33 Diperbarui: 11 Maret 2023   14:22 2064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menonton film merupakan sebuah hobi yang digemari oleh banyak orang, selain sebagai hiburan yang terkadang dianggap membuang-buang waktu, kegiatan ini juga memberikan manfaat-manfaat lainnya, seperti sebagai cara untuk menghindari stress, memperkenalkan berbagai hal baru, dan memberi motivasi serta inspirasi terhadap para penonton. 

Sebagai seorang remaja yang gemar menonton film, banyak sekali pandangan baru dan motivasi yang saya dapatkan dari suatu film. Pandangan tersebut dapat merubah prinsip saya menjadi lebih maju, bahkan membangkitkan semangat untuk termotivasi mencapai tujuan hidup.

Semua film pasti mengandung pesan moral yang dikemas dalam berbagai genre menarik. Untuk Dead Poets Society, film ini memiliki genre drama diselingi komedi, yang memiliki segudang inspirasi bagi para penontonnya, terutama para remaja yang sedang membangun prinsip hidup mereka. Dead Poets Society juga merupakan salah satu film motivasi yang paling populer dari awal rilis, tahun 1989 hingga saat ini.

Sebagai seorang remaja, film ini telah memberikan banyak sekali pesan moral. Tidak hanya dirasakan oleh saya sendiri, namun teman-teman, keluarga, dan mutual online yang berusia sebaya dengan saya pun merasakan demikian. Hal tersebut dapat terlihat dari beberapa review yang telah diunggah pada aplikasi-aplikasi film, seperti letterboxd, IMDB, rotten tomatoes, dan lain sebagainya.

Film ini mengisahkan mengenai seorang anak laki-laki bernama Todd Anderson (Ethan Hawke) dalam menjalani kehidupannya di suatu asrama elite, Welton Academy pada tahun 1959. Selain berpusat kepada tokoh Todd, namun juga kepada keenam temannya, terutama Neil Perry (Robert Sean Leonard), dan seorang guru Bahasa Inggris bernama Mr. John Keating (Robbin Williams). Setiap karakter dalam film ini ditunjukan sedang berurusan dengan masalah mereka masing-masing. Ada yang sibuk mengejar impian, ada yang mengurusi masalah percintaan, menemukan jati diri, dan lain sebagainya seperti permasalahan yang dilalui usia remaja pada umumnya. Hingga akhirnya ketujuh sahabat tersebut dipertemukan oleh seorang guru Bahasa Inggris baru yang bernama Mr. John Keating.

Guru tersebut menginspirasi murid-muridnya untuk bermimpi dan mengikuti kata hati mereka. Cara Mr. Keating mengajar sangatlah berbeda dengan guru-guru lainnya. Beliau mengajarkan puisi kepada para siswa dengan menggunakan metode yang unik dan terbuka. Meskipun metode tersebut tidak sejalan dengan kurikulum yang ada pada sekolah, para siswa mendapatkan materi secara baik dengan cara yang juga menghibur. Dengan cara tersebut, seorang guru bukanlah sebagai pusat pembelajaran, sehingga guru akan meminta pendapat dari para siswa, dan menelaah materi secara terbuka. Sehingga melalui cara ini, mereka dapat memahami konsep dari materi yang dipelajari.

Adegan dalam film tersebut dipenuhi oleh berbagai kutipan puitis yang dapat mempengaruhi isi pikiran para penonton. Salah satunya "Carpe diem. Seize the day, boys. Make your lives extraordinary."  yang mana merupakan kutipan penutup yang dilontarkan oleh Mr. Keating kepada para siswanya, membuat para remaja menyadari bahwa kita memang harus menjalani kehidupan dengan cara yang luar biasa dan menikmati hidup selagi bisa. Selain itu, kutipan "Ketika Anda membaca, jangan hanya mempertimbangkan apa yang penulis pikirkan, pertimbangkan apa yang Anda pikirkan" juga sangat memotivasi saya secara pribadi, yang mana saya sebagai seorang siswa, penting sekali untuk membentuk pendapat saya sendiri dan membangun kreativitas. Untuk yang terakhir, dan merupakan salah satu kutipan dalam sejarah film yang membuat saya jatuh cinta dengan Dead Poets Society, yaitu "Kami tidak membaca dan menulis puisi karena itu lucu. Kami membaca dan menulis puisi karena kami adalah anggota umat manusia. Dan umat manusia dipenuhi dengan gairah. Kedokteran, hukum, bisnis, teknik, ini adalah pengejaran yang mulia dan perlu untuk menopang kehidupan. Tapi puisi, keindahan, romansa, cinta, inilah yang membuat kita tetap hidup" kalimat bijak yang diucapkan oleh Mr. Keating ini telah berhasil membuat para penggemar film terngiang-ngiang. Dimana, diluar sana banyak profesi yang dapat memuaskan raga kita, namun hanya puisi dan cinta lah yang dapat benar-benar mengisi jiwa kita.

SUMBER DATA:

https://www.idntimes.com/life/inspiration/shandy-pradana/11-kutipan-dalam-film-dead-poets-society-ini-bisa-menginspirasimu-c1c2

https://yoursay.suara.com/entertainment/2022/04/25/203556/ulasan-film-dead-poets-society-kisah-seorang-guru-yang-melihat-perubahan-hidup-dari-esensi-puisi

https://www.salamyogyakarta.com/pembelajaran-dalam-film-dead-poets-society/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun