Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menunggu "Ratu Shima" Memimpin Bangsa

26 Oktober 2023   11:19 Diperbarui: 26 Oktober 2023   11:28 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deklarasi tiga pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden sudah dilantangkan, tidak satupun dari tiga pasangan itu wanita. Kaum wanita atau siapapun, tidak perlu kecewa. Pasti karena memang belum saatnya. Suatu hari nanti, apabila waktunya tiba, tidak ada satu hal pun yang bisa menghalangi. 

Percayalah, bagi bangsa besar ini, Pemimpin Wanita bukanlah hal tabu. Sudah sejak lama tanah air memberi jalan kepada kaum wanita untuk berperan dalam kegiatan apapun. Termasuk dalam urusan politik. 

Dalam urusan pekerjaan, bukan hal aneh lagi, bahkan kini semakin tidak mudah membedakan jenis pekerjaan berdasarkan jenis kelamin. Hampir tidak ada jenis perkerjaan yang tidak bisa dikerjakan kaum wanita. Emansipasi telah mendekati sempurna. 

Di Nusantara, tanah air kita, sudah sejak lama wanita berperan penting. Sejarah mencatat dengan tinta emas tokoh-tokoh wanita dari jaman kuno, penjajahan hingga jaman modern sekarang ini. Peran kaum wanita Indonesia tidak kalah dengan yang lain di dunia. 

Wanita kita tidak kalah peran ketokohannya dari Ratu Elizabeth II di Inggris Raya atau Margaret Thatcher, Perdana Menteri Britania Raya. Juga tidak kalah dari banyak lagi tokoh wanita lainnya, sebut saja Indira Gandhi (India), Benazir Butho (Pakistan), Corazon Aquino (Philipina) dan Tsai Ing-wen (Taiwan). 

Indonesia pun pernah punya wanita yang menjadi Presiden dan tidak terhitung lagi jumlah wanita yang menjadi menteri atau memimpin lembaga-lembaga tinggi Negara. Belum lagi wanita yang ikut berjuang dan mengabdi demi bangsa dan Negara dari belakang layar. 

Ambil contoh Fatmawati Soekarno. Dia adalah wanita agung di belakang Bung Karno menjelang proklamasi kemerdekaan. Ibu Negara Indonesia pertama inilah yang menjahit bendera Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945. Tahun 1951, dia juga turut memperjuangkan agar dokumen, barang, dan arsip pemerintah Indonesia yang dirampas Belanda dikembalikan ke Indonesia. 

Lalu, Maria Walanda Maramis, seorang pendidik sekaligus penggiat hak-hak perempuan yang mendirikan organisasi kemasyarakatan pada 8 Juli 1917. Organisasi ini bertujuan memajukan pendidikan perempuan Minahasa. 

Ada lagi Rasuna Said, sosok wanita yang seperti pendahulunya, R.A Kartini dan Dewi Sartika, memperjuangkan kesetaraan hak untuk para wanita. Tidak hanya di bidang pendidikan, tetapi juga mendorong para wanita untuk paham politik. 

Di Indonesia bagian timur, ada Martha Christina Tiahahu yang lahir di Maluku 1800. Martha diberi gelar Pahlawan karena sejak remaja sudah memanggul senjata membantu sang ayah dan Kapitan Pattimura memerangi penjajah. 

Dari ujung Barat ada nama Cut Nyak Meutia dan Cut Nyak Dien dari Aceh, wanita-wanita perkasa di abad 19 yang berjuang untuk lepas dari belenggu penjajahan. 

Seperti juga Nyi Ageng Serang yang lahir 1752 di Surakarta. Wanita kuat dan terpandang yang tidak berpangku tangan saat dijajah. Ia bersama Pangeran Diponegoro memberontak menumpas penjajahan Belanda. 

Jauh berabad-abad sebelumnya, ada Ratu Suhita, Maharani Majapahit ke-6, berkuasa di abad ke-15 (1429 hingga 14470. Pada masanya, Majapahit memperluas wilayah kekuasaan kerajaannya yang berpusat di Trowulan, Jawa Timur. 

Seabad sebelumnya ada nama Sri Tribhuwana Wijayatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani. Dia adalah Maharani Majapahit ke-3, berkuasa di abad ke-14 (1328 -- 1351). Wanita perkasa ini melahirkan Raja yang juga perkasa bernama Hayam Wuruk. Hanya wanita perkasa yang juga melahirkan Raja Perkasa. 

Lebih mengesankan lagi adalah Ratu Shima di Kerajaan Kalingga yang berjaya 14 abad yang lalu (674 -- 695). Dia sangat layak diabadikan dengan huruf-huruf berlian karena keadilannya. Ia menerapkan peraturan yang ketat terhadap segala bentuk pencurian. Kala itu, Ratu Shima tidak segan menghukum anggota keluarganya sendiri yang melanggar aturan. 

Sebagai satu-satunya penguasa tertinggi, Ratu Shima tidak hanya membuat peraturan dan menetapkan sanksi hukuman bagi yang melanggar, tetapi juga memberi contoh dengan mentaatinya. Pada zamannya, tidak ada yang diistemewakan di depan hukum. Semua setara dan sama. Dengan caranya, Ratu Shima mampu membentuk karakter rakyatnya menjadi jujur dan memihak kebenaran. 

Maka sangat masuk akal kalau namanya harum dan dikenang orang semenjak berabad-abad silam. Ratu ini menjadi legenda dan wangi namanya bertahan menembus jaman. 

Sedangkan yang sering dipertontonkan saat ini adalah mencuri uang rakyat tanpa rasa malu, orang bersalah masih bisa ketawa, korupsi menjadi berita sehari-hari. Pantas saja kalau orang mengidolakan hadirnya pemimpin yang bersih dan berani bersih-bersih. 

Pemimpin idola seperti ini diyakini akan mampu membuat Negara bebas dari korupsi dan membawa kesejahteraan bagi rakyat. 

Apalagi apabila pemimpin idaman itu adalah sosok wanita. Makhluk yang dikaruniai Tuhan kelebihan naluri keibuan dan kasih sayang yang tidak dimiliki kaum laki-laki. Seringkali kelembutan hatinya menjadi tempat bernaung hati yang galau. 

Wanita akan lebih diidolakan bila dia juga memiliki tingkat intelektual tinggi, wawasan luas, karir cemerlang, pandai berorganisasi, bijak dalam pengambilan keputusan dan piawai dalam berkomunikasi. Lebih baik lagi kalau dia juga berpandangan jauh ke depan, berpikiran bahwa apapun yang dia perbuat sekarang akan dikenang manis hingga berada-abad mendatang. 

Sebaliknya, wanita yang ambisius, rakus, pretensius, tendensius dan culas akan dikenang dengan bau busuk. Jenis yang seperti ini bisa menjadi mimpi buruk bagi bangsa. 

Pada hakikatnya, pria maupun wanita, kalau dia seperti Ratu Shima, pasti akan mendapat tempat istimewa untuk memimpin bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun