Beberapa tahun terakhir ini sering dengar dan membaca berita terkait tindak kriminal yang pelakunya adalah seorang ibu terhadap anaknya, atau seorang suami yang mencuri motor pedagang sayur untuk biaya melahirkan istrinya. Dan banyak lagi tindakan criminal di masyarakat dikarenakan banyak faktor, tetapi yang paling banyak dikarenakan tingginya faktor stress karena kondisi ekonomi yang melanda khususnya di masa pandemik.
Fenomena kriminal orang dekat yang seharusnya melindungi justru menjadi ancaman bagi yang seharusnya dilindungi, merupakan hal yang sangat miris sering terjadi.
Apa sebenarnya yang terjadi pada sebagian masyarakat kita ? Begitu besarkah tekanan hidup saat ini ? Hingga tak ada lagi empati dan simpati antar kita? Hingga iman lenyap  bagitu saja? Hingga tak mengenal lagi batas baik dan buruk. Fenomena rasa lelah dengan kondisi hidup yang penuh tekanan.
Ketika seseorang di titik terendah, maka sangat bahaya bila tidak ada orang di dekatnya yang dapat diajak bicara, diajak diskusi untuk mencari atau memberikan solusi.Â
Apalagi di masa pandemik banyak sekali masyarakat kita kehilangan pekerjaan, yang bekerja banyak yang bergaji rendah atau gaji tidak penuh dibayarkan. Sehingga kondisi ekonomi belum pulih dan berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan dalam rumah tangga. Hal ini menjadikan tingkat stress yang tinggi.
Dalam masalah sosiologi ini merupakan masalah besar.  Terkadang berharap sesuatu, tetapi  kenyataan tak mendekati atau bahkan jauh dari harapan. Hingga sedih menyelimuti seakan ingin menenggelamkan diri dalam kekalutan. Apalagi setelah bekerja seharian dan memperjuangkan sesuatu, ujian yang sesekali ditemui sepanjang jalan akan membuat kita  semakin lelah.
Dilansir dari Jawa Pos, 06/10/2021, menuliskan dari hasil survei Skor Kesejahteraan 360 yang dilakukan Cigna secara global terhadap 18.000 responden di 21 negara pada kuartal kedua 2021, terbukti bahwa pandemi Covid-19 telah menyebabkan tingkat stres masyarakat meningkat.
Berdasarkan hasil survei Skor Kesejahteraan 360, secara umum tingkat stres orang Indonesia saat ini lebih rendah dibanding negara-negara yang disurvei, termasuk negara tetangga seperti Singapura."Namun, Indonesia tetap mengalami peningkatan stres dari 73 persen di awal 2020 ke angka 75 persen pada 2021," ujar Direktur Pemasaran dan Kerja Sama Strategis Cigna Indonesia Akhiz Nasution dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/10).
Menurut penulis, kita harus waspada bila sudah mengalami tanda-tanda stress meningkat, seperti :
- Tidak dapat berpikir realistis
- Merasa lelah jiwa raga yang berlebihan
- Tidak ada konektifitas antara hati dan pikiran
- Menilai orang lain lebih beruntung dari pada kita
- Merasa hidup kita tidak berharga
- Merasa tak ada orang yang peduli dengan kita
- Merasa apapun yang kita lakukan adalah sebuah kesalahan
- Merasa tak dapat memperbaiki kesalahan
- Merasa sia-sia apapun yang kita kerjakan
- Merasa tidak dihargai, tidak diharapkan, tidak berguna
- Putus asa
Jadi apa yang harus kita lakukan untuk tetap sehat mental, dalam kehidupan yang penuh tekanan ini? Penulis merangkum menjadi beberapa poin solusi yang dapat dilakukan, yaitu :
- Memberikan hak istirahat bagi tubuh dan pikiran bila sudah kelelahan
- Refreshing dengan cara yang disesuaikan dengan kondisi yang memungkinkan
- Bicara / ngobrol dengan orang yang dipercaya akan memberikan solusi atau paling tidak membuat  sedikit tenang ketika kita bicara
- Berpikir positif bahwa Allah memberikan ujian pasti memberikan jalan keluar
- Berpikir positif bahwa Allah memberikan ujian pasti kita kuat menghadapinya
- Tingkatkan ibadah dan terus berusaha dengan semangat
- Melakukan hal-hal positif yang bisa dilakukan,sesuai hobi/ kesukaan kita
- Berpikir bahwa kita masih dibutuhkan
- Intropeksi diri tanpa harus menyalahkan diri sendiri secara berlebihan
- Berpikir bahwa apa yang terjadi akan membuahkan kebaikan
- Pejamkan mata dan tersenyumlah dari hati yang paling dalam, dan katakan
- , " Terimaksih ya Allah, sudah mencintaiku sedemikian rupa, bimbing aku dan jangan pernah tinggalkan aku"
Pembaca semua, tidak ada orang yang tidak pernah dapat ujian hidup, berupa tekanan hidup, kelelahan hati, sakit , godaan dan sebagainya. Di bawah ini dalil tentang kesabaran orang yang mendapat ujian/cobaan :
Al Baqarah ayat 45
Wasta'iinu bis-sabri was-salaah, wa innahaa lakabiiratun illaa 'alal-khaasyi'iinÂ
Artinya: "Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu."
Surat Al Baqarah ayat 155-156
Â
Wa lanabluwannakum bisyai`im minal-khaufi wal-ju'i wa naqsim minal-amwaali wal-anfusi was-samaraat, wa basysyiris-saabiriinÂ
Artinya : "Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
Â
Allaziina izaa asaabat-hum musiibah, qaaluu innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'unÂ
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun."
Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang sabar dalam kondisi apapun termasuk ketika kita mengalami tekanan hidup dan juga mengalami kelelahan hati, aamiin.
Selamat berpuasa bagi yang menunaikan, semoga diterima Allah SWT, aamiin
Penulis :
Dr. Sarmini, S.Pd.,M.M.Pd
Direktur Sekolah Islam Nabilah, Batam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H