Seorang kawan sempat dikarantina di sebuah Rumah Sakit (RS) setelah dinyatakan positif covid-19. Dia menceritakan kesan mendalamnya atas kesibukan RS yang merawatnya, yang tidak begitu besar, dalam menangani pasien terpapar covid-19. Kesannya: "sibuk bukan kepalang".Â
Sepertinya pada saat pandemi sekarang ini, hampir semua RS di seluruh dunia memang kesibukannya meningkat tajam. Kesibukan pun melanda semua bagian, dari depan (front office) hingga bagian belakang bahkan berimbas pada kesibukan di lingkungan sekitarnya.Â
Kesan sibuk ditandai mulai dari lengkingan suara sirine ambulan yang datang dan pergi, tenaga kesehatan yang hilir-mudik, tenaga kebersihan yang hiruk pikuk dan para pasien yang teriak, melenguh, mengeluh kesakitan. Dari sekian banyak kesan, yang paling membekas bagi kawan ini adalah suara dentangan tabung-tabung oksigen.Â
Lalu lintas tabung oksigen keluar masuk RS sangat padat. Kedatangan tabung yang baru menggantikan tabung yang sudah kosong berlangsung setiap waktu hampir tanpa jeda, pagi, siang, sore dan malam. Tumbukan antar tabung oksigen yang keluar masuk dan naik turun truk menimbukan suara khas. Di malam hari kadang malah menyeramkan.Â
Persediaan alat bantu nafas, tabung oksigen, memang tidak boleh kosong alias harus selalu ada. Oksigen setiap saat dibutuhkan pasien covid-19 akibat terganggunya kemampuan paru-paru menyerap oksigen saat proses pernafasan terganggu. Padahal tingkat saturasi oksigen dalam darah tidak boleh ada di bawah batas normal. Untuk itulah persediaan tabung isi oksigen harus dijamin selalu ada.Â
Oksigen yang dalam kehidupan sehari-hari sering dianggap sebagai barang murah karena melimpah ruah di udara, langsung bisa berubah menjadi barang mahal dan mewah tak tertandingi ketika orang mengalami kesulitan menjaga keberlangsungan nafasnya. Kawan di atas pun menggambarkan bagaimana susahnya ketika pasien covid-19 harus "megap-megap" kesulitan menghirup oksigen.Â
Begitulah, pandemi ini seolah mengingatkan kita dengan "tamparan" keras, bahwa oksigen itu amat penting untuk kehidupan manusia. "Tamparan" itu mestinya sudah lebih dari menohok untuk menggerakkan hati manusia berbuat sesuatu. Â Berbuat sesuatu untuk turut serta menjaga ketersediaan oksigen di bumi.Â
Tentu bukan dengan membeli dan menimbun tabung oksigen banyak-banyak, tetapi dengan memperbanyak menanam pohon dan hijauan tanaman di pekarangan, di tanah-tanah kosong, di area sekitar tempat tinggal, atau sekedar menanam tanaman kecil dalam pot atau tritisan rumah.Â
Pohon adalah penyumbang terbesar oksigen dan sekaligus menyerap gas racun karbon dioksida di bumi. Anak-anak SD sudah belajar tentang proses fotosintesis tumbuhan yang menghasilkan oksigen dan menyerap CO2. Semakin banyak menanam semakin banyak oksigen dihasilkan dan semakin banyak pula racun diserap.Â
Menanam pohon menjadi perbuatan yang sangat mulia dan sangat berarti bagi kehidupan saat ini dan masa depan. Bagi yang memiliki lahan cukup luas dan tak bertanaman alias kosong, akan bijak bila mengisinya dengan menanam pepohonan. Sedangkan bagi yang hanya memiliki sedikit tanah pekarangan, bolehlah menanam tanaman kecil, tanaman dalam pot atau tanaman hias.Â
Pohon dan tanaman kecil sama-sama menghasilkan oksigen dan menyerap racun. Bedanya hanya tanaman kecil menangkap karbon lebih cepat dan melepaskannya juga lebih cepat.Â
Saat ini, daripada menutup tanah halaman dengan paving blok ataupun semen, meski sedikit, akan jauh lebih baik menutupnya dengan menanam pohon atau tanaman kecil. Tanaman, berperan dalam konservasi lingkungan, perakarannya mencengkeram tanah dan menahan air tanah sehingga tidak cepat menguap dan tidak cepat mengalir menggerus permukaan lantai tanah menjadi banjir dan banjir.Â
Bagi yang punya lahan luas, banyak uang dan besar hati, bisa meniru sepasang suami istri di Brazil. Sejoli ini, seperti diberitakan oleh "Science is Amazing" melalui twitter @AMAZINGSCIENCE, 10 Pebruari 2021, menanam dua juta pohon dalam 20 tahun untuk menghutankan kembali area gundul.Â
Tidak perlu menunggu besar, menunggu mampu untuk berbuat sesuatu yang baik. Seperti cerita burung pipit kecil yang berusaha ikut memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim a.s. menggunakan paruh kecilnya. Si pipit tidak berpikir akan kemampuannya memadamkan kobaran api, ia hanya ingin Allah Yang Maha Kuasa tahu kepada siapa dia berpihak.Â
Menanam pohon adalah wujud keberpihakan kepada kehidupan masa kini dan masa datang. Bagi yang kecil tidak perlu berkecil hati. Ada banyak tanaman kecil dan hias yang menghasilkan oksigen dan menyerap racun yang bisa ditanam di sekitar rumah.Â
Ada satu jenis tanaman hias yang dikenal dengan nama lidah mertua. Entah mengapa diberinama demikian, tetapi menanam lidah mertua di halaman selain mempercantik pemandangan tanaman ini juga dikenal menghasilkan oksigen alias udara segar. Â Â
Lidah yang satu ini memang beda. Coba tanam dan rasakan kesejukan saat duduk di dekatnya di tengah terik matahari. Oksigen yang dihasilkannya ikut andil menciptakan kesejukan sekitar. Â Sejuk yang menyehatkan, menambah daya tahan badan, menjaga kehidupan, melestarikan lingkungan dan bisa mengurangi kesibukan RS.Â
*SDB.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H