Perhutani yang mengelola 2,4 juta hektar hutan negara di pulau Jawa, memerlukan garis komando yang jelas dan kepatuhan yang penuh dari aparanya. Tanpa garis komando dan kepatuhan, akan sulit menjaga keutuhan dan kelestarian fungsi hutan dari ancaman maupun gangguan yang bisa datang kapan saja dan dari mana saja.
Bagi petugas yang kurang yakin diri, seragam, simbol dan atribut juga bermanfaat memberi tambahan bekal rasa percaya diri saat berhadapan, berurusan dan berkoordinasi dengan aparat berseragam yang ”asli”.
Jebakan Simbol
Tidak disangkal, seragam dan simbol-simbolnya memang bermanfaat. Tetapi dibalik manfaatnya, pemakainya juga harus tangguh dan mumpuni sesuai dengan kegagahan yang ingin dicerminkan seragamnya.
Namun harus dipahami, seberapapun gagah seragam Anda, itu tidak bermanfaat ketika Anda dianggap tak lagi memadai untuk bisa mewadahi dan mewujudkan visi, misi, dan tujuan perusahaan. Pada jaman cerdas seperti sekarang, ketangguhan dan kompetensi unggul karyawanlah yang ditunggu.
Ketangguhan dan kompetensi unggul semakin penting ditengah betapa cepatnya semuanya berubah. Kita hidup dan bergumul dengan perubahan terus-menerus silih berganti membayangi dari waktu ke waktu. Suka tidak suka, kita semua harus siap berhadapan dengan masalah-masalah baru yang tidak bisa lagi dihadapi dengan cara-cara lama.
Bagi yang tangguh dan kompeten pasti tidak akan gagap berhadapan dengan perubahan. Saat ini coba saja lihat kebingungan yang terjadi justru ketika mengalami kelimpahan produksi hasil hutan kayu maupun non kayu dan persediaan produk olahannya. Sama bingungnya saat mengalami kekurangan.
Yang tangguh dan kompeten juga pasti tidak akan gagap ketika menghadapi kenyataan ada sebuah unit usaha hasil investasi yang semestinya menjadi mesin uang bagi perusahaan, tetapi, ironisnya, semakin dijalankan justru semakin merugi.
Tantangan
Di sinilah tantangan bagi para pejabat penyandang seragam yang penuh simbol. Dia sekaligus harus mampu melaksanakan dua tugas. Sebagai pemegang teritori dengan segala aspek sosial budayanya dan sebagai pelaksana bisnis yang harus meraih untung besar bagi perusahaan untuk kesejahteraan karyawan dan kemakmuran masyarakat.
Sebagai orang yang memegang teritorial kawasan hutan dengan segala aspek sosial budayanya, dia harus layak sebagai seorang komandan, jelas, tegas, berwibawa dan tampil di depan.