Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ancaman Pak RT

9 Mei 2023   19:57 Diperbarui: 9 Mei 2023   20:02 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia sudah beberapa kali menyatakan tidak mau dipilih lagi, tetapi warganya seperti tidak punya pilihan lain. Maka setiap kali ada pemilihan Ketua RT, dia lagi-dia lagi yang terpilih menjadi Ketua RT. 

Ada untungnya bagi Pak RT yang terpilih bukan atas keinginannya, dia sering mengancam: "Saya mau jadi Ketua RT, tetapi Bapak, Ibu dan Saudara semua harus nurut...". 

Wargapun tidak keberatan: " Siaaaap Pak RT......" 

Warga di situ memang ibarat petasan bersumbu pendek, mudah tersulut. Hidup sehari-harinya penuh dengan tekanan. Tekanan dari penghasilan yang pas-pasan, anak banyak, beli susu, biaya sekolah, pulsa listrik, pulsa internet dan tentu saja makan-minum dan jajan. 

Aneka rupa jajanan keliling kadang tidak sekedar lewat, tetapi sambil ngeledek dan membuat anak-anak merengek-rengek. Tukang jajan lantas seperti sengaja berhenti agak lama ketika tahu ada anak-anak merajuk minta beli ke emaknya. 

Promosinya  juga terus dikumandangkan: "Tahu bulat goreng dadakan, hanya lima ratus rupiah....". 

Belum lagi: "Bakpao-bakpao...hanya duaribu rupiah....". 

Pedagang lain tidak kalah ramainya: " Thoet-thoet-thoet..., ting-ting-ting, tolalit-tolalit...". 

Pak RT sering mengingatkan warganya untuk bisa mengendalikan diri, mengelola hati dan jaga emosi jangan sampai naik tinggi. Seperti saat menghadapi ulah Parto yang terakhir ini, membuat tanggul-tanggul tinggi di ruas gang depan rumahnya. 

Ulah jahil ini tentu saja membuat gaduh warga. Berbagai keluhan nyampai ke Pak RT. Keluhan dari pedagang kecil, ibu-ibu, remaja dan anak sekolah. 

Seorang pedagang makanan berkuah mengadu: "Lhahh, saya dari dulu jam tiga pagi sudah lewat sini menuju ke pasar ...., sekarang mati dong saya...". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun