Mohon tunggu...
Gorontalo News
Gorontalo News Mohon Tunggu... Guru - Mengangkat Suara Lokal, Melintasi Batas Media

Gorontalo News dan Gorutnews.com hadir dengan visi untuk Mengangkat Suara Lokal, Melintasi Batas Media, dengan tujuan menyuarakan daerah melalui berita yang akurat dan inspiratif. Berkomitmen untuk Menyuarakan Daerah, Menginspirasi Indonesia, Gorontalo News fokus mengungkap fakta dari sudut-sudut yang sering luput dari perhatian media besar, seperti yang tercermin dalam moto Mengabarkan Fakta dari Sudut Gorontalo. Dengan semangat untuk menyampaikan kisah dari pelosok, Dari Tepian Kota, Untuk Seluruh Negeri, Gorontalo News menghadirkan berita yang autentik dan bermakna. Dengan dedikasi untuk menyoroti berita yang terabaikan, media ini selalu mengusung semangat Menyorot Berita yang Luput dari Pandangan, membawa narasi lokal ke panggung nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Bertahan Hidup Naomi Daviola di Gunung Slamet, Pelajaran Penting Bagi Pendaki Pemula

15 Oktober 2024   12:54 Diperbarui: 15 Oktober 2024   12:58 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : TIktok  @papito_id vt.tiktok.com/ZS2KqQ379/ 

Peristiwa bertahan hidupnya Naomi Daviola, seorang siswi SMK berusia 17 tahun, selama tiga hari di Gunung Slamet telah menjadi sorotan publik dan memicu diskusi serius tentang keamanan pendakian gunung. Naomi, yang hanya berbekal sepotong roti, berhasil bertahan dalam kondisi ekstrem di salah satu gunung tertinggi di Jawa Tengah ini.

Sumber : TIktok  @papito_id vt.tiktok.com/ZS2KqQ379/ 
Sumber : TIktok  @papito_id vt.tiktok.com/ZS2KqQ379/ 

Papito, seorang pendaki berpengalaman dan influencer TikTok, memberikan perspektifnya tentang kisah Naomi. "Sebagai orang yang pernah mendaki Gunung Slamet, saya ingat betul betapa dinginnya gunung itu," ujar Papito. Ia menambahkan, "Awalnya saya kira Naomi adalah wanita dewasa, tapi ternyata dia siswi SMK berusia 17 tahun. Wajahnya masih sangat muda, tapi mentalnya luar biasa."

Papito, yang pertama kali mendaki Gunung Slamet pada usia 21 tahun, mengakui bahwa pengalamannya sendiri sangat menantang. "Saya merasakan dingin yang luar biasa. Gunung Slamet memang terkenal dengan suhu dinginnya yang ekstrem dan curah hujan yang tinggi," jelasnya.

Yang lebih mengagumkan, Naomi berhasil bertahan selama tiga hari hanya dengan sepotong roti yang ia bagi-bagi. Ketika ditemukan oleh tim SAR, Naomi mengungkapkan strategi bertahan hidupnya yang unik. "Dia mengikuti pergerakan burung. Ketika burung terbang naik, dia ikut naik, dan ketika burung turun, dia juga turun," Papito menjelaskan dengan takjub.

Investigasi lebih lanjut mengungkapkan bahwa Naomi mengikuti open trip, sebuah praktik yang dikritik keras oleh Papito. "Open trip ini sebenarnya sangat berisiko untuk pendaki pemula," tegasnya. "Kita tidak saling mengenal satu sama lain, dan harus bisa membaur dengan cepat."

Yang lebih mengkhawatirkan, trip ini berangkat pada Sabtu malam tanpa tenda dan perbekalan yang memadai. "Itu sangat berbahaya dan melelahkan," Papito menekankan.

Kasus Naomi juga memunculkan pertanyaan tentang tanggung jawab organisator trip. "Banyak yang kecewa dan marah pada grup pendakiannya," Papito mengungkapkan. "Bagaimana mungkin mereka meninggalkan seseorang yang masih berusia 17 tahun sendirian di atas gunung?"

Lebih lanjut terungkap bahwa Naomi tidak meminta izin kepada ibunya untuk melakukan pendakian ini, menambah kompleksitas situasi dan memicu berbagai komentar publik.

Papito menekankan beberapa poin penting dari kasus ini:

  • Hindari Open Trip untuk Pemula: "Saya sangat tidak menyarankan open trip untuk pendaki pemula," tegas Papito. Ia menyarankan untuk mendaki dengan orang yang sudah dikenal dan berpengalaman.
  • Pentingnya Persiapan: Kasus Naomi menunjukkan betapa kritisnya persiapan yang memadai, termasuk perlengkapan dan perbekalan yang cukup.
  • Pertimbangkan Pengalaman dan Usia: Untuk pendaki muda seperti Naomi, penting untuk mempertimbangkan kembali keputusan melakukan pendakian solo atau mengikuti open trip.
  • Komunikasi dengan Keluarga: Kasus ini juga menyoroti pentingnya komunikasi dengan keluarga sebelum melakukan pendakian.

Kisah Naomi Daviola menjadi pelajaran berharga bagi komunitas pendaki, khususnya para pemula. Meskipun kemampuan bertahan hidupnya patut diapresiasi, peristiwa ini menjadi pengingat keras akan pentingnya persiapan, pengalaman, dan kehati-hatian dalam mendaki gunung.

"Bagi pendaki pemula, jangan tergoda untuk mencari open trip," Papito menyimpulkan. "Lebih baik mendaki bersama orang yang sudah Anda kenal dan minimal sudah pernah naik gunung sebelumnya."

Kasus ini diharapkan dapat menjadi katalis untuk peningkatan standar keamanan dalam kegiatan pendakian gunung, terutama yang melibatkan pendaki muda dan pemula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun