Mohon tunggu...
Sarwo Edy
Sarwo Edy Mohon Tunggu... Pedagang Es

Pedagang es krim keliling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gerabahmas, Demi Janda Tua Rela Ngamen

13 Maret 2020   08:02 Diperbarui: 13 Maret 2020   08:06 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mbah Warsipah, janda tua yang tinggal di Rt 03, Rw 03, Desa Losari, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Pemalang, dapat tersenyum lega dengan ucapan rasa syukur tak terkira atas anugrah yang diterimanya. Rumah tinggalnya yang dulu sering bocor serta kuatir roboh karena tuanya bagunan dan  tidak adanya biaya perawatan kini terasa lega.  Komunitas Sosial Gerakan Relawan Bedah Rumah dan Kemanusiaan (Gerabah Mas) Pemalang yang saat ini bekerjasama dengan Polres Pemalang, membangun kembali atau bedah rumah mbah Warsipah. 

Selain bekerjasama dengan Polres pemalang, Gerabah Mas juga menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang tidak mengikat, antara lain operator seluler  XL Axiata, Hotel Regina dan beberapa pihak. Akan tetapi dalam pembiayaan bedah rumah lebih di topang oleh gerakan para relawan dengan jalan "Ngamen" dan donator tidak mengikat lainnya.

Mbah Warsipah merupakan orang ke 18 (delapan belas), yang rumahnya di bedah oleh Gerabah Mas.  Sejak berdiri  16 Agustus 2015 dan mulai aktif pada tahun 2016 ini selain telah membangun 18 (delapan belas) rumah milik janda tua yang kekurangan juga telah melakukan berbagai macam aksi kemanusiaan lainnya.

Menurut ketua Gerabah Mas Endarto Siswoleksono, Kegiatan ini murni kegiatan kemanuasiaan, bertujuan  membantu kaum dhuafa terutama janda-janda tua yang sangat memperlukan bantuan, selain itu mendorong dan mengajak masyarakat agar menumbuhkembangkan gotongroyong yang mejadi  jadi diri masyarakat Indonesia. Siapa saja boleh bergabung , dimana  jiwa kemanusiaan peduli dan ingin membantu sesama ini lah landasannya.

Komunitas ini memiliki tekad bisa merehabilitasi rumah-rumah keluarga miskin, terutama tempat tinggal para janda tua duafa.

"Oleh karena itu, ada yang menjuluki saya 'Bapak Para Janda Tua'," kata Endar sambil tertawa.

Bagi Endar dan komunitasnya, membantu orang agar bisa memiliki rumah layak huni tidak harus menunggu menjadi kaya lebih dulu. Kaya itu, kata dia, satu hal, namun peduli kepada sesama merupakan kewajiban setiap manusia.

Sebagai pemusik daerah, Endar yakin melalui  keterampilan bermain musik, ia bisa gunakan untuk menggalang dana kemanusiaan.

"Kami akhirnya memutuskan untuk mengamen, yang hasilnya untuk merehabilitasi rumah-rumah keluarga tidak mampu dan menyantuni anak yatim," kata Endar ketika ditemui di Pantai Widuri, Pemalang.

Cara mengamen Endar dan grup musiknya memang serius. Mereka membawa alat musik yang memadai, "sound system" yang layak, serta vokalis bersuara ramah telinga.

Hampir setiap hari Minggu, Endar dan komunitasnya mengamen di Pantai Widuri atau di lokasi "car free day". Kepada pengunjung, Endar selalu menyatakan bahwa hasilnya untuk kegiatan sosial, antara lain, untuk bedah rumah dan menyantuni anak yatim.

"Alhamdulillah, mereka percaya. Pembukuan kami terbitkan melalui internet (Facebook). Mereka akan tahu berapa uang terkumpul, berapa uang yang digunakan," kata bapak satu anak ini.

Transparansi keuangan tersebut penting untuk meyakinkan kepada para donor bahwa uang yang dihimpun memang 100 persen digunakan untuk membangun rumah keluarga miskin, menolong orang lumpuh, dan anak yatim.

"Bahkan, untuk biaya operasional kami sepakat tidak mengambil dari donasi itu, tetapi mengeluarkan uang pribadi," ujarnya.

Biaya yang dibutuhkan untuk merehabilitasi satu rumah sekitar Rp 20 juta, namun ada pula yang mencapai Rp 40 juta. Material bangunan yang digunakan juga bukan murahan, sebagian memakai bata ringan.

Pada awalnya memang ada yang sangsi, namun setelah berbagai pihak tahu dan yakin bahwa hasil mengamen memang untuk membangun rumah keluarga miskin, kini banyak pihak yang menyodorkan bantuan uang untuk ambil bagian termasuk salah satu operator telepon selular.

Bahkan operator telepon seluler ini mencetak label kemasan kartu perdana dengan tulisan Gerabah Mas sebagai bukti dukungan terhadap kegiatan kemanusiaan tersebut.

"Sekarang semakin banyak individu yang mentrasfer uang ke rekening komunitas untuk mendukung program tersebut," tuturnya.

"Manusia Kardus"

Endar berkisah, ketika uang yang digunakan untuk merehabilitasi rumah masih kurang, sementara waktunya mepet, ia minta biduan grup musik yang dimpimpinnya, agar mengedarkan kardus untuk minta sumbangan dari penonton. 

"Menurunkan 'manusia kardus' ke tengah penonton pertunjukan musik seperti itu cukup efektif untuk mengumpulkan sumbangan," kata pemusik berusia 54 tahun tersebut.

Cicik, Pegawai Negeri Sipil Pemkab Pemalang yang ikut dalam Komunitas Gerabah Mas, mengakui bahwa Endar memang sosok yang peduli kepada orang lain, termasuk kepada teman-temannya.

"Jadi, kalau dia sekarang punya kegiatan bedah rumah, itu tidak jauh dari sikap peduli dia kepada orang lain," ujar Sugiarti, rekan Endar yang lain.

Bagi Endar, setiap profesi memiliki tanggung jawab kemanusiaan karena mereka tidak hidup dan berkarya di ruang sunyi. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun