Mohon tunggu...
Sartika Rury
Sartika Rury Mohon Tunggu... Tutor - Ibu Rumah Tangga

Organisasi dan kegiatan sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Duhai Diri Bicaralah yang Benar atau Diam

3 Juni 2022   13:55 Diperbarui: 3 Juni 2022   14:01 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Duhai Diri Bicaralah Yang Benar Atau Diam.

Teringat salah satu Nasyid yang syairnya kurang lebih berbunyi "banyak kata terucap setinggi langit..memecahkan telinga tuli seketika..kata tak berarti dihadapannya, kaki dan tangan berganti bicara..katakan yang benar jika itu benar, diamlah diamlah tanda kebenaran..."

Syair lagu ini benar-benar nasehat untuk kita. setiap hari seluruh manusia di bumi pasti berbicara kecuali bagi yang tunawicara mereka dimaklumkan karena berbicaranya agak sulit dipahami.

 Bahkan hasil riset, wanita lebih banyak berbicara yang setiap harinya mengeluarkan 20.000 kata, sedangkan pria hanya 7000 kata perhari. Makannya, tidak heran bila perempuan terkenal cerewet dan suka ngomong. ini disebabkan tingginya kadar protein Foxp 2 di dalam otak manusia. Protein ini merupakan protein bahasa sehingga wanita lebih banyak bicara.

 Kata  juga merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah yang telah mengajarkan kita Al-bayan (kata-kata yang mengandung pengertian yang jelas), yang menjadi alat mengungkapkan pendapat dan fikiran yang terurai atau tersampaikan dalam bicara.

Ada beberapa hal yang harus kita hindari saat berbicara:
1. Keharusan bagi kita saat sedang berbicara melatih diri untuk menahan lisan kita dari kata-kata yang buruk, kotor dan menyakitkan, yang bisa berdampak melukai perasaan teman bicara.

2. Belajar menahan lisan untuk tidak berbicara terus menerus, berlebihan atau menyelang pembicaraan orang lain.

 3. Mengurangi becanda berlebihan dan menghindari kata-kata yang cenderung membanggakan diri sendiri.

4. Selain itu kita juga perlu belajar kata-kata positif untuk diri sendiri; karena pada umumnya kita sering melecehkan diri kita sendiri, dengan kata-kata negatif. Misal dasar aku pemalas, sial, stres, nggak bakat dan lain-lain.

5. Menjadi pendengar yang baik. Menyimak dan fokus memperhatikan lawan bicara kita saat berbicara itu lebih baik.

Ada satu ungkapan "hendaklah kita menghindari pembicaraan yang bertele-tele, sebab siapa-siapa yang banyak bicaranya akan banyak kesalahnya. Siapa-siapa yang banyak kesalahannya banyak dosanya, dan siapa-siapa yang banyak dosannya maka neraka lebih pantas baginya."

Berbicara yang baik adalah berbicaranya Rosulullah saw. Kebiasan Rosul dalam berbicara jelas dan dapat dimengerti, mudah dipahami, tidak menggunakan bahasa yang lebih tinggi atau yang tidak dipahami oleh lawan bicaranya serta saat berbicara mampu menanamkan kecintaan dan pemahaman yang menumbuhkan rasa semangat dalam melalukan kebaikan.

Sudah saatnya belajar dan berproses melatih lisan untuk berbicara yang baik atau diam. Memang tidak gampang, tapi harus dilatih. Selagi Allah berikan banyak kesempatan untuk memperbaiki diri  terutama dalam berbicara. Karena saat di akhirat nanti lisan kita akan terkunci. yang akan menjadi saksi terhadap amal-amal kita di akhirat adalah tangan dan kaki.

Maka duhai diri, cobalah merenung sejenak ada berapa banyak kata-kata yang terucap pada lisanmu yang tanpa sadar atau sadar, membuat hati orang-orang terluka?

Duhai diri, sudahilah berbicara yang mengeluarkan kata-kata tidak baik pada orang lain atau bahkan pada diri sendiri. seperti dasar sial, mampus, capek, stres dan lain-lain. Bukankah setiap kata adalah do'a?

Duhai diri, jika kamu orang yang beriman, maka bicaralah dengan kata-kata yang baik seperti apa yang disunahkan sang Rosul kita. Karena kata-kata yang keluar dari lisan  kita menentukan kualitas keimanan kita.

Seperti hadist yang berbunyi:
"Siapa-siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. At.Tirmidzi)

 Muhasabah diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun