Mohon tunggu...
Sarra Putri
Sarra Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Seorang introvert yang gemar menikmati waktu berkualitas di lingkungan yang tenang. Hobi mencakup aktivitas yang memberi ruang untuk refleksi dan kreativitas, seperti membaca dan menulis. Topik konten favorit cenderung berkaitan dengan seni, budaya, sejarah, atau hal-hal bermakna yang menggugah pemikiran. Kepribadian lembut dan penuh pertimbangan, menikmati percakapan yang mendalam dibandingkan interaksi yang sekadar permukaan.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Mengenal Wayang Beber: Warisan Seni yang Sarat Makna

19 Desember 2024   17:36 Diperbarui: 19 Desember 2024   17:36 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang dalang mementaskan Wayang Beber Pacitan  (ANTARA/TERESIA MAY)

Wayang Beber adalah salah satu bentuk seni tradisional Indonesia yang unik dan sarat akan nilai sejarah. Seni ini menjadi bukti kebudayaan tinggi masyarakat Jawa pada masa lampau. Berbeda dari jenis wayang lainnya seperti wayang kulit atau wayang golek, wayang beber tidak dimainkan dengan boneka melainkan menggunakan gulungan kain atau kertas yang berisi lukisan narasi cerita. Gulungan ini akan dibuka secara bertahap oleh dalang saat bercerita, menciptakan suasana teatrikal yang magis.  


Keunikan wayang beber terletak pada cara penyampaiannya. Dalam pertunjukan, dalang mengisahkan cerita sambil membuka gulungan secara perlahan, sehingga penonton merasa seolah-olah menyaksikan alur cerita seperti dalam komik bergambar. Cerita yang biasanya disampaikan adalah kisah-kisah epos Jawa seperti Mahabharata atau Panji. Dengan musik gamelan yang mengiringi, pertunjukan wayang beber menjadi pengalaman yang mendalam bagi penikmat seni tradisional.  

Sejarah wayang beber sendiri diperkirakan telah ada sejak zaman Kerajaan Kediri pada abad ke-12. Salah satu peninggalan tertua adalah wayang beber dari Desa Karangtalun, Kabupaten Pacitan, dan Desa Gelaran, Gunungkidul. Meskipun kini sudah sangat langka, keberadaannya tetap menjadi simbol warisan budaya yang perlu dilestarikan. Wayang beber bukan sekadar hiburan, melainkan juga media pendidikan moral dan spiritual yang sangat relevan dengan kehidupan masyarakat pada masa itu.  

Sayangnya, perkembangan zaman membawa tantangan besar bagi pelestarian wayang beber. Semakin jarangnya dalang yang menguasai seni ini dan minimnya regenerasi membuat wayang beber terancam punah. Selain itu, masyarakat modern cenderung lebih tertarik pada hiburan digital sehingga seni tradisional seperti wayang beber kurang mendapatkan perhatian. Namun, ada beberapa komunitas dan budayawan yang berusaha menghidupkan kembali seni ini melalui pementasan, pameran, dan pendidikan seni budaya.  

Upaya pelestarian wayang beber semakin kuat dengan adanya perhatian dari pemerintah dan UNESCO. Beberapa langkah diambil, seperti pengarsipan cerita dan lukisan wayang beber, serta mendukung komunitas seni lokal dalam mempromosikan budaya ini ke masyarakat luas. Harapannya, wayang beber tidak hanya dikenal sebagai peninggalan masa lalu, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda.  

Dalam dunia seni rupa, wayang beber juga memberikan pengaruh besar. Lukisan-lukisan dalam wayang beber memiliki gaya yang khas, dengan detail dan warna yang menceritakan emosi dan nuansa dari setiap adegan. Banyak seniman modern yang terinspirasi oleh estetika wayang beber dan mencoba mengadaptasinya dalam karya-karya kontemporer. Hal ini menunjukkan bahwa seni tradisional ini masih relevan di tengah arus globalisasi.  

Bagi masyarakat Indonesia, wayang beber bukan sekadar seni tradisional, tetapi juga identitas budaya yang perlu dijaga. Dengan memahami dan mendukung pelestarian wayang beber, kita turut melestarikan warisan nenek moyang yang sarat dengan kearifan lokal. Dukungan dari berbagai pihak---baik pemerintah, komunitas seni, maupun masyarakat umum---akan menjadi kunci bagi kelangsungan seni ini di masa depan.  

Wayang beber mengajarkan kita untuk menghargai proses, mendengarkan cerita, dan meresapi pesan moral yang terkandung di dalamnya. Dalam dunia yang serba instan seperti saat ini, seni tradisional ini menawarkan keindahan yang tidak tergantikan, sebuah refleksi akan kekayaan budaya Indonesia yang patut dibanggakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun