Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cucuku Ingin Jadi Presiden

21 Mei 2024   14:22 Diperbarui: 21 Mei 2024   15:12 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjelang keramaian Pilkada tahun ini, apa tanggapan Anda jika tiba-tiba anak atau cucu mengatakan bahwa dia bercita-cita besar nanti ingin jadi Presiden atau Kepala Daerah? Hati-hatilah menanggapinya, salah-salah bisa mematahkan semangat. 

Cita-cita seperti itu bukanlah hal baru, sudah dari dulu ada, malah siapa tahu Anda sendiri dulu juga mempunyai cita-cita yang sama, ingin menjadi Presiden, Gubernur, Bupati atau Walikota. Anak-anak tahu betapa bangga dan terhormatnya menjadi pejabat yang sangat dimuliakan dan dihormati banyak orang. 

Apalagi menjadi Presiden hidupnya terjamin. Hampir seluruh kebutuhannya dicukupi oleh Negara. Makan, minum, tempat tinggal, pakaian dan kesehatan. Bahkan keselamatannya pun sangat dijaga. Bukan hanya dia saja tetapi juga keluarga, anak, menantu dan cucunya. 

Penjagaan seorang Presiden sering terlihat di TV. Kemanapun Presiden bepergian selalu dikelilingi para pengawal. Para pengawal berdiri di kanan-kiri, kadang berlarian di samping mobil yang dinaikinya. Kepala Daerah pun sama, meski tidak semenyolok dan seketat pengamanan terhadap Presiden. 

Harap maklum, para pejabat penting itu memang sepatutnya dikawal dan dijaga dengan baik karena mereka adalah orang-orang pilihan. Mereka orang terbaik dari jutaan penduduk seluruh negeri yang dipilih untuk menduduki posisi penting dan menentukan maju atau mundurnya masyarakat yang dipimpinnya. 

Mereka dijaga dan dijamin tercukupi kebutuhannya dengan harapan akan mampu berkonsentrasi penuh membangun dan membawa warganya menjadi semakin aman, sentosa dan sejahtera. Juga agar bisa fokus bekerja untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa, masyarakat yang yang adil dan makmur. 

Tugas lain seorang Pemimpin yang tidak kalah besar adalah menjaga keselamatan dan keamanan Negara, aman dari gangguan dan rongrongan Negara lain.  Dengan demikian kehormatan dan martabat Negara tetap terjaga. 

Anak-anak tentu melihat betapa prestisius menjadi seorang Presiden atau Kepala Daerah. Sangat hebat dan dbutuhkan Negara. Betapa senangnya menjadi orang yang pikiran dan energinya bermanfaat untuk banyak orang, bangsa dan Negara. Dan, karena itu dia dijaga tidak boleh diganggu atau disibukkan dengan hal remeh-temeh yang bisa mengurangi konsentrasinya dalam menjalankan tugasnya. 

Baca juga: Pak RT for Presiden

Tetapi dibalik semua kehebatan itu, sering tidak dilihat bahwa menjadi Pemimpin juga tidak selalu bersenang-senang. Dia harus mampu mengelola semua sumberdaya yang ada demi pencapaian tujuan bersama. Juga harus luas hati menerima segala rupa hujatan dan kritikan dari manapun. 

Pemimpin juga memanggul amanah yang tidak ringan. Antara lain, dia harus mampu melihat masa datang dan mangantisipasi dengan tepat apa yang akan terjadi. Telinganya juga harus setajam silet, hatinya harus seluas samudra, sedangkan otaknya harus seencer Einstein. 

Dia ibarat Superman, yang mampu mengkapitalisasi seluruh sumberdaya yang ada demi kemajuan bangsa.  Dia adalah Superman yang sedari dini sadar bahwa martabatnya adalah juga martabat bangsa. Kalau dia berbuat buruk, semua menanggung akibatnya, termasuk anak dan cucunya. 

Maka perlu disampaikan ke anak atau cucu Anda bila mereka sungguh-sungguh bercita-cita ingin menjadi Pemimpin. Negeri ini perlu pemimpin-pemimpin yang super, bukan yang berkuping tipis, mata rabun dan hati culas. 

Apabila anak atau cucu sudah cukup dewasa, ada baiknya ditambahkan gambaran bahwa negeri ini memiliki banyak orang yang berkompetensi lebih dari cukup untuk menjadi Pemimpin. Hanya sayangnya tidak semuanya mampu menggerakkan sebanyak-banyaknya warga untuk memilihnya. Tidak mampu secara finansial maupun tidak mampu memberdayakan segala sesuatu yang semula tidak mungkin menjadi mungkin. 

Kemampuan finansial memang harus mumpuni. Secara kasat mata tampak jelas, untuk mewujudkan cita-cita menjadi Bupati, Gubernur maupun Presiden, perlu dana super besar. Hitung saja biaya untuk membuat dan memasang baliho, poster dan berbagai alat peraga kampanye lainnya. Semakin tinggi tingkatan posisinya tentu semakin besar ongkosnya. 

Mimpi anak-cucu kita, generasi penerus kita, harus tetap tinggi, setinggi bintang di langit. Tetapi juga harus tetap realistis. Di jaman sekarang ini, untuk meraih mimpi, mimpi apapun, biaya tidak hanya mahal, tetapi mahal sekali. Semoga di jaman mereka nanti, saat mereka menjadi pemimpin, tidak lagi semahal sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun