Mohon tunggu...
Sarmila
Sarmila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

History

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Ismail Raji Al Faruqi sang Cendekiawan Muslim

24 Juni 2024   21:00 Diperbarui: 24 Juni 2024   21:03 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ismail Raji Al Faruqi lahir di Jaffa, Palestina pada 1 Januari 1921 beliau merupakan sosok yang populer beliau meninggal pada tanggal 24 Mei 1986. Beliau dari keluarga yang terkenal di palestina. Al Faruqi mulai pendidikan di College des Freres, Lebanon sejak 1926 hingga 1936 dan beliau juga pernah menempuh pendidikan tinggi di The American University beirut. Al Faruqi pernah menjabat sebagai gubernur Galilea namun pada tahun 1947 israel telah melakukan penyerangan terhadap provinsi yang tengah dipimpin oleh Al Faruqi sehingga beliau memilih untuk hijrah ke Amerika pada tahun 1948 dan melanjutkan pendidikanya di Indiana University dan juga Harvard University.

Ketika di Amerika Alfaruqi bersama istrinya membentuk oranisasi tentang kajian yaitu  Muslem Student Association (MSA), American Academy of Religion (AAR), mendirikan Himpunan Ilmuan Sosial Muslim (The Association of Muslem Social Scientist-AMSS). Pada tahun 1959-1961 Terlepas dari keterlibatannya dalam gerakan Islam dan keagamaan Al Faruqi juga memperkenalkan studi Islam ke universitas-universitas Amerika dan melaksanakan proyek Islamisasi sains yang terkenal.

Pemikiran Al-Faruq dapat melahirkan karya baik asli maupun terjemahan. Meski sebagian besar karyanya berbicara tentang dialektika Islam modern dan menaruh perhatian pada Islamisasi ilmu pengetahuan, namun pemikirannya selalu mewakili wacana yang mengarah pada tauhid.  Salah satu karya nya Ethics Chiristian merupakan karya yang cukup bagus mengenai agama Kristen yang telah dibenarkan oleh beberapa sejarawan Kristen dalam analisis dan penelitiannya. Dalam pengantar karyanya, Stainley B. Frost mengatakan bahwa buku tersebut luar biasa, ditulis oleh orang yang spesial, dan penuh dengan keahlian akademis dan kedalaman keagamaan.

Adapun beberapa karya- karya Al Faruqi diantaranya :

1. On Arabism, 4 jilid, Amsterdam, 1962.1. 

2. Islam and Modernity: Problem and Prospective dalam kata di kata ketiga, disunting oleh James P. Cotter , 1968.

3. Islam dan Modernitas: Diatribe atau Dialog? Journal of Ecumenical Studies, 1968.

4. Histori Atlas Sejarah Religius Sabda New York, 1974

5. Islamizing the Social Science, Studies In Islam, 1979.

6. Islam dan Kebudayaan, Kuala Lumpur, 1980.

7. Esai Studi Islam dan Komparatif. Washington DC 1982. (kumpulan esai yang diedit oleh Al Faruqi).

Sebagian besar karya yang ditulisnya berhubungan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan, dan dia menekankan perlunya mengakui tauhid sebagai landasan setiap disiplin ilmu. Bahkan, dalam beberapa karyanya, ia menganjurkan perlunya Islamisasi ilmu-ilmu sosial.

Sebagian besar karya yang ditulisnya berhubungan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan, dan dia menekankan perlunya mengakui tauhid sebagai landasan setiap disiplin ilmu. Bahkan, dalam beberapa karyanya, ia menganjurkan perlunya Islamisasi ilmu-ilmu sosial. Karya terbarunya adalah “Atlas Kebudayaan Islam” yang ditulisnya bersama istrinya Lamya. Buku ini menguraikan peta peradaban dan kebudayaan Islam dari zaman dahulu hingga Abad Pertengahan. Dalam bukunya al-Faruqi ingin memberikan gambaran bahwa peradaban Islam bisa menjadi kebanggaan. Kajiannya mencoba menunjukkan dengan jelas ruh Islam sebagai prinsip yang mengantarkan kepada peradaban Islam yang pernah gemilang, yaitu ruh Tauhid. Dalam bukunya pun al-Faruqi tanpa ragu menulis bahwa inti tamaddun (peradaban) Islam adalah Islam itu sendiri, dan inti Islam adalah tauhid.

Adaapun pemikiran Al Faruqi tentang Penafsiran Al-Faruqi tentang Tauhid sebagai Prinsip Keluarga diperkuat dengan tulisannya tentang topik tersebut. Tauhid sebagai inti ajaran Islam harus diubah menjadi prinsip hidup. Tauhid sebagai prinsip hidup artinya hakikat tauhid mendasari setiap tindakan umat Islam. Makna tauhid yang masih sangat mendasar (keyakinan dan keyakinan tidak ada Tuhan selain Allah) perlu diterjemahkan dan disosialisasikan melalui media. Dan keluarga adalah salah satu media tersebut. Jadi tauhid sebagai prinsip keluarga, menurut al-Faruqi berarti keluarga sebagai sarana untuk memenuhi tujuan ilahi (perbudakan). Sebagai prinsip keluarga, tauhid menjadi landasan seluruh aktivitas keluarga. Pemikiran Ismail Raji al-Faruqi merupakan prinsip pendidikan akhlak keluarga yang dapat dijelaskan dengan menggunakan pemikirannya sebagai landasan penerapan sekolah akhlak dalam keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun