Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Vaksin dan Gengsi Bangsa

16 Januari 2021   09:05 Diperbarui: 16 Januari 2021   09:13 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya vaksinasi covid-19 di Indonesia dimulai. Presiden telah mengawalinya, beberapa tokoh masyarakat juga mengawali menjadi orang-orang "pertama" yang menerima vaksinasi. Harapannya, tentu, ditengah adanya penolakan dari beberpa pihak, vaksinas para tokoh akan segera diikuti oleh seluruh warga bangsa. 

Lepas dari kontroversi yang berseliweran, faktanya wabah covid-19 ini nyata ada dan sudah banyak jatuh korban. Vaksin menjadi harapan terbesar yang ditunggu-tunggu saat ini untuk menghentikan laju perkembangan covid-19. 

Pandemi yang telah berjalan sekian waktu ini dari awalnya telah memaksa orang untuk terus "bergaul" akrab dan belajar banyak hal tentang Covid 19. Dari mengenal istilah-istilah yang sebelumnya tidak pernah terdengar dan sekarang menjadi pengetahuan umum, hingga rapid test, SWAB, dan detil penanganan penderitanya.  Telinga kita pun akrab dengan istilah Physical Distancing, Social Distancing, Lockdown, Sanitizer, PSBB, PPKM lalu sekarang, vaksinasi dan efikasi. 

Vaksin secara umum didefiniskan sebagai bahan antigenik yang digunakan untuk menumbuhkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Masyarakat sudah lama mengenal dan bahkan menerima vaksinasi, mulai dari polio, diphteri, cacar, meningitis, influensa,  dan lai-lain. Jadi, vaksinasi bukanlah hal baru. 

Lalu apa yang baru? Yang baru adalah, vaksin covid-19, apapun "merk"-nya, jumlahnya masih sangat terbatas. Begitu banyaknya manusia yang harus divaksin, tetapi begitu terbatasnya jumlah vaksin yang tersedia. Untuk Indonesia saja, dengan penduduk sekitar 270 juta, bila semua divaksinasi akan memerlukan waktu berbulan-bulan, antree. 

Saat ini baru beberapa negara yang mampu memproduksi vaksin covid-19, sedangkan negara yang membutuhkan jauh lebih banyak. Ketergantungan pada negara-negara produsen vaksin ini menjadi sangat tinggi. Tapi jangan tergesa-gesa menghitung berapa keuntungan yang diambil oleh negara produsen vaksin covid-19. Jumlahnya mungkin sangat besar. Bahkan bukan hanya keuntungan finansial saja yang besar. Itu bagian dari konsekwensi dalam hubungan antar bangsa di dunia. 

Dalam pergaulan internasional, negara yang sudah mampu memproduksi dan menual vaksin covid-19 bukan hanya keuntungan finansial yang diperoleh. Banyak keuntungan immaterial  yang justru tidak ternilai harganya. Sebut saja kehormatan, nama besar, pengakuan atas keunggulan SDM dan teknologi negara tersebut dan tidak kalah penting, gengsi bangsa.   

Sebaliknya, bagi negara-negara yang belum mampu mecukupi sendiri kebutuhan vaksinnya, datang beban tambahan, yaitu harus mengeluarkan kocek untuk membeli vaksin. Suka tidak suka harus dilakukan demi memutus rantai perkembangan wabah. Sementara penanganan wabah selama ini sudah pasti memakan anggaran yang sangat besar dan bisa menguras devisa negara. 

Tekanan berat ini, dari sisi lain bisa dilihat juga sebagai peluang. Karena sepanjang penyakit ini masih ada, maka kebutuhan vaksin juga akan terus ada. Muncul tantangan untuk mampu memproduksi vaksin sendiri, setidaknya mampu memproduksi untuk keperluan domestik. Apalagi bila mampu membuat vaksin yang jauh lebih mujarab, vaksin dengan tingkat efikasi yang lebih tinggi dibanding produk negara lain.  Tentu akan diburu oleh negara lain. Ada peluang memperoleh tambahan devisa tinggi disini. 

Sayangnya, sejauh ini, seringkali kita seperti sudah sangat sibuk memikirkan dan ramai berbeda pendapat atas wabah ini. Baru kemudian dibuat terkagum-kagum menyaksikan bagaimana negara-negara lain begitu sigapnya menangani wabah dan termasuk membuat vaksinnya. 

Maka menjadi tantangan berikutnya, bagaimana bangsa ini bisa memiliki SDM dan menguasai  teknologi  dalam menangani wabah dan antisipas hal-hal yang muncul secara tak terduga seperti terjadinya epidemi covid-19 sekitar setahun yang lalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun