Mohon tunggu...
Saryanto Bpi
Saryanto Bpi Mohon Tunggu... -

Saryanto, sekarang sedang menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor.Kota asal Purworejo, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Move On Agriculture di Purworejo

5 Maret 2015   04:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:09 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tersentak dan kaget ketika melihat kampung halamanku. Sungguh berbeda dari yang dulu. Hamparan warna sawah lebih berwarna. Bukan lagi seperti karpet hijau yang direbahkan sejauh mata memandang. Sekarang semakin banyak macam tanaman di kampungku, Kabupaten Purworejo. Tepatnya Purworejo bagian selatan, dekat dengan Samudera Hindia. Warna-warni tanaman membuat kampungku semakin maju, baik secara ekonomi ataupun ilmu bertani. Semua ini tak lepas dari lahan pertanian di kampungku yang sangat subur. Ibarat padi yang disebar menjadi tumbuhan, menghijau lalu menguning dan dipanen. Tepat sekali jika kampungku diberi slogan “Tongkat kayu dan batu jadi tanaman”.

Tanaman jagung, padi, kedelai, cabai dan tanaman ekonomis tinggi lainya menghampar begitu luasnya. Seperti air biru yang menghampar di Samudera Hindia. Tidak ketinggalan juga tanaman-tanaman penghasil buah-buahan segar. Semangka, melon dan pepaya. Ujung ke ujung semuanya hijau dengan sedikit goresan merah karena cabai yang siap dipanen. Warna kuning juga menghiasi hamparan hijau yang luas, karena matangnya pepaya calina yang tak sempat dipanen pada waktunya. Tentunya hal ini menyambar wajah jika ketika aku memandang kampung halamanku.

Sekarang bukan lagi rotasi padi lalu kacang tanah atau kacang kedelai. Karena memang tanaman inilah yang menjadi andalan masyarakat di kampungku kurang lebih sampai tahun 2000. Sekarang berbeda, di sawah dan ladang cabai, semangka, melon dan pepaya sudah memberi warna baru. Hamparan hijau sawah sedikit terusik merahnya cabai yang membangunkan ekonomi masyarakat. Tegaknya tanaman padi , kacang tanah dan kedelai juga ikut terusik bulatan-bulatan hijau semangka, melon dan pepaya. Bulatan buah yang siap mengangkat ekonomi masyarakat. Inilah Move On Agriculture (MOA) jilid 1 di kampungku.

Buah-buahan sudah lama menghampar didaerahku. Kurang lebih 13 tahunan semangka sudah menghampar di ladang, yang berlokasi kira-kira 400 meter sebelum samudera Hindia. Melon dan pepaya calina yang populernya california kurang lebih ditanam sejak 2009 di kampungku. Kedua buah ini masuk pertanian dikampungku beberapa tahun setelah semangka. Bisa dibilang, gara-gara buah-buahan ini banyak OKB atau orang kaya baru bermunculan di kampungku. Sekarang kondisi masyarakat sudah sejahtera semua di kampungku. Semua sudah makan tiga kali. Pendidikan minimal anak-anaknya sudah 12 tahun. Motor di dalam satu rumah bisa mencapai 2 bahkan 3. Semua ini tak lepas dari perubahan jenis tanaman di kampungku yang semula hanya padi dan kacang, sekarang menjadi lebih berwarna dengan adanya cabai, semangka, melon dan pepaya.

Kehebatan orang-orang di daerahku memang luar biasa.  Aliran informasi tentang pertanian begitu deras dan kencang. Informasi pertanian dari pemerintah setempat ataupun pakar pertanian yang didapat oleh individu masyarakat lewat sosialisasi atau pelatihan, langsung disalurkan dari mulut ke mulut. Akhirnya informasi sampai ke semua penjuru kampungku. Di kampungku tidak ada rahasia-rahasiaan atau menyembunyikan ilmu tentang bertani. Bahkan orang-orang saling membagi ilmunya dalam bertani. Misal berbagi ilmu dalam memberantas hama atau penyakit tanaman menggunakan bahan-bahan dari alam yang dicampur atau diracik sendiri.

Semangka, melon dan pepaya memang salah satu ujung tombak perubahan perekonomian masyarakat di kampungku. Sekarang tidak lagi hanya itu. Perikanan mulai menunjukkan taring dan kuku tajamnya di kampungku. Ibaratnya seperti naga yang terbangun dari tidur pulasnya. Naga yang siap mendobrak kampungku dengan serudukan kepala dan kepakan badan serta ekornya.

Lagi-lagi aku terkaget dan pangling berat dengan wajah baru kampungku. Bulan Juli 2014 ketika itu aku pulang kampung setelah menyelesaikan kuliah semester 4.  Suatu hari aku berjalan menuju pantai (Samudera Hindia). Hijaunya sawah masih tercium merdu. Gelantungan-gelantungan pepaya dan melon juga masih menemani perjalananku menuju pantai. Semangka pun masih terbentang luas. Dan akhirnya garis pantai terinjak dan lengkungan cakrawala pun menyambar di mataku. Indahnya. Kampung ini karena hijaunya pertanian dan birunya lautan.

Aku pun berbalik badan dan berpaling dari cakrawala, tapi bukan lagi tanaman-tanaman berduri yang menghampar yang menghampiri wajahku, bukan lagi tanaman pandan yang berbunga ungu yang berjajar seperti beberapa tahun yang lalu.

Balik badanku, mengantarkan pandanganku ke 70an meter sebelum garis pantai. Sekarang sudah berbeda, bukan hijau lagi disitu. Petakan-petakan yang berukuran besar kurang lebih 20mx30m berjajar sejauh pandangan mataku. Aku pangling. Aku pangling total dengan pinggiran pantai yang dulu hanya pasir berisikan tanaman berduri yang aku tidak tahu nama latinya dan pandan yang berbungau ungu, sekarang berjajar-jajar tambak udang.

Pertanian yang sungguh baru di kampungku. Pertanian bergaya air yaitu perikanan sudah lahir. Inilah babak yang lebih baru atau MOA jilid 2. Perikanan khususnya tambak udang di kampungku kurang lebih masuk 2013 dan memang baru meledak tahun 2014. Ini namanya Move On Agriculture (MOA). Semula masyarakat di kampungku hanya fokus pada budidaya tanaman, tapi sekarang sudah berbeda. MOA Jilid 2 sudah berbicara di kampungku. Tambak-tambak semakin hari, semakin banyak jumlahnya. Produksi udang Indonesia akan meningkat dan artinya produksi perikanan di Indonesia akan meningkat , karena lahan produksi baru bermunculan di kampungku.

Kurang lebih sepanjang garis pantai 7 km berisikan tambak udang di kampungku. Pembangunan sarana dan prasarana untuk memproduksi udang terus dibangun dan dikembangkan di kampungku. Akses jalan dan listrik sudah dapat dijumpai di pinggiran pantai. Sekarang saatnya fokus peningkatan produksi udang di kampungku.

Tak lain seperti pendahulunya cabai, semangka, melon dan pepaya yang mendobrak besar-besaran ekonomi masyarakat di kampungku. MOA Jilid 2 yang konsen di perikanan juga tak kalah hebatnya dalam memberikan dobrakan ekonomi bagi masyarakat di kampungku. Multiplier effect yang berbicara di sini. Di Kampungku. Pembangunan tambak-tambak udang sepanjang kurang lebih 7km-an memberikan dampak yang luar biasa. Tidak hanya pada tersedianya lapangan pekerjaan di on farm, tetapi juga off farm. Mulai dari warung-warung makan di sekitar yang semakin laris karena pembelian pekerja on farm, peningkatan produksi es batu untuk penanganan pasca panen udang, peningkatan penjualan obat-obatan dan pakan udang. Pengusaha jasa pembuatan tambak yang semakin banyak pekerjaanya, penjual mesin diesel semakin meningkat penjualanya. Bahkan dalam beberapa tahun lagi akan ada SPBU dikampungku dan ini akan mempermudah pembelian solar untuk mesin diesel penggerak kincir penyedia oksigen bagi udang.

Cinta Indonesia itu dengan membangun Indonesia. Membangun Indonesia berarti membangun daerah, yaitu tugasku membangun kampungku. Potensi-potensi Pembangunan Indonesia itu terletak di desa (kampung). Ekspresi dari cinta kampungku yaitu membangun Industri pengolahan udang di kampungku. Tentunya tujuanku bukan hanya membangun kemajuan kampungku, tetapi juga membangun kemajuan Indonesia, lewat perikanan.

Industri perikanan dengan membuka perusahaan pengalengan udang di kampungku menjadi mimpi dari ekpresi cintaku pada kampung halamanku. Perusahaan dengan produk berkualitas ekspor baik ke Amerikan, Japan dan negara-negara Eropa. Industri pengalengan udang tentunya menjadi keunggulan di kampungku, yang siap memberikan manfaat bagi masyarakat. Lapangan pekerjaan luas. Multiplier effect akan bermunculan, mulai dari industri es batu, industri kitin dan kitosan, industri petis udang, warung makan dan toko-toko di sekitar Industri pengalengan udang. Multliplier effect dan lapangan pekerjaan yang semakin luas tentunya akan mengurangi program transmigrasi dan urbanisasi di kampungku.

Sekarang tidak hanya hijau yang menghampar didaerahku, tetapi biru pun sudah terbangun dan menggempar. Pertanian (budidaya tanaman) dan Perikanan siap membangun daerahku. Ekonomi masyarakat semakin meningkat. Inilah Move On Agriculture (MOA) yang sudah dan siap bergerak kencang untuk membangun daerahku, Purworejo bagian selatan. Salam pertanian dan perikanan Indonesia. Salam Move On Agriculture Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun