Tokoh yang lolos tempaan akan terus menerus menghadapi tempaan. Si tokoh akan berkembang semakin mumpuni ketika tempaan apapun bentuknya dimaknai sebagai semacam menu tambahan. Karena itu, seorang tokoh seharusnya tidak menjadi "baperan" tetapi menjadi semakin terbiasa dengan bully-an. Ada baiknya memahami kata-kata bijak ini: "kalau Anda tidak ingin dikritik, dibully, dimaki, dihujat, maka jangan menjadi siapa-siapa".Â
Harus diakui seorang tokoh itu memang orang yang luar biasa. Â Ini karena orang yang biasa-biasa saja lebih siap atau malah mengharap dipuji dan tidak siap dan tidak mengharap dikritik, dibully, dimaki apalagi dihujat.Â
Itulah mungkin cara sebuah jaman melahirkan tokoh-tokohnya. Berbeda dengan Negara-negara yang berbentuk kerajaan. Di Kerajaan Inggris misalnya, Pangeran William, cucu Ratu Elizabet, yang kebetulan juga lahir di bulan Juni. semua sudah disiapkan semenjak bayi. Pendidikannya, pergaulannya, pekerjaannya dan segala sesuatunya disiapkan untuk suatu hari nanti sang Pangeran menjadi Raja.Â
Perikehidupan kerajaan tetap dipersiapkan bagi sang Pangeran meskipun belum tentu juga pada waktunya nanti berkesempatan naik tahta. Sebagaimana terjadi pada ayahnya, Pangeran Charles, saat ini sudah berumur 70an tahun dan tidak juga kunjung mengenakan makhkota Raja.Â
Sepertinya peredebatan panjang tentang pemimpin itu dilahirkan atau dicetak memang tidak perlu menjadi bahan bahasan penting lagi. Seorang tokoh pemimpin bisa dibentuk dan juga bisa dilahirkan. Dia bisa lahir di bulan Juni dan banyak tokoh penting lain yang lahir bukan di bulan Juni.Â
Orang tentu saja boleh berharap anak keturunannya lahir di bulan Juni dan suatu hari menjadi tokoh penting, berkuasa, dipuja-puji, dihormati dan kaya raya. Sama bolehnya dengan orang yang anak keturunannya lahir di bulan-bulan yang lain. Sehat dan normal saja.Â
Menjadi tidak sehat, kebablasan lalu hilang akal adalah ketika seorang ayah punya anak lahir pada bulan April tetapi dipanggilnya Juni. Itu hanya karena ingin anaknya suatu hari nanti menjadi tokoh pemimpin dunia.Â
Jaman susah seperti sekarang ini orang mudah kehilangan akal sehat. Mengharap hidup enak tanpa kerja keras, ingin berkuasa dengan segala cara dan memandang perbedaan sebagai potensi bencana. Lupa, seseorang bisa saja dengan mudah suatu saat dipuja tapi disaat lain dihujat dan dicaci-maki.Â
Mari tegakkan akal sehat. Hidup akal sehat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H