Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Koperasi Tidak Boleh Mati

8 Maret 2024   20:44 Diperbarui: 11 Maret 2024   14:32 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapan terakhir Anda berbelanja di, atau paling tidak melihat, toko Koperasi? Mungkin tidak pernah, atau pernah tapi lupa entah kapan dan di mana. Jaman sekarang, dibanding ketemu toko Koperasi, orang lebih sering ketemu dan belanja di minimarket. Tempatnya bersih, sejuk dan pelayanannya prima. 

Tidak heran, minimarket, toko kecil tapi serba ada, jumlahnya terus bertambah dan hampir tidak pernah sepi pembeli. Kadang mereka bersebelahan dan hanya dipisah dinding dan jalan tetapi minimarket-minimarket tetap bisa hidup makmur. 

Bukan hanya minimarket, toko grosir besar pun bertumbuhan. Salah satunya telah dibuka untuk umum awal bulan Maret yang lalu di Purwokerto. Toko grosir yang cukup besar. 

Di kota ini memang sudah lama beredar rumor akan berdiri sebuah toko grosir besar, luas dan modern. Warga setempat semula hanya setengah percaya. Bahkan ketika pembangunan sudah dimulai dengan pembersihan lahan dan pembuatan tembok keliling, orang masih belum sepenuhnya percaya. Kata-kata yang keluar: "ah masak sih...!". 

Purwokerto  bukan kota besar, tidak banyak bangunan besar dan tinggi. Kalaupun ada jumlahnya tidak lebih dari jari dua tangan. Demikian juga dengan Mall dan Pasar Raya. Walau begitu, pemilik modal memilih kota ini untuk mencari peruntungan membangun toko grosir pasti sudah berhitung dengan matang. 

Dan, sepertinya perhitungan pemodal tidak meleset. Toko besar yang dibuka beberapa waktu lalu itu disambut antusias. Umbul-umbul dan karangan bunga menghiasi lingkungan toko. Barisan panjang mobil, sepeda motor dan orang bergiliran keluar masuk toko. Area parkir penuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Toko grosir baru ini seperti gula yang mengundang semut. 

Sesuatu yang baru memang selalu menarik perhatian. Apapun itu. Demikian pun dengan toko grosir baru ini. Orang ramai datang bisa karena ingin merasakan kenyamanan dan pelayanan berbelanja yang prima, atau hanya sekedar memenuhi rasa ingin tahu suasana dan pemandangan di dalamnya. 

Dari sudut pandang lain, sambutan hangat juga bisa muncul karena terbersit harapan, toko baru ini akan menambah kesempatan bekerja dan peluang berusaha bagi pengunjung. 

Harapan yang wajar karena potensi eksternalitas dan efek ganda ekonomi dari keberadaan toko grosir baru pasti besar dan menyebar ke mana-mana. Sebut saja pengecer yang membeli barang dengan harga grosir untuk dijual lagi, maka bisnis eceran akan naik tinggi.  Juga harapan ikut berusaha di berbagai bidang, seperti jasa transportasi, laundry, kuliner dan rumah tinggal bagi pegawainya. 

Dari peluang usaha seperti itulah orang berharap bisa ikut mencicipi kueh ekonomi dalam beragam jenis usaha. 

Bahkan dari melihat banyaknya kendaraan yang keluar masuk, ada saja orang jeli menangkap peluang menjadi tukang parkir dan "pak Ogah" di persimpangan jalan pintu keluar dan masuk kendaraan. Keinginan yang sederhana sekali. 

"Impian" mereka sederhana, sesederhana kehidupan mereka, ikut "makan". Tetapi siapa tahu dari mimpi-mimpi sederhana itu ada yang mampu menaikkan mimpinya menjadi pengusaha bermodal kuat yang mampu bersaing di tingkat nasional. Namanya juga mimpi. 

Lebih hebat lagi jika dari antara mereka ada yang nantinya mampu menghidupkan kembali sebuah sistem usaha yang dikelola berdasarkan asas kebersamaan dan kekeluargaan. Usaha yang menjunjung tinggi faktor manusia dan nilai kemanusiaan.  Itulah Koperasi. 

Usaha Koperasi akan mengutamakan kesejahteraan anggota yang juga pemilik dan pengguna jasanya. Koperasi harusnya lebih diminati banyak orang karena pada ujungnya, keuntungan dibagikan kepada anggota dalam bentuk SHU (Sisa Hasil Usaha), bukan hanya kepada satu pihak, si pemilik modal saja. 

Maka, Koperasi tidak boleh mati. Dari situlah kehidupan ekonomi bisa lebih adil dan merata, sangat cocok sebagai cara untuk memperbaiki kehidupan masyarakat banyak, masyarakat kelas menengah bawah. 

Sayangnya, jenis usaha yang bertujuan sangat mulia ini kalah pamor oleh pelaku usaha lain yang gemerlapan dengan promosi dan iming-iming kemudahan serta kenyamanan. 

Sayangnya lagi, negeri yang memiliki Bapak Koperasi, M. Hatta, dan menetapkan 12 Juli sebagai hari Koperasi, seperti tidak peduli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun