Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Lebaran Spesial: Bertabur Syukur, Berbaju Kain Sarung

28 April 2022   12:51 Diperbarui: 28 April 2022   12:53 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Lebaran Idul Fitri 1443 H sebentar lagi. Itulah saatnya merayakan kemenangan lahir batin dan sekaligus saat yang tepat untuk memberi arti lebih dalam atas ibadah puasa yang sebelumnya telah dilakukan sebulan penuh. 

Banyak yang merayakan dengan penuh keceriaan bersama sanak saudara dan handai taulan, namun ada juga yang memanfaatkan lebaran untuk berbagi dengan yang kurang beruntung, mereka yang tidak sempat berpikir membeli baju baru untuk anaknya. 

Ada berbagai cara merayakan hari kemenangan di era milenial ini. Ada yang cukup gembira ria dengan ikut berpartisipasi dalam takbir keliling pada malam lebaran; ada yang dengan berbaju baru atau membeli gadget baru; ada yang pulang kampung ketemu sanak saudara dan handai taulan; ada yang makan-makan bersama tetangga dan teman dekat. Tidak sedikit juga yang pelesir ke tempat wisata istimewa yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Beberapa lagi mungkin tidak ke mana-mana dan tidak berbuat apa-apa. 

Beda jaman, beda umur dan beda pengalaman bisa membuat isi kepala menjadi berlainan dalam cara merayakan hari besar Islam ini. Namun ada persamaan yang sulit dibantah, baik dahulu maupun sekarang, baik yang tua maupun yang muda, apapun keadaannya bahwa hari lebaran selalu terasa spesial. Ada kegembiraan bersama yang terasa tidak biasa dan tidak terjadi pada hari-hari lain. 

Kegembiraan bersama itu ditemui di dalam ruang keluarga, di lingkungan sekitar tempat tinggal, atau di ranah yang lebih luas lagi dari kelurahan hingga lintas daerah dan meluas secara nasional. Semua orang seakan terpapar euforia kegembiraan merayakan hari lebaran. 

Euforia itu bahkan sudah mulai terasa sejak keriuhan prosesi mudik dari kota-kota besar menuju daerah di seluruh penjuru negeri. Puncaknya terjadi ketika lingkungan menjadi ramai oleh hilir mudik jabat tangan antar warga untuk saling bermaaf-maafan dan ramainya tempat-tempat wisata. Semua itu ada dan terjadi karena hari lebaran memang sebuah hari yang istimewa. 

Makna lebaran sendiri bukanlah hura-hura dan bergembira-ria penuh suka cita. Hakikat lebaran sudah sangat sering diulas oleh para alim sebagai hari kemenangan. Kemenangan umat Islam yang telah sebulan penuh menahan diri dari yang membatalkan puasa yaitu rasa lapar, dahaga dan bercampur dengan pasangan serta mengendalikan diri dari hal-hal lain yang dapat merusak puasa. 

Untuk berpuasa dengan sempurna, orang memang dituntut untuk mampu mengendalikan diri agar bisa selalu berbuat dan berkata jujur, bertutur kata santun dan lembut hati. Disamping juga suka menolong, tidak boleh berburuk sangka, menghargai hak orang lain dan memperbanyak amal ibadah serta perbuatan baik lainnya. 

Bagi sebagian orang hal itu bukan hal mudah. Bayangkan, dengan sengaja perut dikosongkan, pikiran di bersihkan lalu nafsu syahwat dikendalikan ditambah dengan beramal baik diperbanyak. Serangkaian amalan yang hanya akan bisa dilakukan dengan baik oleh orang-orang memiliki tekad kuat atau sudah terlatih sejak anak-anak untuk menaklukkan diri sendiri. 

Kemenangan melawan diri sendiri ini menjadi lebih lengkap dengan tradisi saling meminta dan memberi maaf kepada orang tua, saudara tua, handai taulan dan kepada semua orang dalam lingkungan pergaulan maupun lingkungan kerja. 

Saling memaafkan di sini tentu saja hanya untuk urusan kesalahan yang sifatnya remeh temeh, yang umum dilakukan banyak orang. Salah omong, salah sikap dan salah laku. Kesalahan yang pasti pernah terjadi karena manusia memang bukan makhluk yang sempurna. Bukan kesalahan yang berdampak buruk pada hajat hidup orang banyak seperti penggerogotan harta negara untuk kepenitingan pribadi, banyak bohong dan memberi janji-jani kosong. Ini tentu beda urusan dan lain perhitungannya. 

Melalui saling memaafkan, secara naluriah orang akan menjalani hidup dengan lebih tenang karena merasa tidak memiliki ganjalan sekecil apapun lagi dengan sesamanya. Lengkap sudah, kemenangan diraih secara lahir dan batin. Itulah sesungguhnya makna hari lebaran, hari yang sangat spesial. 

Adapun tentang makanan, minuman, baju baru, motor baru, mobil baru, rumah baru, plesiran atau gadget anyar hanyalah bumbu penyedap. Tetapi seringkali, justru bumbu-bumbu inilah yang membuat perayaan menjadi jauh lebih meriah. 

Sayangnya tidak semua orang beruntung dan mampu membeli bumbu-bumbu penyedap keceriaan tersebut. Maka, inilah saat yang tepat untuk memberi arti lebih dalam pada ibadah puasa yang telah selesai dilakukan sebulan sebelumnya. Yaitu melalui berbagi dengan yang kurang beruntung, yang merasakan lapar dan dahaga tidak hanya di bulan puasa, orang yang bajunya itu-itu saja. 

Caranya mudah saja. Lihat dan bongkar lagi isi lemari pakaian dan gudang. Banyak orang menyimpan pakaian bagus dan barang-barang yang tidak terpakai. Dari pada menumpuk tanpa guna, lebih baik berikan pada yang lebih memerlukan. 

Juga banyak orang menumpuk sarung tetapi tidak sempat memakainya. Sumbangkan itu untuk yang lebih memerlukan, atau jika mau, kain sarung itu bisa dijahit menjadi baju. Banyak sekali sarung yang memiliki corak dan motif indah dengan "tumpal" yang tidak kalah menawan. Penjahit yang berpengalaman dan kreatif akan mampu membuat sarung menjadi baju yang tidak kalah bagus dari yang ada di toko pakaian atau bahkan di butik sekalipun. 

Di jaman apapun, baik kala sulit, sempit maupun ketika lapang, hidup berhemat dan memanfaatkan yang sudah ada akan jauh lebih membawa faedah. Menyimpan dan menumpuk-numpuk barang yang tidak dimanfaatkan bisa menggiring pada pola hidup boros. 

Jadikanlah lebaran tahun ini bermandikan cahaya keberkahan, berbasah-basah ampunan dan bertabur rasa syukur meskipun berbajukan kain sarung. Selamat Idul Fitri 1443 H, semoga di hari-hari mendatang bisa menjadi insan yang jauh lebih bermanfaat bagi sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun