Mohon tunggu...
Cerpen

Lembaran yang Tak Berharga

4 Oktober 2016   09:08 Diperbarui: 4 Oktober 2016   09:13 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

R. Sartika Panggabean

Terinspirasi dari Buku Melukis Masa Depandengan judul “Andai Aku Bisa Bu,,” karya Noviantari S

Ramainya pengunjung membuatku semakin terhimpit. Sepertinya mereka sedang merasakan lapar yang tak karuan hingga menerobos sekumpulan orang yang sedang antri di depan meja dimana saya ditempatkan. Dengan samar-samar saya mendengar seorang wanita muda yang sedang memesan makanan dengan memberi selembar uang seratus ribu yang masih baru. Etah berapa harga makanan yang dipesan ibu itu saya tidak tahu, tapi nyatanya aku telah berpindah tangan sebagai uang kembalian dari uang yang ibu tadi berikan untuk membayar makanannya. Namun setelah aku berada ditangan ibu itu tiba-tiba ibu itu marah-marah terhadap majikan saya karena telah memberikan uang seribu yang sudah sangat kucel. Lalu ibu itu pergi tanpa sepatah dua kata pun.

Yah beginilah nasib selembar uang seribu rupiah yang sudah hampir punah dan terlihat sangat kucel. Berpindah majikan kapan saja, dan diletakkan dimana saja,, yahh bisa dibilang aku ini tak ada nilai bagi mereka yang punya harta berlimpah. Yang bisanya Cuma ngotor-ngotorin dopet mereka.

Setelah jam menunjukkan 18:00 bapak anwar kemudian memberesi kami satu persatu dari dalam laci dimana kami ditempatkan. Lalu aku mengikuti bapak didalam tas kerjanya yang sudah penuh dengan buku resep makanan dan berbagai jenis uang. Beban pikirannya tampak dari keriput didahinya, pengorbanan dan kerja kerasnya terlukis ditangan bapak anwar yang terlihat sangat kasar. Dibawah terik matahari yang telah bersembunyi dibalik segumpalan awan gelap, keringat dari pelipisnya menetes, sambil terus berjalan menuju rumah.

Sesampainya dirumah, dia mengeluarkan kami dari tas miliknya dan memisahkan mana uang yang masih terlihat bagus dan bernilai tinggi dan mana uang yang sudah tak layak pakai. Aku sadar siapa aku dan bagaimana aku saat ini, jadi apapun dan dimanapun aku ditempatkan oleh majikanku aku sudah terima.

Setelah kami siap dipisah, aku dan temanku yang hanya selembar uang seribu yang kucel kemudian diletakkan di samping TV yang tak jauh dari ruang tamu. Dimana ruang tersebut sepertinya biasa menjadi tempat mereka berkumpul keluarga, mungkin sambil bercerita atau menyaksikan tayangan Televisi. Sesaat kemudian aku mendengar kehadiran seseorang diruang tamu tersebut,

‘’De’ lagi Nonton apa? Kok asik bangat keliatannya?” kata sang ayah kepada putrinya.

“ini yahh, Gladis lagi nonton Spongebob, Ayah tau kan? Film kesukaan aku loh yahh” sahut anak itu sembari melirik kearah sang ayah.

“oh ya yah, Besok ayah ada kerjaan gak?”

“gak ada tuh sayang,, kenapa emang nak?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun