Itu semua menjadi tak ada artinya tanpa manfaat hutan yang berikut ini: "kemampuannya menyerap air hujan dan menyimpannya dalam bentuk air tanah". Manfaat yang hanya bisa diperoleh dari hutan yang baik. Karena hanya hutan dengan kondisi yang masih baik, penuh dengan pepohonan, tetumbuhan bawah dan serasah serta segala macam yang ada di dalamnya, akan baik pula kemampuannya menopang siklus air dan perlindungan tanah.Â
Sebaliknya, jika hutan rusak, gundul, sering kebakaran, tidak akan mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Karenanya sering kita dengar dan baca, hutan menjadi kambing hitam sebagai penyebab datangnya bencana alam berupa banjir, tanah longsor, angin ribut dan kebakaran.Â
Jika sudah datang musimnya, Â air hujan akan terus turun melimpah dari langit. Â tetapi tanpa ditampung dan disimpan oleh "hutan", air akan menguap kembali ke langit atau mengalir deras menjadi banjir yang menerjang segala rupa penghalang dibawa kembali ke laut.Â
Itulah yang terjadi beberapa hari ini di Pakistan seperti diberitakan bbc.com tanggal 29 Agustus 2022. Banjir di sana diberitakan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan menghancurkan sedikitnya sepuluh jembatan dan puluhan bangunan.Â
Bencana di salah satu negara di Asia Selatan itu lebih parah dari yang pernah di tulis Hamid Amir seorang columnist dari Islamabad di washingtonpost.com 14 Juli 2022. Saat itu Mir menulis bahwa di tahun 2022 banjir di Pakistan telah menewaskan 150 orang termasuk wanita dan anak-anak. Salah satu pemicunya adalah wilayah Pakistan hanya lima persen yang tertutup hutan. Â Â
Padahal dengan hanya sedikit hutan, atau lebih lagi tanpa hutan, hujan yang turun ibarat air yang jatuh di atas genteng, mengalir tanpa halangan dan lalu jatuh ke bumi mengarus menuju ke tempat yang lebih rendah. Sudah sering diberitakan betapa besar kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir, di manapun, bukan hanya di Pakistan.Â
Hutan itu ibarat gentong yang bisa diisi air untuk keperluan minum dan kebutuhan hidup lain di saat-saat kering. Banyak orang berusaha mati-matian mempertahankan eksistensi hutan demi kehidupan bersama.Â
Tetapi sayang, di lain pihak, banyak manusia yang lebih mengutamakan nafsu syahwat ingin cepat kaya, dicuri pohonnya, diserobat tanahnya, dibakar lahannya dan dirubah fungsinya. Mereka layaknya menggadaikan kehidupan anak cucu mereka sendiri, Merusak hutan sama saja dengan merusak kehidupan sendiri.Â
Tugas kita semua untuk ikut menanamkan rasa cinta dan peduli hutan kepada anak cucu  sejak dini, sejak duduk di bangku sekolah. Siapa tahu suatu  hari nanti mereka bisa kembali duduk di bangku yang dibuat dari kayu jati tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H