Mohon tunggu...
Dr. Sarmini
Dr. Sarmini Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Dosen

Guru dan dosen S1 : Pendidikan S2 : manajemen Pendidikan S3 : MSDM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terpuruk di Titik Terendah, Apa yang Harus Kita Lakukan?

8 Maret 2021   07:42 Diperbarui: 8 Maret 2021   11:02 5678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup bukan sinetron yang seperti kita lihat di televisi. Dramatis. Tidak bisa dijamin bila kita baik terhadap orang lain kita akan menerima juga kebaikan dari orang lain. 

Kehidupan benar-benar tak bisa diprediksi apalagi disetir dengan semua keinginan kita dan kita mendapatkannya. Titik terendah dan merasa terpuruk, pasti semua orang pernah mengalaminya.

Lalu apa yang bisa kita perbuat ? Meratap? Menyalahkan orang lain ? Membenci orang yang menyebabkan kita terpuruk ? Mencari pembenaran dan mengkambinghitamkan orang lain dan mengatakan bahwa kita yang benar dan orang lain salah ? Menyalahkan Tuhan dan mengatakan ini tidak adil ?

Atau kita bersikap terlihat baik-baik saja ? Tetap tersenyum kepada siapapun. Dan terlihat kuat, sedangkan apa yang kita lihat, dengar dan lakukan terasa semua memuakkan.

Hal tersebut di atas akan jauh membuat kita tambah lemah dan menjadi pribadi yang rapuh. Karena sesungguhnya kita sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Coba kita merenung sejenak.              

1.  Mengapa aku merasa sangat terpuruk ?

Apakah masalah kita yang membuatmu terpuruk dan ada pada titik terendah ? , atau kita  sendiri yang merasa terpuruk ? Ini  adalah dua hal yang berbeda. Kita harus mencari tahu mana yang paling menggambarkan diri kita sendiri. Cari tahu mengapa kita sakit dan sakiit apa kita sehingga bisa mengobatinya.

2. Mengakui kesalahan adalah kuncinya

Mungkin kita terlalu mementingkan diri kita sendiri dan tidak sadar bahwa kita sudah menyakiti banyak pihak. Atau mungkin langkah yang kita ambil ternyata jalan yang salah. Kita harus mengoreksi semua kemungkinan kesalahan yang kita lakukan supaya kita bisa move on. Intinya adalah evaluasi diri sendiri, intropeksi sehingga terhindar menyalahkan orang lain.

3. Lakukan apa yang menjadi diri kita  lebih baik

Apa yang membuat kita lebih baik lakukanlah :

  • Teriak
  • Mandi keramas
  • Menangis keras
  • Berbicara dengan sahabat yang bisa dipercaya
  • Berbicara dengan orang tua
  • Berdoa
  • Sholat

4. Apa prioritas terpenting kita

Kita harus inventarisir dari banyak masalah yang kita hadapi. Mana yang urgent untuk kita selesaikan. Satu per satu. Sehingga tidak membuat kita overload di pikiran kita sehingga menyebabkan stress. Cari sesuatu yang paling penting dan layak untuk kita prioritaskan, dalam hidup ini.  Cari itu dan hiduplah dengan itu. kita harus tahu apa yang paling penting untuk kita  supaya kita bisa bergantung padanya. Kalau memang jawabannya adalah diri kita  sendiri, maka kita juga harus bergantung pada diri kita  sendiri.

5. Kesalahan yang kita lakukan adalah guru yang tak terbantahkan

Tanyakan apakah diri sendiri apakah kita  telah melakukan lebih banyak yang seharusnya kita lakukan? Atau bahkan berharap lebih banyak? Kita butuh intropeksi diri. Kalau memang kita sudah terlalu banyak berharap, sekarang waktunya berhenti. Terkadang rasa sakit datang itu karena kita sendiri  karena mempunyai ekspektasi terlalu tinggi baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain.

Atau mungkin kita  belum cukup berusaha sehingga gagal. Atau kita tidak cukup paham bahwa kesalahan yang kita lakukan merupakan guru yang paling jujur dan tak terbantahkan.  Kita tidak akan bisa merasa benar-benar hidup tanpa merasa terpuruk lebih dulu. Maka kita tak bisa menghindari kesalahan- keslaahan kita yang telah terjadi.

6. Pilih orang yang tepat untuk diajak bicara

Kita butuh seseorang. Paling tidak seseorang yang bisa kita percaya untuk membuat kita menjadi tidak gila. Kita butuh cerita walau kita tau dan merasa semua orang sama saja dan tidak ada yang bisa dipercaya. Tidak apa-apa. Kalaupun kita memilih orang yang salah, nantinya kita jadi tahu siapa yang baik dan tidak. Setidaknya untuk sekarang kita butuh pelampiasan dulu.

Bila kita melakukan kesalahan bersama seseorang, maka ajakalah bicara orang tersebut dan saling menguatkan satu sama lain agar mendapatkan solusi terbaik. Intinya tidak saling menyalahkan lagi dan lebih kepada solusi ke depan.  Dengan saling menerima kekurangan masing-masing maka akan menjadi lebih ringan.

7. Pikirkan efek terburuk dalam hal ini sehingga kita lebih siap mengahadapinya

Ketika kita siap sakit yang akan kita hadapi, maka rasa sakit itu akan berkurang karena kita telah siap terlebih dahulu.

  • Berefek pada pekerjaan / pendidikan
  • Berefek pada kesehatan
  • Berefek pada lingkungan pergaulan
  • Berefek pada keuangan
  • Berefek pada hubungan sosial

8. Maafkan orang lain dan yang paling penting, maafkan diri sendiri.

Kita sudah sangat  keras dengan diri sendiri dan tak memebari hak peluang untuk sedikit saja mengahargainya. Maka pasangan kita atau orang terdekat kita lah yang akan menjadi tumpuan kita dan bebarengan melalui bersama. Maafkan orang yang telah mendzolimi kita dan paling penting, maafkan diri kita sendiri, serta segera bangkit.

Semua orang pernah salah dan berbuat kesalahan, tetapi jadikan ini sebuah alarem terbaik, agar tak mengulang kembali.

9. Stay Bright

Tetapi jangan pernah menyerah, sesulit apapun itu. Walaupun kita  merasa tidak ada satu hal baikpun yang kita  miliki di dunia ini, jangan menyerah. Kita harus bisa bangkit dan membuktikan pada diri kita  sendiri bahwa kita lebih kuat dari masalah kita . Kita yang bisa menciptakan peluang untuk tetap hidup, kalau kita mau. Paling tidak tetap ada orang yang peduli dengan kita dan kita peduli padanya. Keluarga kita, pasangan kita.

Merekalah yang ikut menguatkan kita, kalau kita lemah, berarti kita kalah dengan masalah. Never give up. Stay Bright !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun